Dalil-dalil doa iftitah

RIWAYAT HADITS TENTANG DOA IFTITAH
1.    Riwayat dari Sayyidina ‘Ali Bin Abi Thalib Karamallahu Wajhahu. Yaitu:
«وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا مُسْلِمًا، وَمَا أَنَا مِنْ الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنْ الْمُسْلِمِينَ»،
اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ. «رَوَاهُ مسلم إلا كلمة “مسلما” فابن حبان، عن علي بن أبي طالب»
Doa tersebut diriwayatkan dalam Kitab Shahih Muslim.
Riwayat yang hampir sama diriwayatkan dalam Sunan Abi Daud, Sunan Nasaai, Sunan Turmuzi, Sunan Daraquthni dan Sunan Darimi, juga diriwayatkan dalam Shahih Ibnu Hibban, dalam Kitab Sunan Al-Kubra Imam Baihaqqi, dalam Kitab Shahih Ibnu Khuzaimah, dalam Kitab Al-Mu’jamul Kabir Imam Thabarani, dalam Kitab Mustakhraj Abi ‘Awanah, dalam Masnad Imam Syafi’i, Masnad Imam Ahmad bin Hanbal, Masnad Abi Ya’la Al-Mawshuli dan Masnad Thayalisi, dalam Kitab Mashnaf Ibnu Abi Syaibah, dan dalam Kitab Al-Ahad Wal Matsani Ibnu Abi ‘Ashim.
Yang dimaksud dengan kata “hampir sama” dalam tulisan ini adalah bahwa hadits tersebut diatas bersumber dari sumber yang sama yakni Sayyidina ‘Ali tetapi para ahli hadits dalam meriwayatkannya ada perbedaan-perbedaan sedikit, seperti antara Ibnu Hibban dengan salah satu riwayat Imam Muslim pada kata “muslima” setelah “hanifa”, ternyata kata “muslima’ tidak didapatkan pada riwayat Imam Muslim tetapi didapatkan pada riwayat Ibnu Hibban, demikian juga penambahan yang lain pada riwayat yang lain.
Atas dasar berbagai riwayat yang tersebut diatas maka oleh para ulama dalam kitab-kitab fiqih mereka juga berbeda-beda dalam menulis doa iftitah, ada yang hanya menulis sebagaimana riwayat Imam Muslim dan ada juga yang menulis dengan menambahkan “muslima” sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban. Bahkan Imam Nawawi dalam kitab Majmu’ tidak menulis kata “muslima” sebagaimana pula Imam Syafi’i dan Imam Muzanni dalam kitab Al-Um dan Mukhtashar Muzanni, tetapi Imam Nawawi menulis kata “muslima” dalam kitab Raudhah sebagaimana yang ditulis oleh Imam Rafi’i dalam kitab Fat-hul ‘Aziz Syarah Wajiz yang dikatakan juga Kitab Syarah Kabir atau Ashal Raudhah.

2.    Riwayat dari Abu Hurairah Radhiallahu Ta’ala ‘Anhu. Yaitu:
«اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ، كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنَ الْخَطَايَا، كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ، اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ، بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ». «رواه البخاري ومسلم عن أبي هريرة، هذا لفظ أحدى روايات البخاري ورواية مسلم مثلها الا أنه قال اللهم نقني من خطاياى اللهم واغسلني من خطاياى».
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Dan ketahuilah pula bahwa selain dari riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim doa ini juga diriwayatkan dalam Sunan Nasaai, Sunan Ibnu Majah, Sunan Al-Kubra Baihaqqiy, Mustakhraj Abi ‘Awanah, Masnad Abi Ya’la Al-Muwshuli, Shahih Ibnu Hibban, Shahih Ibnu Khuzaimah, Suana Abi Daud, Mashnaf Ibnu Abi Syaibah, Masnad Imam Ahmad, Sunan Darimi dan Sunan Daraquthni. Disini juga terdapat pengriwayatan yang berbeda pada seumpama sabda Nabi “Allahummaghsil Khathayaya” ada yang mengriwayatkan “Allahummaghsilnil Khathaya”, juga pada sabda Nabi “Wats Tsalji Wal Baradi” ada yang mengriwayatkan ” Wats Tsaljil Baaridi” dan sebagainya. Untuk mengetahui bagaimana bentuk doa dari masing-masing riwayat maka silakan merujuk kepada kitab-kitab yang sudah kami sebutkan.
3.    Riwayat dari Ummul Mukminin Sayyidatina ‘Aisyah Radhiallahu Ta’ala ‘Anha. Yaitu:
«سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ». «رواه أبو داود، الترمذي،الدارقطني عن أم المؤمنين سيدتنا عائشة، وضعفه أبو داود والترمذي»
Hadits tersebut diatas juga didapatkan dalam kitab Sunan Nasaai, Sunan Ibnu Majah, Masnad Imam Ahmad, Sunan Al-Kubra Baihaqqi, Mustadrak Hakim, Mu’jam Kabir Thabarani, Tahdzibul Atsaar Thabari, Sunan Darimi, Masnad Abi Ya’la Al-Mawsuli dan Shahih Ibnu Khuzaimah dan lainnya.
4.    Riwayat dari Anas Bin Malik Radhiallahu Ta’ala ‘Anhu. Yaitu:
«الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ». «رواه مسلم، أبي داود، النسائى، عن أنس»
Hadits tersebut juga terdapat dalam Shahih Ibnu Khuzaimah, Shahih Ibnu Hibban, Masnad Abu Ya’la Al-Mawshuli dan lainya.
5.    Riwayat dari Ibnu ‘Umar Radhiallahu Ta’ala ‘Anhu. Yaitu:
«اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا». « رواه مسلم، عن ابن عمر
Selain dalam kitab Shahih Muslim dan selain riwayat dari Ibnu Umar hadits tersebut dalam riwayat yang lain terdapat juga dalam Kitab Sunan Abi Daud, Sunan Turmuzi, Sunan Nasaai, Sunan Ibnu Majah, Mashnaf Ibnu Abi Syaibah, Sunan Al-Kubra Imam Baihaqqi, Mustadrak ‘Ala Shahih Hakim, Mu’jam Kabir Thabarani, Tahdzibul Atsar Ath-Thabari, Shahih Ibnu Khuzaimah dan lainya.
KECENDERUNGAN IMAM MAZHAB EMPAT

Imam Rafi’i dalam kitab Fat-hul ‘Aziz atau dikatakan juga kitab Syarah Kabir menyebutkan perbedaan pendapat empat mazhab fiqih dalam masalah do’a iftitah. Sebagai berikut ini:

  1. Mazhab Hanafi.
Sunat membaca Iftitah setelah Takbir bukan sebelum Takbir. Do’anya adalah apa yang diriwayatkan dari Ummul Mukminin Sayyidatina ‘Aisyah Radhiallahu ‘anha.

  1. Mazhab Maliki.
Tidak disunatkan membaca Iftitah setelah Takbir, tetapi sebelum Takbir, begitu juga ta’awudz. Adapun setelah Takbir maka langsung saja membaca Fatihah.

  1. Mazhab Syafi’i.
Sunat membaca Iftitah setelah Takbir bukan sebelum Takbir. Do’anya adalah apa saja yang ada dari salah satu riwayat hadits yang tersebut diatas. Namun yang lebih utama adalah apa yang diriwayatkan dari Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib. Boleh membaca semuanya dari satu riwayat atau dari semua riwayat jika seseorang shalat sendirian. Adapun bagi imam maka hanya disunatkan membaca doa yang diriwayatkan dari Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib sampai pada katanya “Wa Ana Minal Muslimin”.

  1. Mazhab Hanbali sama dengan mazhab Hanafi.
 Kemudian dari itu maka ketahuilah bahwa membaca doa Iftitah hanya disunatkan jika terpenuhi 5 syarat, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Bujairimi ‘Alal Khatib sebagai berikut, yaitu:
1.            Shalat yang dilakukan seseorang bukan shalat janazah.
2.            Tiada takut habis waktu yang dihitung shalatnya tunai.
3.            Tiada takut luput sebagian fatihah, ini bagi yang mengikut imam.
4.            Tidak mendapat imam pada bukan berdiri. Maka jika seseorang mendapat imam pada ruku’, pada i’tidal atau pada yang lain, yang jelas bukan pada berdiri maka tidak sunat membaca iftitah.
5.            Belum masuk kepada membaca ta’awwudz atau basmalah, baik sengaja atau lupa.

Dalam kitab tersebut juga dijelaskan bahwa doa manapun yang dibacakan sebagai iftitah shalat dari riwayat-riwayat hadits yang telah disebutkan diatas niscaya hasil baginya pahala sunat, tetapi doa yang terdapat pada hadits yang pertama yakni doa iftitah yang diriwayatkan dari Sayyidina ‘Ali adalah yang terlebih utama sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Nawawi dalam kitab Majmu’. Kenyataan dari semua itu adalah sunat menghimpunkan sekalian doa yang tersebut dalam hadits, artinya sunat membaca semuanya bagi orang yang shalat sendiri atau bagi imam jama’ah kaum mahsurin. Namun hal ini tidak sependapat dengan Imam Azrai’y.
Dalam kitab Raudhah juga disebutkan: “Telah berkata oleh para shahabat Imam Syafi’i, diantaranya adalah Abu Ishaq al-Marwazi dan al-Qadhi Abu Hamid; disunatkan bagi selain imam bahwa berkata; 

«سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ»


Setelah itu maka membaca “Wajjahtu” hingga akhrinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar