Tentang Nikah
9. Tentang wajibnya mahar (maskawin)
وَ اتُوا النّسَآءَ صَدُقَاتِهِنَّ نِحْلَةً، فَاِنْ طِبْنَ لَكُمْ عَنْ شَيْءٍ مّنْهُ نَفْسًا فَكُلُوْهُ هَنِيْئًا مَّرِيْئًا. النساء:4
Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya. [QS. An-Nisaa’ : 4]
... وَ اُحِلَّ لَكُمْ مَّا وَرَآءَ ذلِكُمْ اَنْ تَبْتَغُوْا بِاَمْوَالِكُمْ مُّحْصِنِيْنَ غَيْرَ مُسَافِحِيْنَ، فَمَا اسْتَمْتَعْتُمْ بِه مِنْهُنَّ فَاتُوْهُنَّ اُجُوْرَهُنَّ فَرِيْضَةً، وَ لاَ جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيْمَا تَرَاضَيْتُمْ بِه مِنْ بَعْدِ اْلفَرِيْضَةِ، اِنَّ اللهَ كَانَ عَلِيْمًا حَكِيْمًا. النساء:24
..... Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari istri-istri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka istri-istri yang telah kamu nikmati (campuri) diantara mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban. Dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. [QS. An-Nisaa’ : 24]
.... وَالْمُحْصَنتُ مِنَ اْلمُؤْمِنَاتِ وَالْمُحْصَنتُ مِنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا اْلكِتبَ مِنْ قَبْلِكُمْ اِذَآ اتَيْتُمُوْهُنَّ اُجُوْرَهُنَّ مُحْصِنِيْنَ غَيْرَ مُسَافِحِيْنَ وَ لاَ مُتَّخِذِيْ اَخْدَانٍ... المائدة:5
...... (Dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan diantara orang-orang yang diberi Al-Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik....... [QS. Al-Maaidah : 5]
لاَ جُنَاحَ عَلَيْكُمْ اِنْ طَلَّقْتُمُ النّسَآءَ مَا لَمْ تَمَسُّوْهُنَّ اَوْ تَفْرِضُوْا لَهُنَّ فَرِيْضَةً، وَ مَتّعُوْهُنَّ عَلَى الْمُوْسِعِ قَدَرُه وَ عَلَى الْمُقْتِرِ قَدَرُه، مَتَاعًا بِالْمَعْرُوْفِ، حَقًّا عَلَى الْمُحْسِنِيْنَ. وَ اِنْ طَلَّقْتُمُوْهُنَّ مِنْ قَبْلِ اَنْ تَمَسُّوْهُنَّ وَ قَدْ فَرَضْتُمْ لَهُنَّ فَرِيْضَةً فَنِصْفُ مَا فَرَضْتُمْ اِلآَّ اَنْ يَّعْفُوْنَ اَوْ يَعْفُوَا الَّذِيْ بِيَدِه عُقْدَةُ النّكَاحِ، وَ اَنْ تَعْفُوْآ اَقْرَبُ لِلتَّقْوى، وَ لاَ تَنْسَوُا الْفَضْلَ بَيْنَكُمْ، اِنَّ اللهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ. البقرة:236-237
Tidak ada kewajiban membayar (mahar) atas kamu, jika kamu menceraikan istri-istrimu sebelum kamu bercampur dengan mereka dan sebelum kamu menentukan maharnya. Dan hendaklah kamu berikan suatu mut’ah (pemberian) kepada mereka. Orang yang mampu menurut kemampuannya dan orang yang miskin menurut kemampuannya (pula), yaitu pemberian menurut yang patut. Yang demikian itu merupakan ketentuan bagi orang-orang yang berbuat kebajikan. (236) Jika kamu menceraikan istri-istrimu sebelum kamu bercampur dengan mereka, padahal sesungguhnya kamu sudah menentukan maharnya, maka bayarlah seperdua dari mahar yang telah kamu tentukan itu, kecuali jika istri-istrimu itu memaafkan atau dimaafkan oleh orang yang memegang ikatan nikah, dan pemaafan kamu itu lebih dekat kepada taqwa. Dan janganlah kamu melupakan keutamaan diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Melihat segala apa yang kamu kerjakan. (237) [QS. Al-Baqarah]
10. Tidak ada ketentuan besar kecilnya mahar
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص رَأَى عَلَى عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ عَوْفٍ اَثَرَ صُفْرَةٍ. فَقَالَ: مَا هذَا؟ قَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اِنّى تَزَوَّجْتُ امْرَأَةً عَلَى وَزْنِ نَوَاةٍ مِنْ ذَهَبٍ. قَالَ: فَبَارَكَ اللهُ لَكَ، اَوْلِمْ وَلَوْ بِشَاةٍ. مسلم 2: 1042
Dari Anas bin Malik, bahwasanya Nabi SAW melihat bekas kuning-kuning pada Abdurrahman bin ‘Auf, lalu beliau bertanya, “Apa ini ?”. Abdurrahman menjawab, “Ya Rasulullah, sesungguhnya saya baru saja menikahi seorang wanita dengan (mahar) emas seberat biji kurma”. Nabi SAW bersabda, “Semoga Allah memberkahimu, selenggarakanlah walimah walau hanya dengan (memotong) seekor kambing”. [HR. Muslim juz 2, hal. 1042]
عَنْ عَاصِمِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ: سَمِعْتُ عَبْدَ اللهِ بْنَ عَامِرِ بْنِ رَبِيْعَةَ عَنْ اَبِيْهِ اَنَّ امْرَأَةً مِنْ بَنِى فَزَارَةَ تَزَوَّجَتْ عَلَى نَعْلَيْنِ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَ رَضِيْتِ مِنْ نَفْسِكِ وَ مَالِكِ بِنَعْلَيْنِ؟ قَالَتْ: نَعَمْ. قَالَ: فَاَجَازَهُ. الترمذى 2: 290، رقم: 1120، و قال حديث حسن صحيح
Dari ‘Ashim bin ‘Abdullah, ia berkata : Saya mendengar ‘Abdullah bin ‘Amir bin Rabi’ah, dari ayahnya, bahwasanya pernah ada seorang wanita dari Bani Fazarah yang dinikah dengan (mahar) sepasang sandal, lalu Rasulullah SAW bertanya, “Ridlakah kamu atas dirimu dan hartamu dengan (mahar) sepasang sandal ?”. Ia menjawab, “Ya”. Maka Rasulullah SAW memperkenankannya”. [HR. Tirmidzi juz 2, hal. 290, no. 1120, dan ia berkata : Hadits hasan shahih]
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: مَنْ اَعْطَى فِي صَدَاقِ امْرَأَةٍ مِلْءَ كَفَّيْهِ سَوِيْقًا اَوْ تَمْرًا فَقَدِ اسْتَحَلَّ. ابو داود 2: 236، رقم: 2110
Dari Jabir bin ‘Abdullah, bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa memberikan mahar kepada wanita berupa tepung gandum atau kurma sepenuh dua tapak tangannya, maka halallah wanita itu baginya”. [HR. Abu Dawud juz 2, hal. 236, no. 2110, dla’if karena dalam sanadnya ada perawi bernama Musa bin Muslim bin Ruman]
عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اِنَّ اَعْظَمَ النّكَاحِ بَرَكَةً اَيْسَرُهُ مَئُوْنَةً. احمد 9: 365، رقم: 24583
Dari ‘Aisyah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Nikah yang paling besar berkahnya yaitu yang paling ringan maharnya”. [HR. Ahmad juz 9, hal. 365, no. 24583, dla’if karena dalam sanadnya ada perawi bernama Ibnu Thufail bin Sakhbarah, ia tidak dikenal]
عَنْ عَائِشَةَ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: اِنَّ مِنْ اَعْظَمِ النّسَاءِ بَرَكَةً اَيْسَرَهُنَّ صَدَاقًا. البيهقى 7: 235
Dari ‘Aisyah RA, bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya wanita yang paling banyak berkahnya adalah yang paling ringan maharnya”. [HR. Baihaqi juz 7, hal. 235, dla’if karena dalam sanadnya ada perawi bernama ‘Amr bin Thufail bin Sakhbarah, ia tidak dikenal]
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: لَمَّا تَزَوَّجَ عَلِيٌّ فَاطِمَةَ قَالَ لَهُ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَعْطِهَا شَيْئًا. قَالَ: مَا عِنْدِى شَيْءٌ. قَالَ: اَيْنَ دِرْعُكَ اْلحُطَمِيَّةُ؟ ابو داود 2: 240، رقم: 2125
Dari Ibnu Abbas, ia berkata : Tatkala ‘Ali menikah dengan Fathimah, maka Rasulullah SAW bersabda kepada ‘Ali, “Berilah ia sesuatu !”. ‘Ali menjawab, “Saya tidak punya apa-apa”. Rasulullah SAW bertanya, “Mana baju besimu dari Huthamiyah itu ?”. [HR. Abu Dawud juz 2, hal. 240, no. 2125]
عَنْ رَجُلٍ مِنْ اَصْحَابِ النَّبِيّ اَنَّ عَلِيًّا عَلَيْهِ السَّلاَمُ لَمَّا تَزَوَّجَ فَاطِمَةَ بِنْتَ رَسُوْلِ اللهِ ص وَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا اَرَادَ اَنْ يَدْخُلَ بِهَا فَمَنَعَهُ رَسُوْلُ اللهِ ص حَتَّى يُعْطِيَهَا شَيْئًا. فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، لَيْسَ لِيْ شَيْءٌ. فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ ص: اَعْطِهَا دِرْعَكَ اْلحُطَمِيَّةَ، فَاَعْطَاهَا دِرْعَهُ، ثُمَّ دَخَلَ بِهَا. ابو داود 2: 240، رقم: 2126
Dari seorang laki-laki shahabat Nabi SAW, bahwasanya ‘Ali AS setelah menikahi Fathimah RA binti Rasulullah SAW, ketika ia ingin serumah dengannya, maka Rasulullah SAW mencegahnya sehingga ‘Ali memberinya sesuatu. Lalu Ali berkata, “Ya Rasulullah, aku tidak mempunyai apa-apa”. Lalu Rasulullah SAW bersabda kepadanya, “Berikan baju besimu dari Huthamiyah itu kepadanya !”. Maka Ali memberikan baju besi itu kepada Fathimah, lalu ia serumah dengan Fathimah. [HR. Abu Dawud juz 2, hal. 240, no. 2126]
عَنْ عُرْوَةَ عَنْ اُمّ حَبِيْبَةَ اَنَّهَا كَانَتْ تَحْتَ عُبَيْدِ اللهِ بْنِ جَحْشٍ فَمَاتَ بِاَرْضِ اْلحَبَشَةِ، فَزَوَّجَهَا النَّجَاشِيُّ النَّبِيَّ ص وَ اَمْهَرَهَا عَنْهُ اَرْبَعَةَ آلاَفٍ، وَ بَعَثَ بِهَا اِلىَ رَسُوْلِ اللهِ ص مَعَ شُرَحْبِيْلَ بْنِ حَسْنَةَ. ابو داود 2: 235، رقم: 2107
Dari ‘Urwah dari Ummu Habibah, ia dahulu adalah istri ‘Ubaidullah bin Jahsy, lalu suaminya meninggal di Habasyah, kemudian oleh Najasyi (raja Habasyah) ia dinikahkan dengan Nabi SAW dengan memberi mahar empat ribu (dirham), lalu raja Habasyah mengirimnya kepada Rasulullah SAW dengan diantar oleh Syurahbil bin Hasnah”. [HR. Abu Dawud juz 2, hal. 235, no. 2107]
عَنْ اَنَسٍ عَنِ النَّبِيّ ص اَنَّهُ اَعْتَقَ صَفِيَّةَ وَ جَعَلَ عِتْقَهَا صَدَاقَهَا. مسلم 2: 1045
Dari Anas, dari Nabi SAW, bahwasanya beliau memerdekakan Shafiyah (binti Huyaiy) dan menjadikan kemerdekaannya itu sebagai maharnya. [HR. Muslim juz 2, hal. 1045]
عَنْ اَبِى سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمنِ اَنَّهُ قَالَ: سَاَلْتُ عَائِشَةَ زَوْجَ النَّبِيّ ص: كَمْ كَانَ صَدَاقُ رَسُوْلِ اللهِ ص؟ قَالَتْ: كَانَ صَدَاقُهُ لاَزْوَاجِهِ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ اُوْقِيَّةً وَ نَشًّا. قَالَتْ: اَتَدْرِى مَا النَّشُّ؟ قَالَ: قُلْتُ: لاَ. قَالَتْ: نِصْفُ اُوْقِيَّةٍ.فَتِلْكَ خَمْسُمِائَةِ دِرْهَمٍ. فهَذَا صَدَاقُ رَسُوْلِ اللهِ ص لاَزْوَاجِهِ. مسلم 2: 1042
Dari Abu Salamah bin ‘Abdur Rahman, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada Aisyah istri Nabi SAW, “Berapakah mahar Rasulullah SAW ?”. Ia menjawab, “Mahar beliau kepada isteri-isterinya adalah dua belas uqiyah lebih satu nasy”. Aisyah bertanya, “Tahukah kamu apakah nasy itu ?”. Aku menjawab, “Tidak”. Aisyah berkata, “Setengah uqiyah, jadi berarti lima ratus dirham”. [HR. Muslim juz 2, hal. 1042]
Keterangan : 1 uqiyah sama dengan 40 dirham. 12,5 uqiyah = 500 dirham.
عَنْ اَبِى اْلعَجْفَاءِ قَالَ: قَالَ عُمَرُ بْنُ اْلخَطَّابِ: اَلاَ لاَ تُغَالُوْا صَدُقَةَ النّسَاءِ، فَاِنَّهَا لَوْ كَانَت مَكْرُمَةً فِى الدُّنْيَا اَوْ تَقْوَى عِنْدَ اللهِ لَكَانَ اَوْلاَكُمْ بِهَا نَبِيُّ اللهِ ص. مَا عَلِمْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص نَكَحَ شَيْئًا مِنْ نِسَائِهِ وَ لاَ اَنْكَحَ شَيْئًا مِنْ بَنَاتِهِ عَلَى اَكْثَرَ مِنْ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ اُوْقِيَّةً. الترمذى 2: 291، رقم: 1122، و قال: هذا حديث حسن صحيح
Dari Abul ‘Ajfaa’, dia berkata : ‘Umar bin Khaththab berkata, “Ingatlah, janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memberi mahar kepada wanita, karena meskipun dia seorang yang dimuliakan di dunia atau seorang yang bertaqwa di sisi Allah, tentu yang paling utama (dalam menghormati wanita) diantara kalian adalah Nabiyyullah SAW. Padahal aku tidak mengetahui Rasulullah SAW memberi mahar kepada seorang pun dari istri-istrinya dan tidak pula menikahkan putri-putri beliau dengan mahar lebih dari dua belas uqiyah”. [HR. Tirmidzi juz 2, hal. 291, no. 1122, ia berkata : Ini hadits hasan shahih]
Keterangan :
Mahar Rasulullah SAW kepada istri-istri beliau sebanyak 12 uqiyah (400 dirham), itu tidak menunjukkan semuanya begitu, tetapi itu menunjukkan bahwa kebanyakan istri beliau diberi mahar sebanyak itu. Ibnu Hisyam menyebutkan di dalam kitab tarikhnya bahwa beliau memberikan mahar kepada istri-istri beliau sebagai berikut :
1. Khadijah binti Khuwailid, maharnya 20 ekor unta yang masih muda.
2. ‘Aisyah binti Abu Bakar, maharnya 400 dirham.
3. Saudah binti Zam’ah, maharnya 400 dirham.
4. Zainab binti Jahsy, maharnya 400 dirham.
5. Ummu Salamah binti Abu Umayyah, maharnya kasur berisi serabut, bejana, hamparan dan gilingan gandum.
6. Hafshah binti ‘Umar bin Khaththab, maharnya 400 dirham.
7. Ummu Habibah binti Abu Sufyan, maharnya 400 dinar (=4.000 dirham)
8. Juwairiyah binti Al-Harits, maharnya 400 dirham.
9. Maimunah binti Al-Harits, maharnya 400 dirham.
10. Zainab binti Khuzaimah, maharnya 400 dirham.
[diringkas dari Tarikh Ibnu Hisyam juz 6, hal. 61]
11. Shofiyah binti Huyaiy, maharnya Nabi SAW memerdekakan Shafiyah, dan menjadikan kemerdekaannya itu sebagai maharnya.
11. Boleh memberi mahar dengan mengajarkan ayat-ayat Al-Qur’an.
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ اَنَّ امْرَأَةً جَاءَتْ رَسُوْلَ اللهِ ص فَقَالَتْ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، جِئْتُ لاَهَبَ لَكَ نَفْسِيْ. فَنَظَرَ اِلَيْهَا رَسُوْلُ اللهِ ص، فَصَعَّدَ النَّظَرَ اِلَيْهَا وَصَوَّبَهُ ثُمَّ طَأْطَأَ رَأْسَهُ. فَلَمَّا رَأَتِ الْمَرْأَةُ اَنَّهُ لَمْ يَقْضِ فِيْهَا شَيْئًا جَلَسَتْ، فَقَامَ رَجُلٌ مِنْ اَصْحَابِهِ فَقَالَ: اَيْ رَسُوْلَ اللهِ، اِنْ لَمْ تَكُنْ لَكَ بِهَا حَاجَةٌ فَزَوّجْنِيْهَا، فَقَالَ: وَ هَلْ عِنْدَكَ مِنْ شَيْءٍ؟ قَالَ: لاَ وَ اللهِ يَا رَسُوْلَ اللهِ. قَالَ: اِذْهَبْ اِلَى اَهْلِكَ فَانْظُرْ هَلْ تَجِدُ شَيْئًا. فَذَهَبَ، ثُمَّ رَجَعَ فَقَالَ: لاََ وَ اللهِ يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَا وَجَدْتُ شَيْئًا. قَالَ: اُنْظُرْ وَلَوْ خَاتَمًا مِنْ حَدِيْدٍ. فَذَهَبَ، ثُمَّ رَجَعَ فَقَالَ: لاَ وَ اللهِ يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَلاَ خَاتَمًا مِنْ حَدِيْدٍ وَ لكِنْ هذَا اِزَارِي. قَالَ سَهْلٌ مَا لَهُ رِدَاءٌ فَلَهَا نِصْفُهُ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَا تَصْنَعُ بِاِزَارِكَ، اِنْ لَبِسْتَهُ لَمْ يَكُنْ عَلَيْهَا مِنْهُ شَيْءٌ وَ اِنْ لَبِسَتْهُ لَمْ يَكُنْ عَلَيْكَ شَيْءٌ. فَجَلَسَ الرَّجُلُ حَتَّى طَالَ مَجْلَسُهُ، ثُمَّ قَامَ. فَرَآهُ رَسُوْلُ اللهِ ص مُوَلّيًا، فَاَمَرَ بِهِ فَدُعِيَ، فَلَمَّا جَاءَ قَالَ: مَاذَا مَعَكَ مِنَ الْقُرْانِ؟ قَالَ: مَعِيْ سُوْرَةُ كَذَا وَ سُوْرَةُ كَذَا وَسُوْرَةُ كَذَا، عَدَّدَهَا. قَالَ: اَتَقْرَؤُهُنَّ عَنْ ظَهْرِ قَلْبِكَ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: اِذْهَبْ، فَقَدْ مَلَّكْتُكَهَا بِمَا مَعَكَ مِنَ الْقُرْان. البخارى 6: 131
Dari Sahl bin Sa’ad bahwasanya ada seorang wanita datang kepada Rasulullah SAW, wanita itu berdiri lalu berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku datang untuk menyerahkan diriku untukmu”. Maka Rasulullah SAW memperhatikan wanita tersebut, beliau melihatnya dari atas sampai ke bawah. Kemudian beliau menundukkan kepalanya. Setelah wanita itu mengetahui bahwa Rasulullah SAW tidak menghendakinya, lalu wanita itu duduk. Kemudian berdirilah seorang laki-laki dan berkata, “Ya Rasulullah, jika engkau tidak berminat kepadanya, maka nikahkanlah aku dengannya”. Kemudian Rasulullah SAW bertanya, “Apakah kamu mempunyai sesuatu (untuk maharnya) ?”. Ia menjawab, “Demi Allah, saya tidak punya apa-apa, ya Rasulullah”. Beliau bersabda, “Pergilah kepada keluargamu, apakah kamu mendapatkan sesuatu”. Lalu laki-laki itu pergi. Kemudian ia kembali lalu berkata, “Demi Allah, tidak punya apa-apa ya Rasulullah, saya tidak mendapatkan sesuatupun”. Beliau bersabda, ”Lihatlah lagi, walaupun cincin dari besi”. Lalu laki-laki itu pergi. Kemudian ia kembali dan berkata, “Demi Allah, tidak punya apa-apa ya Rasulullah, tidak pula cincin dari besi, tetapi ini kain izarku”. Sahl berkata, laki-laki itu tidak punya ridaa’ (pakaian atas), maka wanita itu akan diberi separo izaarnya. Lalu Rasulullah SAW bertanya, “Apa yang akan kamu perbuat dengan kain izarmu ?”. Jika kamu yang memakainya, berarti istrimu tidak bisa memakainya, dan jika istrimu yang memakainya berarti kamu tidak bisa memakainya ?”. Lalu laki-laki tersebut duduk sampai lama. Kemudian laki-laki itu berdiri, lalu Rasulullah SAW melihatnya ia berpaling pergi, lalu beliau menyuruh supaya laki-laki itu dipanggil kembali. Setelah laki-laki itu datang, beliau bertanya, “Apakah kamu mempunyaii hafalan ayat-ayat Al-Qur’an ?”. Laki-laki itu menjawab, “Ya, saya hafal surat ini, surat ini dan surat ini”. Laki-laki itu menghitungnya. Nabi SAW bertanya lagi, “Maukah kamu membacakan ayat-ayat itu dengan hafalanmu ?”. Laki-laki itu menjawab, “Ya, mau”. Nabi SAW bersabda, “Silahkan, sungguh aku telah menikahkan kamu dengan wanita itu dengan mahar ayat-ayat Al-Qur’an yang ada padamu”. [HR. Bukhari juz 6, hal. 131]
و فى رواية لمسلم: قَالَ: اِنْطَلِقْ، لَقَدْ زَوَّجْتُكَهَا فَعَلّمْهَا مِنَ اْلقُرْانِ. مسلم 2: 1041
Dan dalam riwayat lain oleh Muslim : Nabi SAW bersabda, “Silahkan, sungguh aku telah menikahkan kamu dengannya, maka ajarilah dia dengan ayat-ayat Al-Qur’an”. [HR. Muslim juz 2, hal. 1041]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ نَحْوَ هذِهِ الْقِصَّةِ لَمْ يَذْكُرِ الاِزَارَ وَالْخَاتَمَ فَقَالَ: مَا تَحْفَظُ مِنَ الْقُرْآنِ؟ قَالَ: سُورَةَ الْبَقَرَةِ اَوِ الَّتِى تَلِيهَا. قَالَ: فَقُمْ فَعَلّمْهَا عِشْرِيْنَ آيَةً وَهِىَ امْرَأَتُكَ. ابو داود 2: 236، رقم: 2112
Dari Abu Hurairah, sebagaimana kisah di atas, tetapi tidak menyebutkan izaar dan cincin kawin, beliau bertanya, “Apa yang kamu hafal dari Al-Qur’an ?”. Orang laki-laki itu menjawab, “Saya hafal surat Al-Baqarah dan surat berikutnya”. Beliau bersabda, “Berdirilah, ajarkanlah kepadanya dua puluh ayat, dan wanita itu menjadi istrimu”. [HR. Abu Dawud juz 2, hal. 236, no. 2112, dla’if karena dalam sanadnya ada perawi bernama ‘Isl bin Sufyan]
Keterangan :
Dari ayat-ayat maupun hadits-hadits yang telah lalu menunjukkan bahwa memberikan maskawin kepada wanita yang dinikahi itu merupakan kewajiban. Adapun besarnya maskawin tidak ada ketentuan yang pasti. Dan maskawin bisa diberikan secara tunai maupun dengan ditangguhkan, bahkan boleh pula bermahar dengan mengajarkan ayat-ayat Al-Qur’an.
12. Saksi dalam pernikahan
عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: لاَ نِكَاحَ اِلاَّ بِوَلِيّ وَ شَاهِدَيْ عَدْلٍ، وَ مَا كَانَ مِنْ نِكَاحٍ عَلَى غَيْرِ ذلِكَ فَهُوَ بَاطِلٌ، فَاِنْ تَشَاجَرُوْا فَالسُّلْطَانُ وَلِيُّ مَنْ لاَ وَلِيَّ لَهُ. ابن حبان 9: 386، رقم: 4075
Dari ‘Aisyah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada nikah melainkan dengan wali dan dua orang saksi yang adil. Dan pernikahan yang tidak seperti itu, pernikahan itu bathal. Maka jika para walinya berselisih (saling bertengkar), maka penguasa (hakim) adalah wali bagi orang yang tidak punya wali”. [HR. Ibnu Hibban juz 9, hal. 386, no. 4075]
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لاَ نِكَاحَ اِلاَّ بِوَلِيّ وَ شَاهِدَيْ عَدْلٍ. الدارقطنى 3: 227، رقم: 24
Dari ‘Aisyah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada nikah melainkan dengan wali dan dua orang saksi yang adil”. [HR. Daruquthni juz 3, hal. 227, no. 24, dla’if karena dalam sanadnya ada perawi bernama Muhammad bin Yazid bin Sinan dari ayahnya, keduanya dla’if]
Keterangan :
Dari ayat-ayat maupun hadits-hadits yang telah lalu bisa diambil pengertian bahwa syarat pernikahan adalah sebagai berikut :
1. Ada calon pengantin laki-laki dan wanita.
2. Ada maskawin/mahar.
3. Harus ada wali (Bagi yang berpendapat wali itu wajib).
4. Ada saksi yang adil (dua orang laki-laki, atau satu orang laki-laki dan dua wanita).
5. Ada ijab qabul.
13. Anjuran mengadakan walimah
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص رَأَى عَلَى عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ عَوْفٍ اَثَرَ صُفْرَةٍ فَقَالَ: مَا هذَا؟ قَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ اِنّى تَزَوَّجْتُ امْرَأَةً عَلَى وَزْنِ نَوَاةٍ مِنْ ذَهَبٍ. قَالَ: فَبَارَكَ اللهُ لَكَ. اَوْلِمْ وَ لَوْ بِشَاةٍ. مسلم 2: 1042
Dari Anas bin Malik, bahwasanya Nabi SAW melihat ada bekas kuning-kuning pada 'Abdur Rahman bin 'Auf. Maka beliau bertanya, "Apa ini ?". Ia menjawab, "Ya Rasulullah, saya baru saja menikahi wanita dengan mahar seberat biji kurma dari emas". Maka beliau bersabda, "Semoga Allah memberkahimu. Selenggarakanlah walimah meskipun (hanya) dengan (menyembelih) seekor kambing". [HR. Muslim juz 2, hal. 1042]
عَنْ اَنَسٍ قَالَ: مَا اَوْلَمَ النَّبِيُّ ص عَلَى شَيْءٍ مِنْ نِسَائِهِ مَا اَوْلَمَ عَلَى زَيْنَبَ، اَوْلَمَ بِشَاةٍ. البخارى 6: 142
Dari Anas, ia berkata, "Nabi SAW tidak pernah menyelenggarakan walimah atas (pernikahannya) dengan istri-istri beliau sebagaimana walimah atas (pernikahannya) dengan Zainab, beliau menyelenggarakan walimah dengan (menyembelih) seekor kambing". [HR. Bukhari juz 6, hal. 142].
عَنْ صَفِيَّةَ بِنْتِ شَيْبَةَ قَالَتْ: اَوْلَمَ النَّبِيُّ ص عَلَى بَعْضِ نِسَائِهِ بِمُدَّيْنِ مِنْ شَعِيْرٍ. البخارى 6: 143
Dari Shafiyah binti Syaibah, ia berkata, "Nabi SAW peernah mengadakan walimah pada (pernikahannya) dengan sebagian istri beliau dengan dua mud gandum". [HR. Bukhari juz 6, hal. 143].
عَنْ اَنَسٍ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص اَعْتَقَ صَفِيَّةَ وَ تَزَوَّجَهَا وَ جَعَلَ عِتْقَهَا صَدَاقَهَا وَ اَوْلَمَ عَلَيْهَا بِحَيْسٍ. البخارى 6: 142
Dari Anas bahwasanya Rasulullah SAW memerdekakan Shafiyah, lalu menikahinya, dan beliau menjadikan kemerdekaannya itu sebagai maharnya. Dan beliau membuat walimah pada pernikahannya itu dengan hais (makanan yang terbuat dari kurma, keju dan minyak samin). [HR. Bukhari juz 6, hal. 142]
عَنْ اَنَسٍ قَالَ: اَقَامَ النَّبِيُّ ص بَيْنَ خَيْبَرَ وَ اْلمَدِيْنَةِ ثَلاَثًَا يُبْنَى عَلَيْهِ بِصَفِيَّةَ بِنْتِ حُيَيّ فَدَعَوْتُ اْلمُسْلِمِيْنَ اِلَى وَلِيْمَتِهِ، فَمَا كَانَ فِيْهَا مِنْ خُبْزٍ وَ لاَ لَحْمٍ، اَمَرَ بِاْلاَنْطَاعِ فَاُلْقِىَ فِيْهَا مِنَ التَّمْرِ وَ اْلاَقِطِ وَ السَّمْنِ. فَكَانَتْ وَلِيْمَتَهُ، فَقَالَ اْلمُسْلِمُوْنَ: اِحْدَى اُمَّهَاتِ اْلمُؤْمِنِيْنَ اَوْ مِمَّا مَلَكَتْ يَمِيْنُهُ؟ فَقَالُوْا: اِنْ حَجَبَهَا فَهِيَ مِنْ اُمَّهَاتِ اْلمُؤْمِنِيْنَ. وَ اِنْ لَمْ يَحْجُبْهَا فَهِيَ مِمَّا مَلَكَتْ يَمِيْنُهُ. فَلَمَّا ارْتَحَلَ وَطَّأَ لَهَا خَلْفَهُ وَ مَدَّ اْلحِجَابَ بَيْنَهَا وَ بَيْنَ النَّاسِ. البخارى 6: 139
Dari Anas, ia berkata : Nabi SAW pernah singgah diantara Khaibar dan Madinah selama tiga malam, dimana beliau mengadakan pernikahan dengan Shafiyah binti Huyaiy. Kemudian aku mengundang kaum muslimin untuk menghadiri walimahnya, yang pada walimah itu tidak ada roti dan tidak pula daging. Beliau menyuruh supaya dihamparkan tikar-tikar, lalu diletakkan di atasnya, kurma, keju dan samin. Itulah walimah beliau. Lalu kaum muslimin pada bertanya, "Ini walimah salah seorang ummul mukminin ataukah hamba perempuan yang dimiliki beliau ?". Lalu mereka menjawab, "Jika Nabi SAW menutupinya, maka ia adalah seorang ummul mukminin, dan jika beliau tidak menutupinya, maka ia adalah hamba yang beliau miliki". Kemudian tatkala Nabi SAW akan berangkat meneruskan perjalanan, beliau lalu menaikkannya di belakang beliau, lalu menarik tabir untuk menutupi antara Shafiyah dengan orang banyak. [HR. Bukhari juz 6, hal. 139].
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: تَزَوَّجَ رَسُوْلُ اللهِ ص فَدَخَلَ بِاَهْلِهِ، قَالَ: فَصَنَعَتْ اُمّى اُمُّ سُلَيْمٍ حَيْسًا فَجَعَلَتْهُ فِى تَوْرٍ فَقَالَتْ: يَا اَنَسُ، اِذْهَبْ بِهذَا اِلَى رَسُوْلِ اللهِ ص. فَقُلْ بَعَثَتْ بِهذَا اِلَيْكَ اُمّى وَ هِيَ تُقْرِئُكَ السَّلاَمَ. وَ تَقُوْلُ اِنَّ هذَا لَكَ مِنَّا قَلِيْلٌ يَا رَسُوْلَ اللهِ. قَالَ: فَذَهَبْتُ بِهَا اِلَى رَسُوْلِ اللهِ ص فَقُلْتُ: اِنَّ اُمّى تُقْرِئُكَ السَّلاَمَ وَ تَقُوْلُ اِنَّ هذَا لَكَ مِنَّا قَلِيْلٌ يَا رَسُوْلَ اللهِ. فَقَالَ: ضَعْهُ. ثُمَّ قَالَ: اِذْهَبْ فَادْعُ لِيْ فُلاَنًا وَ فُلاَنًا وَ فُلاَنًا وَ مَنْ لَقِيْتَ، وَ سَمَّى رِجَالاً. قَالَ: فَدَعَوْتُ مَنْ سَمَّى وَ مَنْ لَقِيْتُ. قَالَ: قُلْتُ ِلاَنَسٍ: عَدَدَ كَمْ كَانُوْا؟ قَالَ: زُهَاءَ ثَلاَثِمِائَةٍ. مسلم 2: 1051
Dari Anas bin Malik, ia berkata, "Rasulullah SAW menikah, lalu beliau mengadakan walimah". Anas berkata, "Lalu ibuku Ummu Sulaim membuat makanan hais, lalu ia tuangkan dalam bejana, kemudian ia berkata, "Hai Anas, bawalah ini kepada Rasulullah SAW. Dan katakanlah, "Ibuku mengirimkan ini untuk engkau, dan dia berkirim salam kepada engkau". Dan katakanlah, "Ini sedikit dari kami untuk engkau ya Rasulullah". Anas berkata, "Lalu aku pergi kepada Rasulullah SAW dengan membawa makanan itu". Lalu aku berkata kepada Rasulullah, "Sesungguhnya ibuku berkirim salam untukmu dan dia mengatakan, "Sesungguhnya ini sedikit dari kami untukmu, ya Rasulullah". Kemudian Rasulullah SAW bersabda, "Letakkanlah makanan itu". Kemudian beliau bersabda, "Undanglah kemari, si Fulan, si Fulan, si Fulan dan siapasaja yang kamu jumpai". Beliau menyebutkan beberapa nama orang laki-laki. Anas berkata, "Kemudian aku mengundang orang-orang yang beliau sebut namanya dan orang-orang yang aku jumpai". Perawi bertanya kepada Anas, "Berapa jumlah mereka itu ?". Jawab Anas, "Kira-kira 300 orang". [HR. Muslim juz 2, hal. 1051].
mta 12/2011, 01/2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar