JANAIZ
39. Berdiri ketika ada jenazah lewat.
عَنْ عَامِرِ بْنِ رَبِيْعَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِذَا رَأَيْتُمُ اْلجَنَازَةَ فَقُوْمُوْا لَهَا حَتَّى تُخَلّفَكُمْ اَوْ تُوْضَعَ. مسلم 2: 659
Dari ‘Amir bin Rabi’ah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Apabila kalian melihat jenazah, maka berdirilah untuk menghormatinya sehingga jenazah itu meninggalkan kalian atau jenazah itu diletakkan”. [HR. Muslim juz 2, hal. 659]
عَنْ جَابِرِ ابْنِ عَبْدِ اللهِ رض قَالَ: مَرَّ بِنَا جَنَازَةٌ، فَقَامَ لَهَا النَّبِيُّ ص وَ قُمْنَا، فَقُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اِنَّهَا جَنَازَةُ يَهُوْدِيّ، قَالَ: اِذَا رَأَيْتُمُ اْلجَنَازَةَ فَقُوْمُوْا. البخارى 2: 87
Dari Jabir bin ‘Abdullah RA, ia berkata : Pernah suatu jenazah dibawa melewati kami, kemudian Nabi SAW berdiri untuk menghormatinya dan kami pun berdiri pula. Kemudian kami berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya itu adalah jenazah orang Yahudi”. Beliau bersabda, “Apabila kalian melihat jenazah, maka berdirilah (untuk menghormatinya)”. [HR. Bukhari juz 2, hal. 87]
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ اَبِى لَيْلَى قَالَ: كَانَ سَهْلُ بْنُ حُنَيْفٍ وَ قَيْسُ بْنُ سَعْدٍ قَاعِدَيْنِ بِاْلقَادِسِيَّةِ، فَمَرُّوْا عَلَيْهِمَا بِجَنَازَةٍ، فَقَامَا، فَقِيْلَ لَهُمَا: اِنَّهَا مِنْ اَهْلِ اْلاَرْضِ أَيْ مِنْ اَهْلِ الذّمَّةِ، فَقَالاَ: اِنَّ النَّبِيَّ ص مَرَّتْ بِهِ جَنَازَةٌ فَقَامَ، فَقِيْلَ لَهُ: اِنَّهَا جَنَازَةُ يَهُوْدِيّ، فَقَالَ: اَلَيْسَتْ نَفْسًا؟ البخارى 2: 87
Dari ‘Abdur Rahman bin Abu Laila, ia berkata : Dahulu Sahl bin Hunaif dan Qais bin Sa’ad ketika keduanya sedang duduk di Qadisiyah, lalu lewat di hadapan mereka satu jenazah, maka mereka berdua berdiri. Kemudian mereka diberitahu bahwa jenazah tersebut adalah dari penduduk daerah itu, yakni orang kafir dzimmi. Lalu mereka berdua berkata, “Sesungguhnya Nabi SAW, pernah ada jenazah lewat di hadapan beliau, maka beliau berdiri”. Lalu dikatakan kepada beliau bahwa itu adalah jenazah orang Yahudi, maka Nabi SAW menjawab, “Bukankah dia itu juga manusia ?”. [HR. Bukhari juz 2, hal. 87]
عَنْ عَلِيّ ابْنِ اَبِى طَالبٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص قَامَ فِى اْلجَنَازَةِ، ثُمَّ قَعَدَ بَعْدُ. ابو داود 3: 204
Dari ‘Ali bin Abu Thalib, bahwasanya dahulu Nabi SAW berdiri untuk menghormati jenazah, kemudian sesudah itu beliau duduk”. [HR. Abu Dawud juz 3, hal. 204]
عَنْ عَلِيّ قَالَ: رَأَيْنَا رَسُوْلَ اللهِ ص قَامَ فَقُمْنَا وَ قَعَدَ فَقَعَدْنَا، يَعْنِى فِى اْلجَنَازَةِ. مسلم 2: 662
Dari ‘Ali, ia berkata, “Dahulu kami melihat Rasulullah SAW berdiri, maka kami pun berdiri. Kemudian kami melihat beliau duduk, maka kamipun duduk, yakni dalam menghormati jenazah”. [HR. Muslim juz 2, hal. 662]
عَنِ ابْنِ سِيْرِيْنَ قَاَلَ:مُرَّ بِجَنَازَةٍ عَلَى اْلحَسَنِ بْنِ عَلِيّ وَ ابْنِ عَبَّاسٍ، فَقَامَ اْلحَسَنُ وَ لَمْ يَقُمِ ابْنُ عَبَّاسٍ، فَقَالَ اْلحَسَنُ ِلابْنِ عَبَّاسٍ: اَمَا قَامَ لَهَا رَسُوْلُ اللهِ ص؟ قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: قَامَ لَهَا ثُمَّ قَعَدَ. النسائى 4: 47
Dari Ibnu Siiriin, ia berkata : Ada satu jenazah dibawa melewati Hasan bin ‘Ali dan Ibnu ‘Abbas, lalu Hasan berdiri sedang Ibnu ‘Abbas tidak, kemudian Hasan berkata kepada Ibnu ‘Abbas, “Bukankah Rasulullah SAW berdiri untuk menghormati jenazah ?”. Ibnu ‘Abbas menjawab, “Rasulullah SAW berdiri untuk menghormatinya, kemudian duduk”. [HR. Nasai juz 4, hal. 47]
Keterangan :
Dari hadits-hadits di atas bisa kita ketahui bahwa ketika ada jenazah lewat, pernah Nabi SAW berdiri untuk menghormatinya dan pernah pula beliau duduk.
40. Anjuran ziyarah qubur.
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: زُوْرُوا اْلقُبُوْرَ فَاِنَّهَا تُذَكّرُكُمُ اْلآخِرَةَ. ابن ماجه 1: 500، رقم: 1569
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Berziyarah quburlah kalian, karena hal itu akan mengingatkan kalian pada akhirat”. [HR. Ibnu Majah juz 1, hal. 500, no. 1569]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِسْتَأْذَنْتُ رَبّى اَنْ اَسْتَغْفِرَ ِلاُمّى فَلَمْ يَأْذَنْ لِى وَ اِسْتَأْذَنْتُهُ اَنْ اَزُوْرَ قَبْرَهَا فَاَذِنَ لِى. مسلم 2: 671
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Aku minta izin kepada Tuhanku untuk memohonkan ampun ibuku, namun Dia tidak mengidzinkanku, dan aku memohon idzin kepada-Nya untuk menziyarahi quburnya, maka Dia mengidzinkan aku”. [HR. Muslim juz 2, hal. 671]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: زَارَ النَّبِيُّ ص قَبْرَ اُمّهِ فَبَكَى وَ اَبْكَى مَنْ حَوْلَهُ فَقَالَ: اِسْتَأْذَنْتُ رَبّى فِى اَنْ اَسْتَغْفِرَ لَهَا فَلَمْ يُؤْذَنْ لِى وَ اسْتَأْذَنْتُهُ فِى اَنْ اَزُوْرَ قَبْرَهَا فَاُذِنَ لِى، فَزُوْرُوا اْلقُبُوْرَ، فَاِنَّهَا تُذَكّرُ اْلمَوْتَ. مسلم 2: 671
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Nabi SAW pernah berziyarah qubur ke qubur ibunya, lalu beliau menangis, dan menyebabkan menangis pula orang-orang yang di sekitarnya. Lalu beliau bersabda, “Aku minta idzin kepada Tuhanku untuk memintakan ampun ibuku, tetapi aku tidak diidzinkan. Dan aku minta idzin kepada-Nya untuk menziyarahi qubur ibuku, lalu diidzinkan. Maka berziyarah quburlah kalian, karena ziyarah qubur itu mengingatkan mati”. [HR. Muslim juz 2, hal. 671]
عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ اَبِيْهِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: قَدْ كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ اْلقُبُوْرِ، فَقَدْ اُذِنَ لِمُحَمَّدٍ فِى زِيَارَةِ قَبْرِ اُمّهِ، فَزُوْرُوْهَا فَاِنَّهَا تُذَكّرُ اْلآخِرَةَ. الترمذى 2: 259، و قال حديث بريدة حديث حسن صحيح
Dari Sulaiman bin Buraidah, dari bapaknya, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya dahulu aku melarang kamu sekalian ziyarah qubur, tetapi (sekarang) telah diizinkan kepada Muhammad untuk menziyarahi qubur ibunya. Oleh karena itu berziyarah quburlah kalian, karena ziyarah qubur itu dapat mengingatkan akhirat”. [HR. Tirmidzi juz 4, hal. 259, dan ia mengatakan haditsnya Buraidah ini adalah hadits hasan shahih]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص لَعَنَ زَوَّارَاتِ اْلقُبُوْرِ. الترمذى 2: 259، و قال: هذا حديث حسن صحيح
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah SAW melaknat para wanita yang sering berziyarah qubur. [HR. Tirmidzi juz 2, hal. 259, dan dia mengatakan : Ini hadits hasan shahih]
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ اَبِى مُلَيْكَةَ اَنَّ عَائِشَةَ اَقْبَلَتْ ذَاتَ يَوْمٍ مِنَ اْلمَقَابِرِ فَقُلْتُ لَهَا، يَا اُمَّ اْلمُؤْمِنِيْنَ، مِنْ اَيْنَ اَقْبَلْتِ؟ قَالَتْ: مِنْ قَبْرِ اَخِى عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ اَبِى بَكْرٍ. فَقُلْتُ لَهَا: اَلَيْسَ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص نَهَى عَنْ زِيَارَةِ اْلقُبُوْرِ؟ قَالَتْ: نَعَمْ، كَانَ نَهَى، ثُمَّ اَمَرَ بِزِيَارَتِهَا. الحاكم فى المستدرك 1: 532، رقم: 1392
Dari ‘Abdullah bin Abu Mulaikah bahwa ‘Aisyah pada suatu hari datang dari quburan, lalu aku bertanya kepadanya, “Ya Ummul mu’minin, dari mana engkau datang ?”. Dia menjawab, “Dari qubur saudaraku, ‘Abdur Rahman bin Abu Bakar”. Lalu aku bertanya kepadanya, “Bukankah Rasulullah SAW melarang ziyarah qubur ?”. Dia menjawab, “Benar, dahulu beliau melarang, (tetapi) kemudian beliau menyuruh untuk menziyarahinya”. [HR. Hakim dalam Al-Mustadrak juz 1, hal. 532, no. 1392]
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رض قَالَ: مَرَّ النُّبِيُّ ص بِامْرَأَةٍ تَبْكِى عِنْدَ قَبْرٍ فَقَالَ: اِتَّقِى اللهَ وَ اصْبِرِى. قَالَتْ: اِلَيْكَ عَنّى فَاِنَّكَ لَمْ تُصَبْ بِمُصِيْبَتِى، وَ لَمْ تَعْرِفْهُ. فَقِيْلَ لَهَا اِنَّهُ النَّبِيُّ ص. فَاَتَتْ بَابَ النَّبِيّ ص فَلَمْ تَجِدْ عِنْدَهُ بَوَّابِيْنَ فَقَالتْ: لَمْ اَعْرِفْكَ. فَقَالَ: اِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ اْلاُوْلىَ. البخارى 2: 79
Dari Anas bin Malik RA, ia berkata : Nabi SAW melewati seorang wanita yang sedang menangis di dekat qubur, lalu beliau bersabda, “Bertaqwalah kamu kepada Allah dan bershabarlah”. Wanita itu berkata, “Menjauhlah kamu dariku, karena kamu tidak merasakan ditimpa mushibah seperti aku”. Wanita itu belum tahu bahwa beliau adalah Nabi SAW. Lalu ia diberitahu bahwa itu adalah Nabi SAW. Kemudian wanita itu datang ke rumah Nabi SAW, dan ia tidak mendapatkan penjaga pintu padanya, lalu wanita itu berkata, ”(Saya mohon maaf karena) saya belum mengenal engkau”. Lalu Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya shabar itu pada benturan yang pertama”. [HR. Bukhari juz 2, hal. 79]
41. Doa masuk pequburan.
Tentang doa masuk pequburan ada bermacam-macam, diantaranya sebagaimana riwayat berikut ini :
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص اَتَى اْلمَقْبَرَةَ، فَقَالَ: اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِيْنَ وَ اِنَّا اِنْ شَآءَ اللهُ بِكُمْ لاَحِقُوْنَ. مسلم 1: 218
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah SAW datang ke pequburan, beliau mengucapkan, “Assalaamu ‘alaikum daaro qoumin mu’miniin wa innaa in syaa-alloohu bikum laahiquun”. (Semoga keselamatan atas kamu sekalian wahai penghuni perkampungan orang-orang mu’min, dan insya Allah kami pun akan menyusul kalian). [HR. Muslim juz 1, hal. 218]
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يُعَلّمُهُمْ اِذَا خَرَجُوْا اِلَى اْلمَقَابِرِ فَكَانَ قَائِلُهُمْ يَقُوْلُ: اَلسَّلاَمُ عَلَى اَهْلِ الدّيَارِ مِنَ اْلمُؤْمِنِيْنَ وَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ اِنَّا اِنْ شَاءَ اللهُ لَلاَحِقُوْنَ، اَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَ لَكُمُ اْلعَافِيَةَ. و فى رواية: اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ اَهْلَ الدّيَارِ مِنَ اْلمُؤْمِنِيْنَ وَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ اِنَّا اِنْ شَاءَ اللهُ لَلاَحِقُوْنَ. اَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَ لَكُمُ اْلعَافِيَةَ. مسلم 2: 671
Adalah Rasulullah SAW mengajar para shahabat apabila pergi ke pequburan agar mereka membaca, “Assalaamu ‘alaa ahlid-diyaar minal mukminiina wal muslimiin wa innaa insyaa-alloohu lalaahiquun. As-alullooha lanaa wa lakumul-’aafiyah” (Semoga keselamatan atas penghuni qubur ini dari orang-orang mukmin dan orang-orang muslim, dan kami insya Allah akan menyusul, aku memohon keselamatan kepada Allah untuk kami dan untuk kalian). Dan dalam satu riwayat, “Assalaamu ‘alaikum ahlad-diyaar minal mukminiina wal muslimiin wa innaa insyaa-alloohu lalaahiquun. As-alullooha lanaa wa lakumul ‘aafiyah” (Semoga keselamatan atas kalian wahai penghuni qubur dari orang-orang mukmin dan orang-orang muslim, dan insya Allah kami akan menyusul. Aku memohon keselamatan kepada Allah untuk kami dan untuk kalian). [HR. Muslim juz 2, hal. 671]
عَنْ عَائِشَةَ رض قَالَتْ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص كُلَّمَا كَانَ لَيْلَتُهَا مِنْ رَسُوْلِ اللهِ ص يَخْرُجُ مِنْ آخِرِ اللَّيْلِ اِلَى اْلبَقِيْعِ، فَيَقُوْلُ: اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِيْنَ وَ اَتَاكُمْ مَا تُوْعَدُوْنَ غَدًا مُؤَجَّلُوْنَ وَ اِنَّا اِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لاَحِقُوْنَ. اَللّهُمَّ اغْفِرْ ِلاَهْلِ بَقِيْعِ اْلغَرْقَدِ. مسلم 2: 669
Dari ‘Aisyah RA, ia berkata : Adalah Rasulullah SAW ketika berada pada malam giliran ‘Aisyah, beliau pergi keluar (dari rumahnya) ke Baqi’, ketika itu waktu sudah larut malam, beliau membaca Assalaamu ‘alaikum daaro qoumin mukminiin, wa ataakum maa tuu’aduuna ghodan muajjaluun. Wa innaa insyaa-alloohu bikum laahiquun. Alloohummaghfir liahli baqii’il ghorqod (Semoga keselamatan atas kalian wahai penghuni perkampungan orang-orang yang beriman, apa yang dijanjikan nanti pasti sampai pada kalian, kalian masih diberi waktu menunggu. Sesungguhnya kami insya Allah akan manyusul kalian. Ya Allah, ampunilah penghuni (qubur) Al-Baqii’il Ghorqod). [HR. Muslim juz 2, hal. 669]
عَنْ بُرَيْدَةَ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يُعَلّمُهُمْ اِذَا خَرَجُوْا اِلىَ اْلمَقَابِرِ كَانَ قَائِلُهُمْ يَقُوْلُ: اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ اَهْلَ الدّيَارِ مِنَ اْلمُؤْمِنِيْنَ وَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ اِنَّا اِنْ شَآءَ اللهُ بِكُمْ لاَحِقُوْنَ. نَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَ لَكُمُ اْلعَافِيَةَ. ابن ماجه 1: 494، رقم : 1547
Dari Buraidah, ia berkata : Rasulullah SAW pernah mengajarkan mereka (para shahabat), apabila keluar untuk berziyarah qubur supaya mengucapkan “Assalaamu ‘alaikum ahlad-diyaar minal mu’miniina wal muslimiin wa innaa insyaa-alloohu bikum laahiquun, nas-alullooha lanaa wa lakumul ‘aafiyah”. (Semoga keselamatan atas kamu sekalian wahai penghuni perkampungan ini, dari kaum mu’minin dan muslimin, dan sesungguhnya kami insya Allah akan menyusul kamu sekalian). [HR. Ibnu Majah juz 1, hal. 494, no. 1547]
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: فَقَدْتُهُ (تَعْنِى النَّبِيَّ ص) فَاِذَا هُوَ بِاْلبَقِيْعِ، فَقَالَ: اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِيْنَ اَنْتُمْ لَنَا فَرَطٌ وَ اِنَّا بِكُمْ لاَحِقُوْنَ. اَللّهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا اَجْرَهُمْ وَ لاَ تَفْتِنَّا بَعْدَهُمْ. ابن ماجه 1: 493، رقم: 1546
Dari ‘Aisyah, ia berkata : Aku kehilangan beliau (yakni Nabi SAW), ternyata beliau pergi ke (quburan) Baqi’. Beliau mengucapkan, “Assalaamu ‘alaikum daaro qoumin mu’miniin, antum lanaa farothun wa innaa bikum laahiquun. Alloohumma laa tahrimnaa ajrohum walaa taftinnaa ba’dahum”. (Semoga keselamatan atas kalian wahai penghuni perkampungan orang-orang mu’min, kalian sebagai pendahulu kami, dan kami akan menyusul kalian. Ya Allah, janganlah Engkau halangi kami terhadap pahala mereka, dan janganlah Engkau jadikan fitnah kepada kami sesudah mereka). [HR. Ibnu Majah juz 1, hal. 493, no. 1546, dla’if karena dalam sanadnya ada perawi yang bernama ‘Aashim bin ‘Ubaidillah]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص خَرَجَ اِلَى اْلمَقْبَرَةِ فَقَالَ: اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِيْنَ وَ اِنَّا اِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لاَحِقُوْنَ. ابو داود 3: 219، رقم: 3237
Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW keluar ke pequburan, beliau mengucapkan, “Assalaamu ‘alaikum daaro qoumin mu’miniin wa innaa insyaa-alloohu bikum laahiquun”. (Semoga keselamatan atas kalian wahai penghuni perkampungan kaum mu’minin, dan sesungguhnya kami insya Allah akan menyusul kalian). [HR. Abu Dawud juz 3, hal. 219, no. 3237]
42. Urusan dalam qubur.
Menurut hadits-hadits, bahwa orang yang sudah mati itu akan mengalami hal-hal diantaranya sebagai berikut :
1. himpitan qubur,
2. pertanyaan qubur.
3. siksa qubur atau ni’mat qubur
4. diperlihatkan tempat duduknya (surga atau neraka)
5. tempat ketetapan ruh.
6. dibangkitkan (yaumul ba’ts)
1. himpitan qubur.
عَنْ عَائِشَةَ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: اِنَّ لِلْقَبْرِ ضَغْطَةً وَ لَوْكَانَ اَحَدٌ نَاجِيًا مِنْهَا نَجَا مِنْهَا سَعْدُ بْنُ مُعَاذٍ. احمد 9: 316، رقم: 24337
Dari ‘Aisyah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Sesungguhnya qubur itu mempunyai himpitan. Seandainya ada orang yang dapat terlepas dari padanya, niscaya terlepaslah Sa’ad bin Mu’adz dari padanya”. [HR. Ahmad juz 9, hal. 316, no. 24337]
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص يَوْمَ دُفِنَ سَعْدُ بْنُ مُعَاذٍ وَ هُوَ قَاعِدٌ عَلَى قَبْرِهِ قَالَ: لَوْ نَجَا اَحَدٌ مِنْ فِتْنَةِ اْلقَبْرِ لَنَجَا سَعْدُ بْنُ مُعَاذٍ، وَ لَقَدْ ضُمَّ ضَمَّةً ثُمَّ رُخّيَ عَنْهُ. الطبرانى فى الكبير 10: 334، رقم: 10827
Dari Ibnu ‘Abbas RA, bahwasanya Nabi SAW pada hari dimana Sa’ad bin Mu’adz diqubur, dan ketika itu beliau duduk di atas quburnya (Mu’adz), beliau bersabda, “Seandainya ada orang yang dapat terbebas dari fitnah qubur, pasti terbebaslah Sa’d bin Mu’adz. Sungguh ia (mengalami) dihimpit dengan suatu himpitan yang kemudian dilonggarkan”. [HR. Thabrani dalam Al-Kabir juz 10, hal. 334, no. 10827]
عَنْ عَائِشَةَ اَنَّهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّ لِلْقَبْرِ ضَغْطَةً، لَوْ كَانَ اَحَدٌ نَاجِيًا فِيْهَا، نَجَا سَعْدُ بْنُ مُعَاذٍ. احمد 9: 392، رقم: 24717
Dari ‘Aisyah bahwasanya ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya qubur itu mempunyai himpitan, sekiranya ada orang yang dapat terbebas dari padanya, terbebaslah Sa’ad bin Mu’adz (dari padanya)”. [HR. Ahmad juz 9, hal. 392, no. 24717]
عَنْ اَبِى اَيُّوْبَ رض اَنَّ صَبِيًّا دُفِنَ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لَوْ اُفْلِتَ اَحَدٌ مِنْ ضَمَّةِ اْلقَبْرِ َلاُفْلِتَ هذَا الصَّبِيُّ. الطبرانى فى الكبير 4: 121، رقم: 3858
Dari Abu Ayyub RA, bahwasanya ada mayyit anak kecil diquburkan, lalu Rasulullah SAW bersabda, “Seandainya ada seseorang yang bisa terlepas dari pada himpitan qubur, niscaya terlepaslah anak (kecil) ini”. [HR. Thabrani dalam Al-Kabir juz 4, hal. 121, hal. 3858]
وَ اِنَّ ضَغْطَةَ اْلقَبْرِ عَلَى اْلمُؤْمِنِ كَاْلاُمّ الشَّفِيْقَةِ يَشْكُوْ اِلَيْهَا ابْنُهَا الصُّدَاعَ فَتَغْمَزُ رَأْسَهُ غَمْزًا رَفِيْقًا وَ لكِنْ يَـا عَائِشَةُ وَيْلٌ لِلشَّاكّيْنَ فِى اللهِ كَيْفَ يُضْغَطُوْنَ فِى قُبُوْرِهِمْ كَضَغْطَةِ الصَّخْرَةِ عَلَى اْلبَيْضَةِ. البيهقى و الديلمى
Sesungguhnya himpitan qubur atas mukmin itu, seperti ibu yang sayang, yang anaknya mengadu sakit kepala kepadanya, lalu dipijit olehnya dengan pijitan yang lembut, tetapi, ya 'Aisyah ! Celaka orang-orang yang syak tentang Allah ! Dengan amat dahsyat akan dihimpit mereka itu di qubur-qubur mereka, sebagaimana himpitan batu gunung yang besar atas sebutir telur. [HR Baihaqi dan Dailami]
2. pertanyaan qubur.
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِذَا قُبِرَ اْلمَيّتُ (اَوْ قَالَ اَحَدُكُمْ) اَتَاهُ مَلَكَانِ اَسْوَدَانِ اَزْرَقَانِ يُقَالُ ِلاَحَدِهِمَا اْلمُنْكَرُ وَ اْلآخَرُ النَّكِيْرُ. فَيَقُوْلاَنِ: مَا كُنْتَ تَقُوْلُ فِى هذَا الرَّجُلِ؟ فَيَقُوْلُ مَا كَانَ يَقُوْلُ: هُوَ عَبْدُ اللهِ وَ رَسُوْلُهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ. فَيَقُوْلاَنِ: قَدْ كُنَّا نَعْلَمُ اَنَّكَ تَقُوْلُ هذَا. ثُمَّ يُفْسَحُ لَهُ فِى قَبْرِهِ سَبْعُوْنَ ذِرَاعًا فِى سَبْعِيْنَ. ثُمَّ يُنَوَّرُ لَهُ فِيْهِ. ثُمَّ يُقَالُ لَهُ: نَمْ. فَيَقُوْلُ: اَرْجِعُ اِلىَ اَهْلِى فَاُخْبِرُهُمْ؟ فَيَقُوْلاَنِ: نَمْ كَنَوْمَةِ اْلعَرُوْسِ الَّذِى لاَ يُوْقِظُهُ اِلاَّ اَحَبُّ اَهْلِهِ اِلَيْهِ، حَتَّى يَبْعَثَهُ اللهُ مِنْ مَضْجَعِهِ ذلِكَ. وَ اِنْ كَانَ مُنَافِقًا قَالَ: سَمِعْتُ النَّاسَ يَقُوْلُوْنَ فَقُلْتُ مِثْلَهُ، لاَ اَدْرِى. فَيَقُوْلاَنِ: قَدْكُنَّا نَعْلَمُ اَنَّكَ تَقُوْلُ ذلِكَ. فَيُقَالُ ِلـْلاَرْضِ: اِلْتَئِمِى عَلَيْهِ. فَتَلْتَئِمُ عَلَيْهِ. فَتَخْتَلِفُ اَضْلاَعُهُ، فَلاَ يَزَالُ فِيْهَا مُعَذَّبًا حَتَّى يَبْعَثَهُ اللهُ مِنْ مَضْجَعِهِ ذلِكَ. الترمذى 2: 267
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Apabila mayyit atau salah seorang diantara kalian telah diqubur, ia didatangi dua malaikat yang hitam kebiruan, salah satunya bernama Munkar dan yang satunya bernama Nakir, lalu keduanya bertanya (kepada mayyit), “Apa yang kamu yaqini terhadap laki-laki ini (Muhammad) ?”. Maka mayyit itu akan menjawab menurut keyaqinannya, “Dia adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwasanya Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya”. Maka kedua malaikat itu lalu berkata, “Sungguh kami sudah tahu bahwa kamu akan mengatakannya begitu”. Kemudian dilapangkan quburnya sejauh tujuh puluh hasta berkeliling”. Kemudian diterangi untuknya. Kemudian dikatakan kepadanya, “Tidurlah”. Lalu ia berkata, “Bolehkah aku kembali kepada keluargaku untuk memberitahukan kepada mereka ?”. Maka kedua malaikat itu berkata, “Tidurlah seperti tidurnya pengantin yang tidak membangunkannya kecuali kecintaan istrinya kepadanya, sehingga Allah membangkitkannya dari tempat tidurnya itu”. Dan jika mayyit itu orang munafiq, ia akan menjawab, “Aku mendengar orang-orang mengatakannya, maka akupun mengatakan seperti itu. Aku tidak tahu”. Kedua malaikat itu berkata, “Sungguh kami telah mengetahui bahwa kamu akan menjawab begitu”. Lalu diperintahkan kepada bumi, “Himpitlah mayyit ini”. Maka bumi pun menghimpitnya, sehingga tulang-tulang iganya berserakan. Maka terus-menerus mayyit itu disiksa demikian hingga Allah membangkitkannya dari tempat tidurnya itu. [HR. Tirmidzi juz 2, hal. 267, no. 1077]
عَنْ اَنَسٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: اِنَّ اْلعَبْدَ اِذَا وُضِعَ فِى قَبْرِهِ وَ تَوَلَّى عَنْهُ اَصْحَابُهُ اَنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ، اَتَاهُ مَلَكَانِ فَيُقْعِدَانِهِ فَيَقُوْلاَنِ لَهُ: مَا كُنْتَ تَقُوْلُ فِى هذَا الرَّجُلِ مُحَمَّدٍ ص؟ فَاَمَّا اْلمُؤْمِنُ فَيَقُوْلُ: اَشْهَدُ اَنَّهُ عَبْدُ اللهِ وَ رَسُوْلُهُ. فَيُقَالُ لَهُ: اُنْظُرْ اِلَى مَقْعَدِكَ مِنَ النَّارِ قَدْ اَبْدَلَكَ اللهُ بِهِ مَقْعَدًا خَيْرًا مِنْهُ. قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: فَيَرَاهُمَا جَمِيْعًا. وَ اَمَّا اْلكَافِرُ اَوِ اْلمُنَافِقُ فَيُقَالُ لَهُ: مَا كُنْتَ تَقُوْلُ فِى هذَا الرَّجُلِ؟ فَيَقُوْلُ: لاَ اَدْرِى، كُنْتُ اَقُوْلُ كَمَا يَقُوْلُ النَّاسُ. فَيُقَالُ لَهُ: لاَ دَرَيْتَ وَ لاَ تَلَيْتَ. ثُمَّ يُضْرَبُ ضَرْبَةً بَيْنَ اُذُنَيْهِ فَيَصِيْحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهَا مَنْ يَلِيْهِ غَيْرُ الثَّقَلَيْنِ. النسائى 4: 97
Dari Anas bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba apabila sudah diletakkan di quburnya dan teman-temannya sudah berpaling meninggalkannya, maka si mayyit masih mendengar suara sandal mereka, lalu datanglah dua malaikat mendudukkannya, lalu keduanya bertanya, “Apa pendapatmu tentang orang laki-laki ini yakni Muhammad SAW”. Adapun orang yang beriman, ia akan menjawab, “Aku bersaksi bahwasanya dia adalah hamba Allah dan utusan-Nya”. Lalu dikatakan kepadanya, “Lihatlah kepada tempat dudukmu yang di neraka telah diganti Allah dengan tempat duduk yang lebih baik dari padanya”. Rasulullah SAW bersabda, “Maka ia melihat keduanya (surga, neraka). Adapun orang yang kafir atau munafiq, maka ditanyakan kepadanya, “Apa pendapatmu tentang orang laki-laki ini”, Maka dia akan menjawab, “Aku tidak tahu, aku mengatakannya seperti halnya orang-orang mengatakannya”. Maka dikatakan kepadanya, “Kamu tidak tahu dan kamu tidak baca”. Kemudian ia dipukul dengan satu pukulan antara kedua telinganya, hingga ia berteriak dengan teriakan yang didengar oleh apasaja yang di sekelilingnya, selain manusia dan jin”. [HR. Nasaiy juz 4, hal. 97]
عَنِ اْلبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ: خَرَجْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ ص فِى جَنَازَةِ رَجُلٍ مِنَ اْلاَنْصَارِ فَانْتَهَيْنَا اِلَى اْلقَبْرِ وَ لَمَّا يُلْحَدْ فَجَلَسَ رَسُوْلُ اللهِ ص وَ جَلَسْنَا حَوْلَهُ كَاَنَّمَا عَلَى رُؤُوْسِنَا الطَّيْرُ وَ فِى يَدِهِ عُوْدٌ يَنْكُتُ بِهِ فِى اْلاَرْضِ، فَرَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ: اِسْتَعِيْذُوْا بِاللهِ مِنْ عَذَابِ اْلقَبْرِ مَرَّتَيْنِ اَوْ ثَلاَثًا. زَادَ فِى حَدِيْثِ جَرِيْرٍ ههُنَا، وَ قَالَ: وَ اِنَّهُ لَيَسْمَعُ خَفْقَ نِعَالِهِمْ اِذَا وَلَّوْا مُدْبِرِيْنَ حِيْنَ يُقَالُ لَهُ يَا هذَا مَنْ رَبُّكَ وَ مَا دِيْنُكَ وَ مَنْ نَبِيُّكَ. قَالَ هنَّادٌ، قَالَ: وَ يَأْتِيْهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ فَيَقُوْلاَنِ لَهُ: مَنْ رَبُّكَ ؟ فَيَقُوْلُ: رَبّيَ اللهُ. فَيَقُوْلاَنِ لَهُ مَا دِيْنُكَ. فَيَقُوْلُ دِيْنىِ اْلاِسْلاَمِ. فَيَقُوْلاَنِ لَهُ: مَا هذَا الرَّجُلُ الَّذِى بُعِثَ فِيْكُمْ؟ قَالَ، فَيَقُوْلُ: هُوَ رَسُوْلُ اللهِ ص. فَيَقُوْلاَنِ: وَ مَا يُدْرِيْكَ؟ فَيَقُوْلُ: قَرَأْتُ كِتَابَ اللهِ. فَامَنْتُ بِهِ وَ صَدَّقْتُ. زَادَ فِى حَدِيْثِ جَرِيْرٍ. فَذلِكَ قَوْلُ اللهِ تَعَاَلَى يُثَبّتُ اللهُ الَّذِيْنَ امَنُوْا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِى اْلحَيوةِ الدُّنْيَا وَ فِى اْلآخِرَةِ. ابو داود 4: 239، رقم : 4753
Dari Al-Baraa’ bin ‘Aazib, ia berkata : Kami keluar bersama Rasulullah SAW untuk (mengubur) jenazah seorang laki-laki dari kaum Anshar. Ketika sampai di maqbarah, ternyata lahad belum digali. Maka Rasulullah SAW duduk, dan kamipun duduk di sekitar beliau (suasananya tenang), seolah-olah di atas kepala kami ada burung, sedangkan beliau memegang sebatang kayu dan memukul-mukulkannya ke tanah. Lalu beliau mengangkat kepalanya dan bersabda, “Berlindunglah kepada Allah, dari siksa qubur” (beliau bersabda begitu) dua kali atau tiga kali. Jarir (perawi) dalam hadits ini menambahkan : Dan beliau bersabda, “Sesungguhnya mayyit itu mendengar suara sandal orang-orang yang mengantarkannya ketika mereka telah berpaling meninggalkannya, saat ditanyakan kepadanya, “Hai orang ini, siapa Tuhanmu, apa agamamu, dan siapa Nabimu ?”. Hannad (perawi) berkata : Nabi SAW bersabda, “Dan akan datang dua malaikat, lalu keduanya mendudukkannya dan bertanya kepadanya, “Siapa Tuhanmu ?”. Mayyit itu menjawab, “Tuhanku adalah Allah”. Dua malaikat itu bertanya lagi, “Apa agamamu ?”. Maka mayyit itu menjawab, “Agamaku Islam”. Dua malaikat itu bertanya lagi, “Siapakah orang laki-laki yang diutus kepada kalian ini ?”. Maka ia akan menjawab, “Beliau adalah Rasululah SAW”. Dua malaikat itu bertanya, “Dari mana kamu mengetahuinya ?”. Mayyit itu menjawab, “Aku membaca kitab Allah, lalu aku beriman kepadanya dan membenarkannya”. Jarir menambahkan dalam hadits ini, “Itulah yang dimaksud firman Allah Ta’aalaa (Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan dunia dan akhirat) [QS. Ibraahiim : 27]. [HR. Abu Dawud juz 4, hal. 239, no. 4753]
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ نَبِيُّ اللهِ ص: اِنَّ اْلعَبْدَ اِذَا وُضِعَ فِى قَبْرِهِ وَ تَوَلَّى عَنْهُ اَصْحَابُهُ، اِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ. قَالَ: يَأْتِيْهِ مَلَكَاِن فَيُقْعِدَانِهِ فَيَقُوْلاَنِ لَهُ. مَا كُنْتَ تَقُوْلُ فِى هذَا الرَّجُلِ؟ قَالَ: فَاَمَّا اْلمُؤْمِنُ فَيَقُوْلُ: اَشْهَدُ اَنَّهُ عَبْدُ اللهِ وَ رَسُوْلُهُ. قَالَ: فَيُقَالُ لَهُ: اُنْظُرْ اِلَى مَقْعَدِكَ مِنَ النَّارِ قَدْ اَبْدَلَكَ اللهُ بِهِ مَقْعَدًا مِنَ اْلجَنَّةِ. قَالَ نَبِيُّ اللهِ ص: فَيَرَاهُمَا جَمِيْعًا. قَالَ قَتَادَةُ: وَ ذُكِرَ لَنَا اَنَّهُ يُفْسَحُ لَهُ فِى قَبْرِهِ سَبْعُوْنَ ذِرَاعًا وَ يُمْـَلأُ عَلَيْهِ خَضِرًا اِلَى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ . مسلم 4: 2200
Dari Anas bin Malik, ia berkata : Nabiyullah SAW bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba jika diletakkan di dalam quburnya dan teman-temannya sudah meninggalkannya, ia mendengar suara sandal mereka. Kemudian ia didatangi dua malaikat, lalu mendudukkannya dan bertanya, “Apa pendapatmu tentang laki-laki ini (Muhammad SAW) ?”. Adapun orang mukmin akan menjawab, “Aku bersaksi bahwa dia hamba Allah dan utusan-Nya”. Maka dikatakan kepadanya, “Lihatlah tempatmu di neraka, Allah telah menggantinya dengan tempat di surga”. Maka ia dapat melihat keduanya”. Qatadah berkata, “Dan disebutkan kepada kami bahwasanya mayyit itu diluaskan quburnya seluas tujuh puluh hasta, dan dipenuhi quburnya dengan kenikmatan hingga hari mereka dibangkitkan. [HR. Muslim juz 4, hal. 2200]
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رض اَنَّهُ حَدَّثَهُمْ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اِنَّ اْلعَبْدَ اِذَا وُضِعَ فِى قَبْرِهِ وَ تَوَلَّى عَنْهُ اَصْحَابُهُ وَ اِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ اَتَاهُ مَلَكَانِ فَيُقْعِدَانِهِ فَيَقُوْلاَنِ: مَا كُنْتَ تَقُوْلُ فِى هذَا الرَّجُلِ لِمُحَمَّدٍ ص؟ فَاَمَّا اْلمُؤْمِنُ فَيَقُوْلُ: اَشْهَدُ اَنَّهُ عَبْدُ اللهِ وَ رَسُوْلُهُ. فَيُقَالُ لَهُ: اُنْظُرْ اِلَى مَقْعَدِكَ مِنَ النَّارِ قَدْ اَبْدَلَكَ اللهُ بِهِ مَقْعَدًا مِنَ اْلجَنَّةِ.فَيَرَاهُمَا جَمِيْعًا.قَالَ وَاَمَّا اْلمُنَافِقُ وَاْلكَافِرُ فَيُقَالُ لَهُ: مَا كُنْتَ تَقُوْلُ فِى هذَا الرَّجُلِ؟ فَيَقُوْلُ: لاَ اَدْرِى، كُنْتُ اَقُوْلُ مَا يَقُوْلُ النَّاسُ. فَيُقَالُ: لاَ دَرَيْتَ وَ لاَ تَلَيْتَ؟ وَ يُضْرَبُ بِمَطَارِقَ مِنْ حَدِيْدٍ ضَرْبَةً فَيَصِيْحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهَا مَنْ يَلِيْهِ غَيْرَ الثَّقَلَيْنِ. البخارى 2: 102
Dari Anas bin Malik RA bahwasanya ia bercerita kepada orang-orang, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba apabila diletakkan dalam quburnya, dan teman-temannya telah berpaling meninggalkannya, sungguh ia masih mendengar suara sandal mereka, lalu datanglah dua malaikat mendudukkannya dan bertanya kepadanya, “Apa yang kamu yaqini tentang laki-laki ini, yaitu Muhammad SAW ?”. Adapun orang mukmin, maka ia menjawab, “Aku bersaksi bahwa dia adalah hamba Allah dan utusan-Nya”. Maka dikatakan kepadanya, “Lihatlah tempat dudukmu di neraka, Allah telah menggantinya dengan tempat duduk di surga”. Maka ia melihat keduanya. Adapun orang munafiq dan kafir, ia ditanya, “Apa yang kamu yaqini tentang laki-laki ini ?”. Ia menjawab, “Saya tidak tahu, saya mengatakannya sebagaimana apa yang dikatakan oleh orang-orang”. Maka dikatakan kepadanya, “Kamu tidak tahu dan tidak membaca”. Kemudian ia dipukul dengan pemukul dari besi, maka ia berteriak sekeras-kerasnya yang didengar oleh apa yang ada didekatnya selain jin dan manusia”. [HR. Bukhari juz 2, hal. 102]
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص ذَكَرَ فَتَّانَ اْلقُبُوْرِ فَقَالَ عُمَرُ: اَتُرَدُّ عَلَيْنَا عُقُوْلُنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: نَعَمْ، كَهَيْئَتِكُمُ اْليَوْمَ. فَقَالَ عُمَرُ: بِفِيْهِ اْلحَجَرُ. احمد 2: 581، رقم: 6614
Dari Abdullah bin Amr, bahwasanya Rasulullah SAW pernah menyebut tentang malaikat pemeriksa qubur. Lalu ‘Umar bertanya, “Apakah akal kita akan dikembalikan kepada kita ya Rasulullah ?”. Rasulullah SAW menjawab, “Ya, seperti keadaan kamu sekarang ini”. Maka ‘Umar berkata, “Batu di mulutnya (Aku akan memberi jawaban yang tepat)”. [HR. Ahmad juz 2, hal. 581, no. 6614]
3. Siksa qubur / ni’mat qubur.
Menurut hadits-hadits bahwa orang yang mati itu akan mendapat siksa qubur atau ni’mat qubur.
عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ يَهُوْدِيَّةً دَخَلَتْ عَلَيْهَا فَذَكَرَتْ عَذَابَ اْلقَبْرِ، فَقَالَتْ لَهَا: اَعَاذَكِ اللهُ مِنْ عَذَابِ اْلقَبْرِ. فَسَأَلَتْ عَائِشَةُ رَسُوْلَ اللهِ ص عَنْ عَذَابِ اْلقَبْرِ. فَقَالَ: نَعَمْ، عَذَابُ اْلقَبْرِ حَقٌّ. قَالَتْ عَائِشَةُ: فَمَا رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يُصَلّى صَلاَةً بَعْدُ اِلاَّ تَعَوَّذَ مِنْ عَذَابِ اْلقَبْرِ. احمد 9: 532، رقم: 25474
Dari ‘Aisyah, bahwasanya ada seorang wanita Yahudi datang kepadanya, lalu ia menyebutkan tentang siksa qubur. Lalu wanita itu berkata, “Semoga Allah melindungimu dari siksa qubur”: Kemudian ‘Aisyah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang siksa qubur, maka beliau menjawab, “Ya benar, adzab qubur itu benar (ada)”. ‘Aisyah berkata, “Sesudah itu aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW melakukan shalat melainkan beliau memohon perlindungan dari siksa qubur”. [HR. Ahmad juz 9, hal. 532, no. 25474]
قَالَ النَّبِيُّ ص: يُسَلَّطُ عَلَى اْلكَافِرِ فِى قَبْرِهِ تِسْعَةٌ وَ تِسْعُوْنَ تِنّيْنًا تَلْدَغُهُ حَتَّى تَقُوْمَ السَّاعَةُ. احمد و ابو يعلى
Nabi SAW bersabda, “Dilepaskan atas siksa kafir di dalam quburnya, sembilan puluh sembilan ular mematuk (menggigit) dia hingga hari qiyamat”. [HR. Ahmad dan Abu Ya’la]
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رض عَنِ النَّبِيّ ص اَنَّهُ مَرَّ بِقَبْرَيْنِ يُعَذَّبَانِ فَقَالَ: اِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَ مَا يُعَذَّبَانِ فِى كَبِيْرٍ. اَمَّا اَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنَ اْلبَوْلِ، وَ اَمَّا اْلآخَرُ فَكَانَ يَمْشِى بِالنَّمِيْمَةِ. ثُمَّ اَخَذَ جَرِيْدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا بِنِصْفَيْنِ، ثُمَّ غَرَزَ فِى كُلّ قَبْرٍ وَاحِدَةً. فَقَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، لِمَ صَنَعْتَ هذَا؟ فَقَالَ: لَعَلَّهُ اَنْ يُخَفَّفَ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا. البخارى 2: 98
Dari Ibnu ‘Abbas RA, dari Nabi SAW : Bahwasanya Nabi SAW melewati dua qubur, lalu bersabda, “Sesungguhnya kedua-duanya sedang disiksa, dan keduanya tidak disiksa dalam urusan yang (dianggap) besar. Adapun salah seorang dari keduanya, ia tidak membersihkan diri dari kencingnya. Sedangkan yang lain, ia suka mengadu adu”. Kemudian beliau mengambil pelepah kurma yang masih basah, lalu beliau membelahnya menjadi dua bagian, kemudian menancapkan tiap bagian pada setiap qubur. Para shahabat lalu bertanya, “Untuk apakah engkau melakukan itu ya Rasulullah ?”. Beliau bersabda, “Mudah-mudahan akan diringankan siksa kedua orang ini selama pelepah kurma itu belum kering”. [HR. Bukhari juz 2, hal. 98]
قَالَ النَّبِيُّ ص: اِنَّ عَذَابَ اْلقَبْرِ مِنْ ثَلاَثَةٍ: مِنَ اْلغِيْبَةِ وَ النَّمِيْمَةِ وَ اْلبَوْلِ، فَاِيَّاكُمْ وَ ذلِكَ. البيهقى
Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya ‘adzab qubur itu dari tiga perkara : mengumpat, mengadu-adu dan karena (tidak bersih dari) kencing. Karena itu jagalah diri kalian dari yang tersebut itu”. [HR. Baihaqi]
Hadits-hadits tersebut menunjukkan adanya siksa qubur. Adapun yang menunjukkan adanya ni’mat qubur ialah sebagaimana berikut ini :
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَلْمُؤْمِنُ فِى قَبْرِهِ فِى رَوْضَةٍ خَضْرَاءَ يُرَحَّبُ قَبْرُهُ سَبْعِيْنَ ذِرَاعًا وَ يُنَوَّرُ لَهُ كَاْلقَمَرِ لَيْلَةَ اْلبَدْرِ. ابن منده
Rasulullah SAW bersabda, “Orang mu’min di quburnya itu adalah di suatu kebun yang hijau, diluaskan quburnya tujuh puluh hasta dan diterangi baginya seperti bulan purnama”. [HR. Ibnu Mandah]
اَلْقَبْرُ حُفْرَةٌ مِنْ حُفَرِ جَهَنَّمَ اَوْ رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ اْلجَنَّةِ. البيهقى و ابن ابى الدنيا
Qubur itu suatu lubang dari pada beberapa lubang jahannam, atau satu kebun dari pada kebun-kebun surga. [HR. Baihaqi dan Ibnu Abid Dunyaa]
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ نَبِيُّ اللهِ ص: اِنَّ اْلعَبْدَ اِذَا وُضِعَ فِى قَبْرِهِ وَ تَوَلَّى عَنْهُ اَصْحَابُهُ، اِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ. قَالَ: يَأْتِيْهِ مَلَكَاِن فَيُقْعِدَانِهِ فَيَقُوْلاَنِ لَهُ. مَا كُنْتَ تَقُوْلُ فِى هذَا الرَّجُلِ؟ قَالَ: فَاَمَّا اْلمُؤْمِنُ فَيَقُوْلُ: اَشْهَدُ اَنَّهُ عَبْدُ اللهِ وَ رَسُوْلُهُ. قَالَ: فَيُقَالُ لَهُ: اُنْظُرْ اِلَى مَقْعَدِكَ مِنَ النَّارِ قَدْ اَبْدَلَكَ اللهُ بِهِ مَقْعَدًا مِنَ اْلجَنَّةِ. قَالَ نَبِيُّ اللهِ ص: فَيَرَاهُمَا جَمِيْعًا. قَالَ قَتَادَةُ: وَ ذُكِرَ لَنَا اَنَّهُ يُفْسَحُ لَهُ فِى قَبْرِهِ سَبْعُوْنَ ذِرَاعًا وَ يُمْـَلأُ عَلَيْهِ خَضِرًا اِلَى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ. مسلم 4: 2200
Dari Anas bin Malik, ia berkata : Nabiyullah SAW bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba jika diletakkan di dalam quburnya dan teman-temannya sudah meninggalkannya, ia mendengar suara sandal mereka. Kemudian ia didatangi dua malaikat, lalu mendudukkannya dan bertanya, “Apa pendapatmu tentang laki-laki ini (Muhammad SAW) ?”. Adapun orang mukmin akan menjawab, “Aku bersaksi bahwa dia hamba Allah dan utusan-Nya”. Maka dikatakan kepadanya, “Lihatlah tempatmu di neraka, Allah telah menggantinya dengan tempat di surga”. Maka ia dapat melihat keduanya”. Qatadah berkata, “Dan disebutkan kepada kami bahwasanya mayyit itu diluaskan quburnya seluas 70 hasta, dan dipenuhi quburnya dengan kenikmatan hingga hari mereka dibangkitkan. [HR. Muslim juz 4, hal. 2200]
4. Diperlihatkan tempat duduknya di surga atau di neraka.
Orang yang sudah mati akan diperlihatkan tempat duduknya (ketetapannya) di surga atau di neraka setiap pagi dan petang.
اَلنَّارُ يُعْرَضُوْنَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَّ عَشِيًّا، وَ يَوْمَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ، اَدْخِلُوْآ الَ فِرْعَوْنَ اَشَدَّ اْلعَذَابِ. المؤمن: 46
Kepada mereka itu diperlihatkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari qiyamat, (diperintahkan kepada malaikat), “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya di dalam sekeras-keras siksa”. [QS. Al-Mu’min : 46]
عَنِ ابْنِ عُمَرَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اِنَّ اَحَدَكُمْ اِذَا مَاتَ عُرِضَ عَلَيْهِ مَقْعَدُهُ بِاْلغَدَاةِ وَ اْلعَشِيّ اِنْ كَانَ مِنْ اَهْلِ اْلجَنَّةِ فَمِنْ اَهْلِ اْلجَنَّةِ وَ اِنْ كَانَ مِنْ اَهْلِ النَّارِ فَمِنْ اَهْلِ النَّارِ. يُقَالُ: هذَا مَقْعَدُكَ حَتَّى يَبْعَثَكَ اللهُ اِلَيْهِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ. مسلم 4: 2199
Dari Ibnu ‘Umar bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya salah seorang diantara kalian apabila meninggal dunia akan diperlihatkan kepadanya tempat duduknya di waktu pagi dan sore. Jika ia termasuk ahli surga, maka akan diperlihatkan surga kepadanya. Dan jika ia termasuk ahli neraka, akan diperlihatkan neraka kepadanya. Lalu dikatakan kepadanya, “Ini adalah tempatmu hingga Allah membangkitkan kamu kepadanya pada hari qiyamat”. [HR. Muslim juz 4, hal. 2199]
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ص: اِذَا مَاتَ الرَّجُلُ عُرِضَ عَلَيْهِ مَقْعَدُهُ بِاْلغَدَاةِ وَ اْلعَشِيّ اِنْ كَانَ مِنْ اَهْلِ اْلجَنَّةِ فَاْلجَنَّةُ وَ اِنْ كَانَ مِنْ اَهْلِ النَّارِ فَالنَّارُ. قَالَ ثُمَّ يُقَالُ: هذَا مَقْعَدُكَ الَّذِى تُبْعَثُ اِلَيْهِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ. مسلم 4: 2199
Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata : Nabi SAW bersabda, “Apabila seseorang meninggal dunia, akan diperlihatkan tempat duduknya pada pagi dan petang. Apabila ia termasuk ahli surga maka diperlihatkan surga. Dan jika ia termasuk ahli neraka maka diperlihatkan neraka”. Nabi SAW bersabda : Kemudian dikatakan kepadanya, “Ini adalah tempatmu yang kamu akan dibangkitkan padanya besok pada hari qiyamat”. [HR. Muslim juz 4, hal. 2199]
Tempat ketetapan ruh, yakni orang yang sudah mati, ruhnya akan tetap di tempat yang ditentukan baginya.
عَنْ مَسْرُوْقٍ قَالَ: سَأَلْنَا عَبْدَ اللهِ (هُوَ ابْنُ مَسْعُوْدٍ) عَنْ هذِهِ اْلآيَةِ: وَ لاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِي سَبِيْلِ اللهِ اَمْوَاتًا، بَلْ اَحْيَآءٌ عِنْدَ رَبّهِمْ يُرْزَقُوْنَ. (ال عمران: 169) قَالَ: اَمَا اِنَّا قَدْ سَأَلْنَا عَنْ ذلِكَ، فَقَالَ: اَرْوَاحُهُمْ فِى جَوْفِ طَيْرٍ خُضْرٍ لَهَا قَنَادِيْلُ مُعَلَّقَةٌ بِاْلعَرْشِ. تَسْرَحُ مِنَ اْلجَنَّةِ حَيْثُ شَاءَتْ ثُمَّ تَأْوِى اِلىَ تِلْكَ اْلقَنَادِيْلِ فَاطَّلَعَ اِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ اِطّلاَعَةً، فَقَالَ: هَلْ تَشْتَهُوْنَ شَيْئًا؟ قَالُوْا: أَيَّ شَيْءٍ نَشْتَهِى وَ نَحْنُ نَسْرَحُ مِنَ اْلجَنَّةِ حَيْثَ شِئْنَا؟. مسلم 3: 1502
Dari Masruq, ia berkata : Kami bertanya kepada Abdullah (yakni Ibnu Mas’ud tentang ayat (yang artinya), “Janganlah sekali-kali kalian menyangka orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati, akan tetapi mereka itu hidup di sisi Tuhan mereka dan diberi rezqi”. (QS. Ali ‘Imran : 169), ‘Abdullah berkata : Ketahuilah, sungguh kami pernah menanyakan hal itu (kepada Nabi SAW), maka beliau bersabda, “Ruh-ruh orang-orang yang mati syahid itu di sisi Allah di tembolok-tembolok burung hijau, untuk mereka itu lampu-lampu yang bergantung di ‘arsy, burung-burung itu berjalan-jalan di surga kemana saja ia suka, , kemudian kembali kepada lampu-lampu (yang menggantung di bawah ‘Arsy)”. Kemudian Tuhan muncul kepada mereka lalu berfirman, “Apakah kalian menginginkan sesuatu ?”. Mereka menjawab, “Apa lagi yang kami inginkan, sedangkan kami bisa berjalan-jalan di surga kemana saja yang kami suka ?”.. [HR. Muslim juz 3,hal. 1502]
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ كَعْبِ عَنْ اَبِيْهِ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اِنَّمَا نَسَمَةُ اْلمُسْلِمِ طَيْرٌ يَعْلُقُ بِشَجَرِ اْلجَنَّةِ حَتىَّ يُرْجِعَهَا اللهُ تَبَارَكَ وَ تَعَالَى اِلَى جَسَدِهِ يَوْمَ يَبْعَثُهُ. احمد 5: 349: 15780
Dari ‘Abdur rahman bin Ka’ab, dari ayahnya, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Hanyasanya nyawa orang-orang muslim itu adalah burung yang bergantungan di pohon surga sehingga Allah ‘Tabaaraka wa Ta’aalaa mengembalikannya ke jasadnya pada hari Allah membangkitkan mereka”:. [HR. Ahmad juz 5, hal. 349, no. 25780]
قَالَ النَّبِيُّ ص: اِنَّ اَرْوَاحَ اْلمُؤْمِنِيْنَ فِى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ يَنْظُرُوْنَ اِلىَ مَنَازِلِهِمْ فِى اْلجَنَّةِ. ابو نعيم
Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya ruh-ruh kaum mu’minin itu adalah di langit yang ke tujuh, melihat tempat kedudukan mereka di surga”. [HR. Abu Nu’aim]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: اِذَا خَرَجَتْ رُوْحُ اْلمُؤْمِنِ تَلَقَّاهَا مَلَكَانِ يُصْعِدَانِهَا، قَالَ حَمَّادٌ: فَذَكَرَ مِنْ طِيْبِ رِيْحِهَا وَ ذَكَرَ اْلمِسْكَ، قَالَ: وَ يَقُوْلُ اَهْلُ السَّمَاءِ: رُوْحٌ طَيّبَةٌ جَاءَتْ مِنْ قِبَلِ اْلاَرْضِ صَلَّى اللهُ عَلَيْكِ وَ عَلَى جَسَدٍ كُنْتِ تَعْمُرِيْنَهُ. فَيُنْطَلَقُ بِهِ اِلَى رَبّهِ عَزَّ وَ جَلَّ ثُمَّ يَقُوْلُ: اِنْطَلِقُوْا بِهِ اِلَى آخِرِ اْلاَجَلِ. قَالَ: وَ اِنَّ اْلكَافِرَ اِذَا خَرَجَتْ رُوْحُهُ، قَالَ حَمَّادٌ: وَ ذَكَرَ مِنْ نَتْنِهَا وَ ذَكَرَ لَعْنًا وَ يَقُوْلُ اَهْلُ السَّمَاءِ: رُوْحٌ خَبِيْثَةٌ جَاءَتْ مِنْ قِبَلِ اْلاَرْضِ. قَالَ: فَيُقَالُ: اِنْطَلِقُوْا بِهِ اِلَى آخِرِ اْلاَجَلِ. قَالَ اَبُوْ هُرَيْرَةَ: فَرَدَّ رَسُوْلُ اللهِ ص رَيْطَةً كَانَتْ عَلَيْهِ عَلَى اَنْفِهِ هكَذَا. مسلم 4: 2202
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Apabila ruh orang mukmin keluar, dua malaikat menjemputnya dan membawanya naik. (Hammad berkata : Abu Hurairah menyebutkan harum baunya seperti minyak wangi). Dan penghuni langit berkata, “Ini adalah ruh yang baik yang datang dari bumi. Semoga Allah memberikan rahmat kepadamu dan kepada jasad yang engkau tempati”. Lalu ruh itu dibawa ke hadapan Tuhannya ‘Azza wa Jalla, lalu Dia berfirman, “Bawalah ia ke batas yang terakhir (Sidratul Muntaha)”. Dan apabila ruh orang kafir keluar, (Hammad berkata : Abu Hurairah menyebutkan busuknya bau ruh itu dan ia dilaknati). Kemudian penghuni langit berkata, “Ini adalah ruh yang jelek yang datang dari bumi”. Kemudian difirmankan, “Bawalah ia ke tempat terakhir (ke Sijjin)”. Abu Hurairah berkata, “Lalu Rasulullah SAW menutupkan kain tipis ke hidungnya demikian”. [HR. Muslim juz 4, hal. 2202]
6. Dibangkitkan pada hari kebangkitan.
Di dalam hal ini cukup dengan ayat Al-Qur’an saja. Firman Allah SWT :
وَ نُفِخَ فِى الصُّوْرِ فَاِذَا هُمْ مّنَ اْلاَجْدَاثِ اِلى رَبّهِمْ يَنْسِلُوْنَ. قَالُوْا يوَيْلَنَا مَنْ بَعَثَنَا مِنْ مَّرْقَدِنَا هذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمنُ وَ صَدَقَ اْلمُرْسَلُوْنَ. يس: 51-52
Dan ditiuplah sangkakala. Maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari quburnya (menuju) Tuhan mereka. Mereka berkata, “Aduhai celakalah kami, siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami ? Inilah yang dijanjikan Allah yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul-rasul-Nya”. [QS. Yaasiin : 51-52]
وَ اَنَّ السَّاعَةَ اتِيَةٌ لاَّ رَيْبَ فِيْهَا وَ اَنَّ اللهَ يَبْعَثُ مَنْ فِى اْلقُبُوْرِ. الحج: 7
Dan sesungguhnya qiyamat itu pastilah datang, tidak ada keraguan padanya, dan sesungguhnya Allah akan membangkitkan semua orang yang di dalam qubur. [QS. Al-Hajj : 7]
وَ قَالُوْآ ءَ اِذَا كُنَّا عِظَامًا وَّ رُفَاتًا ءَ اِنَّا لَمَبْعُوْثُوْنَ خَلْقًا جَدِيْدًا. قُلْ كُوْنُوْا حِجَارَةً اَوْ حَدِيْدًا، اَوْ خَلْقًا مّمَّا يَكْبُرُ فِيْ صُدُوْرِكُمْ، فَسَيَقُوْلُوْنَ مَنْ يُّعِيْدُنَا، قُلِ الَّذِيْ فَطَرَكُمْ اَوَّلَ مَرَّةٍ. الاسراء: 49-51
Mereka berkata, “Apakah apabila kami telah menjadi tulang belulang dan benda-benda yang hancur, apa benar-benarkah kami akan dibangkitkan kembali sebagai makhluq yang baru ?”. Katakanlah, “Jadilah kamu sekalian batu atau besi, atau suatu makhluq dari makhluq yang tidak mungkin (hidup) menurut pikiranmu”. Maka mereka akan bertanya, “Siapakah yang akan menghidupkan kami kembali ?”. Katakanlah, “Yang telah menciptakan kamu pada kali yang pertama”. [QS. Al-Israa’ : 49-51]
Dan ada beberapa lagi ayat-ayat yang menunjukkan bahwa orang-orang yang mati itu akan dibangkitkan dari quburnya untuk menerima balasan amal masing-masing, baik atau jahatnya. Walloohu a’lam
MTA 2007/08/19, 2007/07/29, 2007/07/01
~oO[ M ]Oo~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar