Risalah Janaiz 1


1.  Shabar dalam menderita sakit
عَنْ صُهَيْبٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: عَجَبًا ِلاَمْرِ اْلمُؤْمِنِ، اِنَّ اَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ. وَ لَيْسَ ذَاكَ ِلاَحَدٍ اِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ. اِنْ اَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ. وَ اِنْ اَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ. مسلم 4: 2295
Dari Shuhaib, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Mengagumkan sekali urusannya orang mukmin itu. Sesungguhnya urusannya, semuanya menjadi kebaikan baginya. Dan tidak ada yang mendapatkan demikian itu seseorangpun kecuali orang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, bersyukur. Maka yang demikian itu adalah menjadi kebaikan baginya. Dan apabila ditimpa suatu mushibah, bershabar. Maka yang demikian itu menjadi kebaikan pula baginya". [HR. Muslim juz 4, hal. 2295]
عَنْ اَنَسٍ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: اِنَّ عِظَمَ اْلجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ اْلبَلاَءِ. وَ اِنَّ اللهَ اِذَا اَحَبَّ قَوْمًا اِبْتَلاَهُمْ. فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرّضَى وَ مَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ. الترمذى و قال حديث حسن غريب 4: 27
Dari Anas, dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Sesungguhnya besarnya balasan itu tergantung besarnya cobaan. Dan sesungguhnya Allah apabila mencintai suatu kaum, maka Allah memberikan cobaan kepada mereka. Barangsiapa yang ridla, maka dia mendapatkan keridlaan Allah. Dan barangsiapa yang menggerutu (tidak ridla) maka dia mendapatkan murka Allah". [HR. Tirmidzi, dan ia mengatakan hadits hasan, gharib, juz 4, hal. 27].
عَنْ عَائِشَةَ رض زَوْجِ النَّبِيّ ص قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَا مِنْ مُصِيْبَةٍ تُصِيْبُ اْلمُسْلِمَ اِلاَّ كَـفَّرَ اللهُ بِهَا عَنْهُ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا. البخارى 7: 2
Dari 'Aisyah RA istri Nabi SAW, ia berkata : Rasulullah SAW pernah bersabda, "Tidaklah suatu mushibah menimpa kepada seorang muslim kecuali dengan itu Allah menghapus dosa darinya, sekalipun hanya tercocok duri". [HR. Bukhari juz 7, hal. 2]
عَنِ اْلحَارِثِ بْنِ سُوَيْدٍ قَالَ: قَالَ عَبْدُ اللهِ بْنُ مَسْعُوْدٍ: دَخَلْتُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ ص وَ هُوَ يُوْعَكُ وَعْكًا شَدِيْدًا فَمَسِسْتُهُ بِيَدِى فَقُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ اِنَّكَ تُوْعَكُ وَعْكًا شَدِيْدًا؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَجَلْ. اِنّى اُوْعَكُ كَمَا يُوْعَكُ رَجُلاَنِ مِنْكُمْ. فَقُلْتُ ذلِكَ اَنَّ لَكَ اَجْرَيْنِ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَجَلْ. ثُمَّ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيْبُهُ اَذًى مَرَضٌ فَمَا سِوَاهُ اِلاَّ حَطَّ اللهُ سَيّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا. البخارى 7: 6
Dari Al-Harits bin Suwaid, ia berkata : Abdullah bin Masud berkata : Saya pernah datang kepada Rasulullah SAW ketika itu beliau demam panas sekali, lalu saya mengusapnya dengan tangan saya dan berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau menderita demam yang panas sekali". Lalu Rasulullah SAW menjawab, "Ya, sesungguhnya aku menderita demam sebagaimana panasnya dua orang diantara kalian". Saya berkata, "Yang demikian itu apakah karena engkau mendapatkan dua pahala ?". Rasulullah SAW menjawab, "Benar. Kemudian Rasulullah SAW bersabda,Tidaklah seorang muslim yang ditimpa penderitaan berupa sakit atau yang lainnya, kecuali dengan itu Allah menggugurkan dosa-dosanya sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya". [HR. Bukhari juz 7, hal. 6]

2. Perintah berobat
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: مَا اَنْزَلَ اللهُ دَاءً اِلاَّ اَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً. البخارى 7: 12
Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, Tidaklah Allah menurunkan penyakit melainkan Dia menurunkan pula obatnya. [HR. Bukhari juz 7, hal. 12]
عَنْ اُسَامَةَ بْنِ شُرَيْكٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: تَدَاوَوْا فَاِنَّ اللهَ عَزَّ وَ جَلَّ لَمْ يَضَعْ دَاءً اِلاَّ وَضَعَ لَهُ دَوَاءً غَيْرَ دَاءٍ وَاحِدٍ: اَلْهَرَمُ. ابو داود 4: 3
Dari Usamah bin Syuraik, bahwa Nabi SAW bersabda, "Berobatlah kalian, karena sesungguhnya Allah Azza wa Jalla tidak mengadakan penyakit kecuali mengadakan obatnya, kecuali satu penyakit (yang tak ada obatnya) yaitu umur tua". [HR. Abu Dawud juz 4, hal. 3]
عَنْ عَبْدِ اللهِ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: مَا اَنْزَلَ اللهُ دَاءً اِلاَّ اَنْزَلَ لَهُ دَوَاءً. ابن ماجه 2: 1138
Dari Abdullah (bin Masud) dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Allah tidak menurunkan penyakit kecuali menurunkan pula obatnya". [HR. Ibnu Majah juz 2, hal. 1138]
عَنْ جَابِرٍ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ ص اَنَّهُ قَالَ: لِكُلّ دَاءٍ دَوَاءٌ فَاِذَا اُصِيْبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِاِذْنِ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ. مسلم 4: 1729
Dari Jabir, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, "Setiap penyakit ada obatnya. Maka jika bertemu (cocok) obat itu dengan penyakitnya, sembuhlah orang yang sakit itu dengn idzin Allah Azza wa Jalla". [HR. Muslim juz 4, hal. 1729]

3. Menjenguk orang sakit dan keutamaannya
عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ رض قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: حَقُّ اْلمُسْلِمِ عَلَى اْلمُسْلِمِ خَمْسٌ رَدُّالسَّلاَمِ وَعِيَادَةُ اْلمَرِيْضِ وَ اِتّبَاعُ اْلجَنَائِزِ وَ إِجَابَةُ الدَّعْوَةِ وَ تَشْمِيْتُ اْلعَاطِسِ. البخارى 2: 70
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Haq muslim atas muslim lainnya ada lima : 1. menjawab salam, 2. Menjenguk orang sakit, 3. Mengantarkan janazah, 4. Memenuhi undangan dan 5. Mendo'akan orang yang bersin". [HR. Bukhari juz 2, hal. 70]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: حَقُّ اْلمُسْلِمِ عَلَى اْلمُسْلِمِ سِتٌّ. قِيْلَ: مَا هُنَّ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: اِذَا لَقِيْتَهُ فَسَلّمْ عَلَيْهِ، وَ اِذَا دَعَاكَ فَاَجِبْهُ، وَ اِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ، وَ اِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللهَ فَسَمّتْهُ، وَ اِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ، وَ اِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ. مسلم 4: 1705
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, Haq muslim atas muslim lainnya ada enam. Ada shahabat yang bertanya, Apa saja itu, ya Rasulullah ?. Beliau bersabda, Apabila kamu bertemu dengannya berilah salam, apabila ia mengundangmu maka datangilah, apabila ia meminta nasehat kepadamu berilah nasehat, apabila ia bersin lalu membaca hamdalah, maka jawablah (Yarhamukallooh), apabila ia sakit jenguklah, dan apabila meninggal antarlah jenazahnya. [HR. Muslim juz 4, hal. 1705]
عَنْ عَلِيّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْ لَ اللهِ ص يَقُوْلُ: مَنْ اَتَى اَخَاهُ الْمُسْلِمَ عَائِدًا مَشَى فِى خَرَافَةِ الْجَنَّةِ، حَتَّى يَجْلِسَ، فَاِذَا جَلَسَ غَمَرَتْهُ الرَّحْمَةُ، فَاِنْ كَانَ غُدْوَةً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ اَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُمْسِيَ. وَ اِنْ كَانَ مَسَاءً صَلَّى عَلَـيْهِ سَبْعُوْنَ اَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُصْبِحَ، ابن ماجه 1: 464
Dari 'Ali, ia berkata : Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa menjenguk saudaranya sesama muslim, senantiasa ia berjalan di kebun surga sampai ia duduk. Kemudian apabila ia telah duduk maka ia diliputi oleh rahmat, jika menjenguknya itu diwaktu pagi maka tujuh puluh ribu malaikat akan mendo'akannya sampai sore, dan jika menjenguknya itu pada waktu sore maka tujuh puluh ribu malaikat akan mendo'akannya sampai pagi". [HR. Ibnu Majah juz 1, hal. 464]
عَنْ زَيْدِبْنِ اَرْقَمَ قَالَ: عَادَنِى رسول الله ص مِنْ وَجَعٍ كَانَ بِعَيْنِي. ابو داود 3: 186
Dari Zaid bin Arqam ia berkata, "Rasulullah SAW pernah menjengukku karena aku sakit mata".  [HR. Abu Dawud juz 3, hal. 186]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّ اللهَ عَزَّ وَ جَلَّ يَقُوْلُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ: يَا ابْنَ آدَمَ مَرِضْتُ فَلَمْ تَعُدْنِى. قَالَ: يَا رَبّ كَيْفَ اَعُوْدُكَ وَ اَنْتَ رَبُّ اْلعَالَمِيْنَ؟ قَالَ: اَ مَا عَلِمْتَ اَنَّ عَبْدِى فُلاَنًا مَرِضَ فَلَمْ تَعُدْهُ؟ اَ مَا عَلِمْتَ اَنَّكَ لَوْ عُدْتَهُ لَوَجَدْتَنِى عِنْدَهُ؟ يَا ابْنَ آدَمَ اِسْتَطْعَمْتُكَ فَلَمْ تُطْعِمْنِى قَالَ: يَا رَبّ كَيْفَ اُطْعِمُكَ وَ اَنْتَ رَبُّ اْلعَالَمِيْنَ؟ قَالَ: اَ مَا عَلِمْتَ اَنَّهُ اِسْتَطْعَمَكَ عَبْدِى فُلاَنٌ فَلَمْ تُطْعِمْهُ؟ اَ مَا عَلِمْتَ اَنَّكَ لَوْ اَطْعَمْتَهُ لَوَجَدْتَ ذلِكَ عِنْدِى؟ يَا ابْنَ آدَمَ اِسْتَسْقَيْتُكَ فَلَمْ تَسْقِنِى قَالَ: يَا رَبّ كَيْفَ اَسْقِيْكَ وَ اَنْتَ رَبُّ اْلعَالَمِيْنَ؟ قَالَ: اِسْتَسْقَاكَ عَبْدِى فُلاَنٌ فَلَمْ تَسْقِهِ؟ اَ مَا اِنَّكَ لَوْ سَقَيْتَهُ وَجَدْتَ ذلِكَ عِنْدِى. مسلم 4: 1990
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla akan berfirman besuk pada hari qiyamat, Hai anak Adam, dahulu Aku sakit, tetapi kamu tidak mau menjenguk-Ku. Orang itu bertanya, Wahai Tuhanku bagaimana aku menjenguk-Mu, sedang Engkau adalah Tuhan sekalian alam ?. Allah berfirman, Tidak tahukah kamu bahwa hamba-Ku si fulan sakit tetapi kamu tidak mau menjenguknya, tidak tahukah kamu seandainya kamu menjenguknya niscaya kamu mendapati-Ku di sisinya ?Hai anak Adam, dahulu Aku minta makan kepadamu, tetapi kamu tidak memberi-Ku makan. Orang itu bertanya, Wahai Tuhanku, bagaimana aku memberi-Mu makan, sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam ?. Allah berfirman, Tidak tahukah kamu bahwa hamba-Ku si fulan minta makan kepadamu, tetapi kamu tidak memberinya makan, tidak tahukah kamu bahwa seandainya kamu memberinya makan niscaya kamu mendapati yang demikian itu (pahalanya) di sisi-Ku ?. Hai anak Adam dahulu Aku minta minum kepadamu, tetapi kamu tidak mau memberi-Ku minum. Orang itu bertanya, "Wahai Tuhanku, bagaimana aku memberi-Mu minum, sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam ?". Allah berfirman, "Tidak tahukah kamu, hamba-Ku si fulan minta minum kepadamu, tetapi kamu tidak mau memberinya minum. Ketahuilah seandainya kamu memberinya minum niscaya kamu mendapati yang demikian itu (pahalanya) di sisi-Ku". [HR. Muslim juz 4, hal. 1990]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ اَصْبَحَ مِنْكُمُ اْليَوْمَ صَائِمًا؟ فَقَالَ اَبُوْ بَكْرٍ: اَنَا، فَقَالَ: مَنْ اَطْعَمَ مِنْكُمُ اْليَوْمَ مِسْكِيْنًا؟ قَالَ اَبُوْ بَكْرٍ : اَنَا، فَقَالَ: مَنْ تَبِعَ مِنْكُمُ اْليَوْمَ جَنَازَةً؟ فَقَالَ اَبُوْ بَكْرٍ : اَنَا، قَالَ: مَنْ عَادَ مِنْكُمُ اْليَوْمَ مَرِيْضًا؟ قَالَ اَبُوْ بَكْرٍ: اَنَا، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَا اجْتَمَعَتْ هذِهِ اْلخصَالُ قَطُّ فِى رَجُلٍ اِلاَّ دَخَلَ اْلجَـنَّةَ. ابن خزيمة فى صحيحه 3: 304
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah SAW pernah bertanya (kepada para shahabat), Siapakah diantara kalian pada hari ini yang sejak pagi berpuasa ? Abu Bakar menjawab, Saya. Rasulullah SAW bertanya lagi, Siapakah diantara kalian pada hari ini yang sudah memberi makan orang miskin ?, Abu Bakar menjawab, Saya. Rasulullah SAW bertanya lagi, Siapakah diantara kalian yang hari ini sudah mengantarkan jenazah ?. Abu Bakar menjawab, Saya. Rasulullah SAW bertanya lagi, Siapakah diantara kalian pada hari ini yang sudah menjenguk orang sakit ?. Abu Bakar menjawab, Saya. Lalu Rasulullah SAW bersabda, Tidaklah perbuatan-perbuatan ini terkumpul pada seseorang melainkan dia akan masuk surga. [HR. Ibnu Khuzaimah di dalam shahihnya, juz 3, hal. 304]

4. Doa untuk orang sakit
قَالَ اَنَسٌ لِثَابِتٍ: اَلاَ اَرْقِيْكَ بِرُقْيَةِ رَسُوْلِ اللهِ ص؟ قَالَ: بَلَى. قَالَ: اللّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ مُذْهِبَ الْبَاسِ، اشْفِ اَنْتَ الشَّافِى لاَ شَافِيَ اِلاَّ اَنْتَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا. البخارى 7: 24
Anas berkata kepada Tsaabit (yang sedang sakit), “Maukah kamu aku ruqyah (jampi), sebagaimana Rasulullah SAW meruqyah ?”. Tsaabit berkata, “Mau”. Anas berkata, “Alloohumma robban-naas mudzhibal baasi, isyfi antasy-syaafii laa syaafiya illaa anta syifaa-an laa yughoodiru saqoma” (Ya Allah Tuhannya seluruh manusia yang menghilangkan gangguan (penyakit), sembuhkanlah dia, Engkaulah Penyembuh yang tidak ada penyembuh kecuali Engkau, kesembuhan yang tidak kambuh lagi). [HR. Bukhari juz 7 hal. 24]
عَنْ عَائِشَةَ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص كَانَ يُعَوّذُ بَعْضَ اَهْلِهِ يَمْسَحُ بِيَدِهِ اْليُمْنَى وَ يَقُوْلُ: اللّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ اَذْهِبِ الْبَاسَ وَ اشْفِهِ وَ اَنْتَ الشَّافِى لاَ شِفَاءَ اِلاَّ شِفَاؤُكَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا. البخارى 7: 24
Dari ‘Aisyah RA bahwasanya Nabi SAW memohonkan perlindungan untuk sebagian keluarganya, beliau mengusap dengan tangan kanannya, lalu berdoa, “Alloohumma robban-naas adzhibil baasa wasyfihi wa antasy-syaafii laa syifaa-a illaa syifaa-uka syifaa-an laa yughoodiru saqoma” (Ya Allah Tuhannya seluruh manusia, hilangkanlah penyakitnya, dan sembuhkanlah dia, dan Engkaulah penyembuh yang tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak kambuh lagi). [HR. Bukhari juz 7, hal. 24]
عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص كَانَ يَرْقِى يَقُوْلُ: اِمْسَحِ اْلبَاسَ رَبَّ النَّاسِ بِيَدِكَ الشّفَاءُ لاَ كَاشِفَ لَهُ اِلاَّ اَنْتَ. البخارى 7: 24
Dari ‘Aisyah, bahwasanya Rasulullah SAW ketika meruqyah beliau berdoa, “Imsahil baasa robban-naas biyadikasy-syifaa-u, laa kaasyifa lahu illaa anta” (Hilangkanlah penyakit ini wahai Tuhannya manusia, di tangan-Mu lah kesembuhan, tidak ada yang bisa menghilangkan penyakit kecuali Engkau)”. [HR. Bukhari juz 7, hal. 24]
عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص كَانَ اِذَا عَادَ مَرِيْضًا يَقُوْلُ: اَذْهِبِ اْلبَاسَ رَبَّ النَّاسِ، اِشْفِهِ اَنْتَ الشَّافِى لاَ شِفَاءَ اِلاَّ شِفَاؤُكَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا. مسلم 4: 1722
Dari ‘Aisyah bahwasanya Rasulullah SAW apabila menjenguk orang yang sakit, beliau berdoa, “Adzhibil baasa robban-naas, isyfihi antasy-syaafii laa syifaa-a illaa syifaa-uka syifaa-an laa yughoodiru saqoma” (Hilangkanlah penyakit ini wahai Tuhannya manusia, sembuhkanlah dia, Engkaulah penyembuh, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak kambuh lagi). [HR. Muslim juz 4, hal. 1722]
قَالَ النَّبِيُّ ص: اَللّهُمَّ اشْفِ سَعْدًا، اَللّهُمَّ اشْفِ سَعْدًا، ثَلاَثَ مِرَارٍ. مسلم 3: 1253
Nabi SAW berdoa (ketika menjenguk Sa’ad), “Alloohummasyfi Sa’dan, Alloohummasyfi Sa’dan” (Ya Alloh sembuhkanlah Sa’ad, ya Allah sembuhkanlah Sa’ad), beliau mengucapkannya tiga kali. [HR. Muslim juz 3, hal. 1253]
Dan masih ada lagi lafadh-lafadh do'a yang lain yang tidak disebutkan di sini.

5.  Mentalqinkan orang yang akan meninggal
Dalam menjenguk orang sakit, maka apabila ternyata yang sakit itu sudah amat berat dan telah mendekati ajalnya, agama mensyari'atkan untuk mentalqinkannya, yaitu menuntunnya agar mengingat Allah dengan membaca "Laa ilaaha illaallooh" (Tiada Tuhan selain Allah).
Cara menuntunnya dengan lemah lembut dan pelan-pelan, tidak tergesa-gesa supaya tidak menimbulkan perasaan tidak senang bagi orang yang sakit tersebut.
عَنْ مُعَاذٍ بْنِ جَبَلٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ كَانَ اخِرُ كَلاَمِهِ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ دَخَلَ اْلجَنَّةَ. ابو داود 3: 190
Dari Mu'adz bin Jabal, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, Barangsiapa yang akhir ucapannya itu laa ilaaha illallooh, maka dia masuk syurga". [HR. Abu Dawud juz 3, hal. 190]
عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: لَقّنُوْا مَوْتَاكُمْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ. الجماعة الا البخارى، فى نيل الاوطار 4: 22
Dari Abu Sa'id dari Nabi SAW, beliau bersabda, Talqinkanlah orang-orang yang akan mati diantara kalian dengan kalimat laa ilaaha illallooh". [HR. Jama'ah kecuali Bukhari, dalam Nailul Authar juz 4, hal. 22]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لَقّنُوْا مَوْتَاكُمْ: لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ. فَاِنَّهُ مَنْ كَانَ آخِرُ كَلِمَتِهِ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ عِنْدَ اْلمَوْتِ دَخَلَ اْلجَنَّةَ يَوْمًا مِنَ الدَّهْرِ وَاِنْ اَصَابَهُ قَبْلَ ذلِكَ مَا اَصَابَهُ. ابن حبان 4: 3
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, Talqinkanlah orang-orang yang akan mati diantara kalian dengan kalimat laa ilaaha illallooh, karena barangsiapa yang akhir ucapannya laa ilaaha illallooh ketika akan mati, ia masuk surga, satu hari itu (lebih bermanfaat) daripada sepanjang hidupnya, meskipun sebelumnya ia telah melakukan perbuatan apa saja. [HR. Ibnu Hibban juz 4, hal. 3]
Keterangan :
Dari hadits-hadits di atas jelaslah bahwa perintah agama untuk mentalqin itu waktunya adalah ketika seseorang sudah mendekati ajalnya, jadi bukan di atas qubur setelah mayyit itu diqubur. Dan mentalqinkan mayyit di atas qubur itu adalah penyelewengan dari tuntunan kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW, bahkan bertentangan dengan ayat Al-Qur'an sendiri yang berbunyi :
اِنَّكَ لاَ تُسْمِعُ اْلمَوْتى. النمل:80
"Sesungguhnya kamu (Muhammad) tidak dapat menjadikan orang-orang yang telah mati itu mendengar" [QS. An-Naml : 80]
Adapun membacakan surat Yaasiin kepada orang yang akan meninggal dunia, memang ada riwayat/haditsnya, tetapi riwayat/hadits-hadits tersebut tidak ada yang sah. Di antara hadits-hadits itu sebagai berikut :
عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ص: اِقْرَءُوْا يس عَلَى مَوْتَاكُمْ. ابو داود 3: 191
Dari Ma'qil bin Yasar ia berkata : Nabi SAW bersabda, Bacakanlah Yaasiin untuk orang-orang yang akan mati di antara kalian". [HR. Abu Dawud juz 3, hal. 191]
وَ ِلاَحْمَدَ وَ لَفْظُهُ: يس قَلْبُ اْلقُرْآنِ. لاَ يَقْرَأُهَا رَجُلٌ يُرِيْدُ اللهَ وَ الدَّارَ اْلاخِرَةَ اِلاَّ غُفِرَ لَهُ، وَ اقْرَأُوْهَا عَلَى مَوْتَاكُمْ. احمد 5: 26
Dan bagi Ahmad dengan lafadh (artinya), "Yaasiin itu jantung Al-Qur'an, tidaklah membacanya seseorang karena Allah dan kampung akhirat melainkan dia akan diampuni, oleh karena itu bacakanlah untuk orang-orang yang akan mati di antara kalian". [HR. Ahmad juz 5, hal. 26]
Keterangan :
Hadits-hadits tersebut dla'if, karena di dalam sanadnya terdapat Abu Utsman dari bapaknya, mereka itu majhul.

6.  Hal-hal yang dilakukan terhadap orang yang baru saja meninggal dunia :
a) Menutupkan kedua matanya
عَنْ اُمّ سَلَمَةَ قَالَتْ: دَخَلَ رَسُوْلُ اللهِ ص عَلَى اَبِى سَلَمَةَ وَ قَدْ شَقَّ بَصَرُهُ، فَاَغْمَضَهُ. ثُمَّ قَالَ: اِنَّ الرُّوْحَ اِذَا قُبِضَ تَبِعَهُ اْلبَصَرُ. فَضَجَّ نَاسٌ مِنْ اَهْلـِهِ فَقَالَ: لاَ تَدْعُوْا عَلَى اَنْفُسِكُمْ اِلاَّ بِخَيْرٍ. فَاِنَّ اْلمَلاَئِكَةَ يُؤَمّنُوْنَ عَلَى مَا تَقُوْلُوْنَ. ثُمَّ قَالَ: اَللّهُمَّ اغْفِرْ ِلاَبِى سَلَمَةَ. وَ ارْفَعْ دَرَجَتَهُ فِى اْلمَهْدِيّيْنَ، وَ اخْلُفْهُ فِى عَقِبِهِ فِى اْلغَابِرِيْنَ وَ اغْفِرْلَنَا وَ لَهُ يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ، وَ افْسَحْ لَهُ فِى قَبْرِهِ، وَ نَوّرْ لَهُ فِيْهِ. مسلم 2: 634
Dari Ummu Salamah, ia berkata : Rasulullah SAW mendatangi jenazah Abu Salamah (yang baru saja meninggal), sedang kedua matanya masih terbuka, maka Rasulullah SAW mengatupkan kedua matanya dan bersabda, "Sesungguhnya roh itu apabila diambil diikuti oleh pandangan". Kemudian para keluarganya menjerit, maka sabdanya pula, "Janganlah kalian mendo'akan untuk diri kalian kecuali yang baik, karena sesungguhnya para malaikat mengamini apa yang kalian ucapkan". Kemudian beliau bersabda lagi, "Ya Allah berilah ampunan bagi Abu Salamah dan tinggikanlah derajatnya diantara orang-orang yang mendapat petunjuk dan berilah dia ganti dalam keturunannya (dengan yang lebih baik), dan ampunilah kami dan dia Ya Allah Tuhan semesta alam, dan lapangkanlah kuburnya serta terangilah dia di dalamnya". [HR. Muslim juz 2, hal. 634]
عَنْ شَدَّادِ بْنِ اَوْسٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِذَا حَضَرْتُمْ مَوْتَاكُمْ فَأَغْمِضُوا اْلبَصَرَ. فَاِنَّ اْلبَصَرَ يَتْبَعُ الرُّوْحَ وَ قُوْلُوْا خَيْرًا فَاِنَّهُ يُؤَمَّنُ عَلَى مَا قَالَ اَهْلُ اْلمَيّتِ. احمد و ابن ماجه فى نيل الاوطار 4: 24
Dari Syaddad bin Aus, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, Apabila kalian datang kepada orang yang (baru saja) meninggal diantara kalian, maka pejamkanlah matanya. Karena sesungguhnya pandangan mata itu mengikuti rohnya. Dan ucapkanlah ucapan yang baik, karena sesungguhnya apa yang diucapkan oleh keluarga si mayyit itu diamini (oleh para malaikat)". [HR. Ahmad dan Ibnu Majah, dalam Nailul Authar juz 4, hal. 24]
Keterangan :
1.  Dari  hadits diatas, menunjukkan bahwa dianjurkan menutupkan kedua mata si mayyit bila masih dalam keadaan terbuka dan supaya memohonkan ampunan dan kebaikan baginya serta keluarga yang ditinggalkannya.
2.  Adapun permohonan ampunan dan kebaikan itu, khusus kalau mayyit tersebut adalah orang Islam dan bagi keluarga yang beragama Islam. Sedang apabila mayyit itu bukan orang Islam, maka tidak boleh dimohonkan ampunan, tetapi hendaklah disantuni dan dirawat sebagaimana layaknya terhadap sesama manusia.
Firman Allah, dalam surat At-Taubah ayat 113 :
مَا كَانَ لِلنَّبِيّ وَ الَّذِيْنَ امَنُوْآ اَنْ يَّسْتَغْفِرُوْا لِلْمُشْرِكِيْنَ وَ لَوْ كَانُوْا اُولِيْ قُرْبى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ اَنَّهُمْ اَصْحبُ اْلجَحِيْمِ. التوبة:113
"Tidak patut bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memohonkan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun mereka itu keluarga yang dekat, setelah jelas bagi mereka, bahwa orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahannam". [QS. At-Taubah 113]
Dan ada riwayat sebagai berikut :
عَنْ عَلِيّ رض قَالَ: قُلْتُ لِلنَّبِيّ ص اِنَّ عَمَّكَ الشَّيْخَ الضَّالَّ قَدْ مَاتَ. قَالَ: اِذْهَبْ فَوَارِ اَبَاكَ ثُمَّ وَ لاَ تُحْدِثَنَّ شَيْئًا حَتَّى تَأْتِيَنِى. فَذَهَبْتُ فَوَارَيْتُهُ وَجِئْتُهُ فَأَمَرَنِى فَاغْتَسَلْتُ وَ دَعَالِيْ. ابو داود 3: 214
Dari Ali (bin Abu Thalib), ia berkata : Saya pernah berkata kepada Nabi SAW, Sesungguhnya pamanmu yang sudah tua dan sesat itu (Abu Thalib) telah mati". Maka Rasulullah SAW bersabda, Pergilah kamu menguburkan bapakmu dan jangan berbuat apa-apa sampai engkau datang lagi kepadaku". (Maka Ali berkata), Akupun lalu pergi menguburkannya, kemudian aku datang kepada beliau, lalu beliau menyuruhku mandi, maka akupun mandi, kemudian beliau mendo'akanku". [HR. Abu Dawud juz 3, hal. 214]
b)  Menutupinya dengan kain atau lain-lain penutup yang dianggap patut.
عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص حِيْنَ تُـوُفّيَ سُجّيَ بِبُرْدِ حِبَرَةٍِ. احمد و البخارى و مسلم، فى نيل الاوطار 4: 28
Dari Aisyah, "Sesungguhnya Rasulullah SAW ketika wafat beliau ditutup dengan selimut buatan Yaman". [HR. Ahmad, Bukhari, dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 4, hal. 28]

7.  Menangisi mayyit
عَنْ جَابِرٍ قَالَ: اُصِيْبَ اَبِى يَوْمَ اُحُدٍ، فَجَعَلْتُ اَبْكِى فَجَعَلُوْا يَنْهَوْنِى وَ رَسُوْلُ اللهِ ص لاَ يَنْهَانِى. فَجَعَلَتْ عَمَّتِى فَاطِمَةُ تَبْكِى. فَقَالَ النَّبِيُّ ص تَبْكِيْنَ اَوْ لاَ تَبْكِيْنَ مَا زَالَتِ اْلمَلاَئِكَةُ تُظِلُّهُ بِأَجْنِحَتِهَا حَتَّى رَفَعْتُمُوْهُ. احمد و البخارى و مسلم
Dari Jabir (bin Abdullah), ia berkata : Ketika ayahku gugur pada perang Uhud, lalu aku menangis, kemudian orang-orang melarangku, sedang Rasulullah SAW (sendiri) tidak melarang ku. Lalu bibiku Fathimah (juga) menangis. Lalu Nabi SAW bersabda, Kamu menangis ataupun tidak, para malaikat tetap menaunginya dengan sayap-sayap mereka, sehingga kamu sekalian mengangkatnya". [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 4, hal, 111]
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: مَاتَتْ زَيْنَبُ بِنْتُ رَسُوْلِ اللهِ ص فَبَكَتِ النّسَاءُ، فَجَعَلَ عُمَرُ يَضْرِبُهُنَّ بِسَوْطِهِ، فَأَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ ص بِيَدِهِ وَ قَالَ: مَهْلاً يَا عُمَرُ. ثُمَّ قَالَ: اِيَّاكُنَّ وَ نَعِيْقَ الشَّيْطَانِ. ثُمَّ قَالَ: اِنَّهُ مَهْمَا كَانَ مِنَ اْلعَيْنِ وَ اْلقَلْبِ فَمِنَ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ وَ مِنَ الرَّحْمَةِ. وَ مَا كَانَ مِنَ اْليَدِ وَ اللّسَانِ فَمِنَ الشَّيْطَانِ. احمد، فى نيل الاوطار 4: 111
Dari Ibnu 'Abbas, ia berkata : Ketika Zainab binti Rasulullah SAW meninggal dunia, lalu para wanita menangis. Kemudian 'Umar memukul mereka dengan cambuknya. Lalu Rasulullah SAW memegang tangan 'Umar sambil bersabda, Sabar ya 'Umar !" Kemudian beliau bersabda, Jauhkankah diri kalian dari raungan syaithan". Kemudian beliau bersabda (pula), Karena sesungguhnya bila tangisan itu hanya sekedar mengeluarkan air mata dan kesedihan hati, maka ia itu berasal dari Allah 'Azza wa Jalla dan dari perasaan iba. Dan bila tangisan itu diikuti perbuatan tangan dan lisan, maka ia itu berasal dari syaithan". [HR. Ahmad, dalam Nailul Authar juz 4, hal. 111]
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: اِشْتَكَى سَعْدُ بْنُ عُبَادَةَ شَكْوًى لَهُ، فَاَتَاهُ النَّبِيُِّ ص يَعُوْدُهُ مَعَ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ عَوْفٍ، وَ سَعْدِ بْنِ اَبِى وَقَّاصٍ، وَ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ. فَلَمَّا دَخَلَ عَلَيْهِ وَجَدَهُ فِى غَشِيّهِ، فَقَالَ: قَدْ قُضِيَ؟ فَقَالُوْا: لاَ يَا رَسُوْلَ اللهِ. فَبَكَى رَسُوْلُ اللهِ ص. فَلَمَّا رَأَى اْلقَوْمُ بُكَاءَهُ بَكَوْا، قَالَ: اَلاَ تَسْمَعُوْنَ؟ اِنَّ اللهَ لاَ يُعَذّبُ بِدَمْعِ اْلعَيْنِ وَ لاَ بِحُزْنِ اْلقَلْبِ، وَ لكِنْ يُعَذّبُ بِهذَا. وَ اَشَارَ اِلَى لِسَانِهِ اَوْ يَرْحَمُ. احمد و البخارى و مسلم، فى نيل الاوطار 4: 112
Dari Ibnu 'Umar, ia berkata : Sa'ad bin 'Ubadah mengadukan sakitnya, lalu Nabi SAW datang menjenguknya bersama Abdurrahman bin 'Auf, Sa'ad bin Abi Waqqash, dan Abdullah bin Mas'ud. Kemudian ketika Nabi SAW masuk kepadanya, beliau mendapatinya dalam keadaan kritis. Lalu Nabi SAW bertanya (kepada para shahabat), Apakah ia sudah mati ?" Mereka menjawab, Belum, ya Rasulullah". Lalu Rasulullah SAW menangis. Setelah orang-orang melihat Nabi SAW menangis, merekapun ikut menangis. Lalu Nabi SAW bersabda, Apakah kalian tidak mendengar ? Sesungguhnya Allah tidak menyiksa sebab melelehnya air mata dan tidak pula susahnya hati, tetapi Allah akan menyiksa atau memberi rahmat sebab ini", beliau sambil berisyarat ke lisannya. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 4, hal, 112]
عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ سَعْدَ بْنَ مُعَاذٍ لَمَّا مَاتَ حَضَرَهُ رَسُوْلُ اللهِ ص وَ اَبُوْ بَكْرٍ وَ عُمَرُ. قَالَتْ: فَوَ الَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ اِنّى َلاَعْرِفُ بُكَاءَ اَبِى بَكْرٍ مِنْ بُكَاءِ عُمَرَ. وَاَنَا فِى حُجْرَتِى. احمد، فى نيل الاوطار 4:
Dari 'Aisyah, bahwa ketika Sa'ad bin Mu'adz meninggal dunia, maka Rasulullah SAW, Abu Bakar, dan 'Umar mendatanginya. 'Aisyah berkata, Demi Tuhan yang diriku di tangan-Nya, sungguh aku lebih mengenal tangisan Abu Bakar daripada tangisan 'Umar, sedang aku berada di dalam kamarku". [HR. Ahmad, dalam Nailul Authar juz 4, hal. 114]
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَتِيْكٍ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص جَاءَ يَعُوْدُ عَبْدَ اللهِ بْنَ ثَابِتٍ فَوَجَدَهُ قَدْ غُلِبَ. فَصَاحَ بِهِ فَلَمْ يُجِبْهُ. فَاسْتَرْجَعَ، وَ قَالَ: غُلِبْنَا عَلَيْكَ يَا اَبَا الرَّبِيْعِ! فَصَاحَ النّسْوَةُ وَ بَكَيْنَ. فَجَعَلَ ابْنُ عَتِيْكٍ يُسَكّنُهُنَّ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: دَعْهُنَّ فَاِذَا وَجَبَ فَلاَ تَبْكِيَنَّ بَاكِيَةٌ. قَالُوْا: وَ مَا اْلوُجُوْبُ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: اَلْمَوْتُ. ابو داود و النسائى، فى نيل الاوطار 4: 114
Dari Jabir bin 'Atiek, bahwasanya Rasulullah SAW datang menjenguk 'Abdullah bin Tsabit, dan beliau mendapatinya sudah kritis, lalu beliau memanggil dengan suara keras, namun ia tidak menjawab, lalu beliau mengucapkan "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji'uun" dan bersabda, Kamu mendahului kami wahai Abu Rabi' ", lalu para wanita menjerit dan menangis. Kemudian Ibnu 'Atiek berusaha menenangkan mereka. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, Biarkanlah mereka, dan apabila sudah pasti, jangan ada seorangpun yang menangis". Mereka bertanya, Apa yang dimaksud "pasti" itu, ya Rasulullah ?" Beliau menjawab, Mati". [HR. Abu Dawud dan Nasai, dalam Nailul Authar juz 4, hal. 114]
Keterangan :
Dari Hadits-hadits diatas menunjukkan bahwa menangisi mayyit yang tidak berlebih-lebihan itu boleh.

8. Larangan menangisi mayyit secara berlebihan (meratap), memukul pipi, mencakar-cakar wajah dan merobek-robek pakaian.
عَنْ عُمَرَ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: اَلْمَيّتُ يُعَذَّبُ فِى قَبْرِهِ بِمَا نِيْحَ عَلَيْهِ. مسلم 2: 639
Dari Umar (bin Khaththab) dari Nabi SAW, beliau bersabda, Mayyit itu disiksa dikuburnya dengan sebab diratapi atasnya". [HR. Muslim juz 2, hal. 639].
عَنِ اْلمُغِيْرَةِِ رض قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ ص يَقُوْلُ: مَنْ نِيْحَ عَلَيْهِ يُعَذَّبْ بِمَا نِيْحَ عَلَيْهِ. البخارى 2: 81
Dari Mughirah (bin Syu'bah) RA, ia berkata : Saya mendengar Nabi SAW bersabda, Barangsiapa yang diratapi atasnya, maka ia disiksa dengan sebab diratapi atasnya". [HR. Bukhari juz 2, hal. 81]
عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ رض قَالَ: اُغْمِيَ عَلَى عَبْدِ اللهِ بْنِ رَوَاحَةَ فَجَعَلَتْ اُخْتُهُ عَمْرَةُ تَبْكِى، وَاجَبَلاَهْ، وَا كَذَا، وَا كَذَا، تُعَدّدُ عَلَيْهِ، فَقَالَ حِيْنَ اَفَاقَ: مَا قُلْتِ شَيْئًا اِلاَّ قِيْلَ لِى: آنْتَ كَذلِكَ. فَلَمَّا مَاتَ لَمْ تَبْكِ عَلَيْهِ. البخارى 5: 88
Dari Nu'man bin Basyir RA, ia berkata : Ketika Abdullah bin Rawahah pingsan, 'Amrah (yaitu) saudara perempuannya menangis (sambil berteriak-teriak) dengan menyebut-nyebutnya, Oh, pelindungku, oh ini, oh itu", ia menyebut-nyebut berbagai kebaikannya. Ketika (Abdullah bin Rawahah) siuman, ia berkata, Tidaklah engkau mengatakan sesuatu, kecuali dikatakan kepadaku. Apakah kamu seperti yang dikatakan itu ?!" Maka setelah (Abdullah bin Rawahah) meninggal,  'Amrah tidak menangisinya. [HR. Bukhari juz 5, hal. 88]
عَنْ اَبِى مُوْسَى رض عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: اِنَّ اْلمَيّتَ لَيُعَذَّبُ بِبُكَاءِ اْلحَيّ. اِذَا قَالَتْ وَ اعَضُدَاهْ، وَا مَانِعَاهْ، وَا نَاصِرَاهْ، وَا كَاسِبَاهْ جُبِذَ اْلمَيّتُ فَقِيْلَ: اَنَاصِرُهَا اَنْتَ؟ اَكَاسِبُهَا اَنْتَ؟. احمد 7: 168 رقم
Dari Abu Musa RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, Sesungguhnya mayyit itu disiksa dengan sebab tangisnya orang yang hidup, apabila ia menyebut-nyebutnya, Oh penanggungku, oh penjagaku, oh penolongku, oh tumpuan harapanku, maka mayyit itu ditarik dan ditanya dengan pertanyaan-pertanyaan Apakah kamu penolongnya ? Apakah kamu tumpuan harapannya ? [HR. Ahmad juz 7, hal. 168, no. 19737]
عَنْ اَبِى مُوْسَى اْلاَشْعَرِيّ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَا مِنْ مَيّتٍ يَمُوْتُ فَيَقُوْمُ بَاكِيْهِمْ فَيَقُوْلُ: وَا جَبَلاَهْ، وَا سَيّدَاهْ اَوْ نَحْوَ ذلِكَ اِلاَّ وُكّلَ بِهِ مَلَكَانِ يَلْهَزَانِهِ اَهكَذَا كُنْتَ. الترمذى 2: 236 هذا حديث حسن غريب
Dari Abu Musa Al-Asyariy, ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, Tidaklah seorang mayyit yang meninggal, lalu ada orang yang menangisi diantara mereka dengan menyebut-nyebutnya, Oh pelindungku, oh penanggungku" atau seperti itu, kecuali dengannya ada dua malaikat yang diserahi untuk memukul dada (mayyit itu) dengan bertanya, Apakah seperti itu keadaanmu ?". [HR. Tirmidzi juz 2, hal. 236, ia berkata, Ini hadits Hasan Gharib"]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِثْنَتَانِ فِى النَّاسِ هُمَابِهِمْ كُفْرٌ: اَلطَّعْنُ فِى النَّسَبِ،وَ النّيَاحَةُ عَلَى اْلمَيّتِ. مسلم 1: 82
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, Ada dua perkara yangmana dua perkara itu merupakan kekufuran padanya, yaitu : 1. Mencaci nasab (keturunan) dan, 2. Niyahah (meratapi) atas mayyit". [HR. Muslim juz 1, hal. 82]
عَنْ اَنَسٍ اَنَّ عُمَرَ بْنَ اْلخَطَّابِ لَمَّا طُعِنَ عَوَّلَتْ عَلَيْهِ حَفْصَةُ فَقَالَ: يَا حَفْصَةُ اَمَا سَمِعْتِ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: اْلمُعَوَّلُ عَلَيْهِ يُعَذَّبُ؟ وَ عَوَّلَ عَلَيْهِ صُهَيْبٌ. فَقَالَ عُمَرُ: يَا صُهَيْبُ، اَمَا عَلِمْتَ اَنّ اْلمُعَوَّلَ عَلَيْهِ يُعَذَّبُ؟. مسلم 2: 640
Dari Anas (bin Malik), bahwasanya Umar bin Khaththab ketika dia ditikam orang, Hafshah menangisinya. Maka Umar berkata kepadanya, Hai Hafshah, apakah kamu tidak mendengar Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya (mayyit) yang ditangisi itu disiksa ? Dan Shuhaib juga menangisinya. Maka Umar berkata, Hai Shuhaib, apakah kamu tidak tahu bahwa mayyit yang ditangisi itu disiksa ?. [HR. Muslim juz 2, hal. 640]
عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ اْلخُدْرِيّ رض قَالَ: لَعَنَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَلنَّائِحَةَ وَ اْلمُسْتَمِعَةَ. ابو داود 3: 194
Dari Abu Sa'id Al-Khudriy RA, ia berkata, Rasulullah SAW melaknat orang perempuan yang meratapi mayyit dan orang perempuan yang sengaja duduk untuk mendengarkan orang yang meratap tersebut". [HR. Abu Dawud juz 3, hal. 194]
Keterangan :
Tentang Orang yang mati (mayyit) disiksa karena tangisan/ratapan yang hidup, ini maksudnya : Si mayyit sedih dan susah mengetahui orang-orang yang menangisi atau meratapinya karena mereka melanggar larangan agama.
عَنْ اَنَسٍ رض قَالَ: لَمَّا ثَقُلَ النَّبِيُّ ص جَعَلَ يَتَغَشَّاهُ فَقَالَتْ فَاطِمَةُ عَلَيْهَا السَّلاَمُ: وَاكَرْبَ اَبَاهْ، فَقَالَ لَهَا: لَيْسَ عَلَى اَبِيْكِ كَرْبٌ بَعْدَ اْليَوْمِ. فَلَمَّا مَاتَ قَالَتْ: يَا اَبَتَاهْ اَجَابَ رَبًّا دَعَاهْ، يَا اَبَتَاهْ مَنْ جَنَّةُ اْلفِرْدَوْسِ مَأْوَاهْ يَا اَبَتَاهْ اِلَى جِبْرِيْلَ نَنْعَاهْ. فَلَمَّا دُفِنَ قَالَتْ فَاطِمَةُ عَلَيْهَا السَّلاَمُ: يَا اَنَسُ اَطَابَتْ اَنْفُسُكُمْ اَنْ تَحْثُوْا عَلَى رَسُوْلِ اللهِ ص التُّرَابَ. البخارى 5: 144
Dari Anas RA, ia berkata : Ketika Nabi SAW bertambah berat sakitnya sehingga diliputi kesedihan, lalu Fathimah AS berkata, Oh sedihnya ayahku". Lalu (Nabi SAW) bersabda kepadanya, Tidak ada kesedihan bagi ayahmu sesudah hari ini !". Lalu ketika beliau wafat, Fathimah berkata, Oh ayahku, ia telah memenuhi panggilan Tuhannya. Oh ayahku orang yang surga Firdaus tempat kembalinya. Oh ayahku, kepada Jibril kami beritakan". Lalu ketika beliau dimakamkan, Fathimah berkata, Hai Anas, sampai hatikah kalian menaburkan tanah atas jenazah Rasulullah SAW ?". [HR. Bukhari juz 5, hal. 144]
عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ اَبَا بَكْرٍ دَخَلَ عَلَى النَّبِيّ ص بَعْدَ وَفَاتِهِ فَوَضَعَ فَمَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَ وَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى صُدْغَيْهِ وَ قَالَ: وَا نَبِيَّاهْ وَا خَلِيْلاَهْ وَا صَفِيَّاهْ. احمد 9: 271، رقم 24084
Dari Aisyah, sesungguhnya Abu Bakar masuk ke (kamar) Nabi SAW setelah beliau wafat, lalu ia meletakkan mulutnya diantara kedua mata beliau, dan meletakkan kedua tangannya pada dua pelipisnya sambil berkata, Oh Nabi, oh kekasih, oh orang pilihan". [HR. Ahmad juz 9, hal. 271, no. 24084]
Keterangan :
Yang dilakukan Fathimah dan Abu Bakar tersebut tidak termasuk meratap, atau menyebut-nyebut yang dilarang agama, karena tidak dilakukan dengan cara Jahiliyah.
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص ثَلاَثَةٌ مِنَ اْلكُفْرِ بِاللهِ: شَقُّ اْلجَيْبِ، وَ النّيَاحَةُ، وَ الطَّعْنُ فِى النَّسَبِ. الحاكم، فى المستدرك 1: 540، و قال: صحيح الاسناد
Dari Abu Hurarirah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, Ada tiga perkara termasuk kufur kepada Allah : 1. Merobek-robek pakaian, 2. Niyahah (meratap) dan, 3. Mencaci nasab". [HR. Hakim dalam Al-Mustadrak juz 1, hal. 540, dan ia berkata, Shahih sanadnya"].
عَنْ اَبِى اُمَامَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص لَعَنَ اْلخَامِشَةَ وَجْهَهَا، وَ الشَّاقَّةَ جَيْبَهَا، وَ الدَّاعِيَةَ بِاْلوَيْلِ. ابن حبان فى صحيحه 4: 45
Dari Abu Umamah, ia berkata, Sesungguhnya Rasulullah SAW melaknat wanita yang mencakar-cakar wajahnya, wanita yang merobek-robek bajunya dan wanita yang berdoa (meminta) supaya ditimpa kecelakaan". [HR. Ibnu Hibban di dalam shahihnya juz 4, hal. 45]
عَنْ عَبْدِ اللهِ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لَيْسَ مِنَّا مَنْ ضَرَبَ اْلخُدُوْدَ، وَ شَقَّ اْلجُيُوْبَ، وَ دَعَا بِدَعْوَى اْلجَاهِلِيَّةِ. البخارى 2: 83
Dari Abdullah (bin Mas'ud) RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, Bukanlah dari golongan kita orang yang memukul pipi, yang merobek-robek baju dan yang memanggil-manggil secara jahiliyah". [HR. Bukhari juz 2, hal. 83]
عَنْ اَسِيْدِ بْنِ اَبِى اَسِيْدٍ التَّابِعِيّ عَنِ امْرَأَةٍ مِنَ اْلمُبَايِعَاتِ قَالَتْ: كَانَ فِيْمَا اَخَذَ عَلَيْنَارَسُوْلُ اللهِ ص فِى اْلمَعْرُوْفِ الَّذِى اَخَذَ عَلَيْنَا اَنْ لاَ نَعْصِيَهُ فِيْهِ اَنْ لاَ نَخْمِشَ وَجْهًا، وَ لاَ نَدْعُوَ وَيْلاً، وَ لاَ نَشُقَّ جَيْبًا، وَ لاَ نَنْشُرَ شَعْرًا. ابو داود 3: 194
Dari Asid bin Abi Asid seorang tabi'in dari seorang wanita yang ikut bai'at kepada Rasulullah SAW, ia berkata, Adalah diantara apa-apa yang Rasulullah SAW ambil dari bai'at kami di dalam kebaikan yang beliau menyuruh kami supaya dipegang teguh agar kami tidak mashiyat padanya, ialah agar kami tidak mencakar-cakar muka, tidak berdoa dengan kebinasaan, tidak merobek-robek baju dan tidak mengurai rambut". [HR. Abu Dawud juz 3, hal. 194]

9. Menyiarkan Khabar Kematian
عَنِ عَبْدِ اللهِ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: اِيَّاكُمْ وَ النَّعْيَ فَاِنَّ النَّعْيَ مِنْ عَمَلِ اْلجَاهِلِيَّةِ. الترمذى 2: 228
Dari Abdullah (bin Mas'ud) dari Nabi SAW beliau bersabda, Takutlah kalian akan menyiar-nyiarkan kabar kematian, karena menyiar-nyiarkan kabar kematian itu termasuk perbuatan Jahiliyah". [HR. Tirmidzi juz 2, hal. 228].
عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ: اِذَا مِتُّ فَلاَ تُؤْذِنُوْا بِى اَحَدًا. اِنّى اَخَافُ اَنْ يَكُوْنَ نَعْيًا. وَ اِنّى سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَنْهَى عَنِ النَّعْيِ. الترمذى 2: 227، و قال: هذا حديث حسن
Dari Hudzaifah, ia berkata, Apabila aku telah meninggal, maka janganlah kalian menyiarkan kematianku kepada seorangpun, karena aku khawatir itu merupakan menyiarkan kabar kematian, sebab aku pernah mendengar Rasulullah SAW melarang menyiarkan khabar kematian". [HR. Tirmidzi juz 2, hal. 227, dan ia berkata, Ini hadits hasan]
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رض قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ص: اَخَذَ الرَّايَةَ زَيْدٌ فَاُصِيْبَ، ثُمَّ اَخَذَهَا جَعْفَرٌ فَاُصِيْبَ، ثُمَّ اَخَذَهَا عَبْدُ اللهِ بْنُ رَوَاحَةَ فَاُصِيْبَ. وَ اِنَّ عَيْنَيْ رَسُوْلِ اللهِ ص لَتَذْرِفَانِ. ثُمَّ اَخَذَهَا خَالِدُ بْنُ اْلوَلِيْدِ مِنْ غَيْرِ اِمْرَةٍِ، فَفُتِحَ لَهُ. البخارى 2: 72
Dari Anas bin Malik RA, ia berkata : Nabi SAW bersabda (memberitahukan kepada para shahabat), Zaid (bin Haritsah) membawa bendera lalu terbunuh kemudian diambil oleh Ja'far lalu ia pun terbunuh, kemudian diambil oleh Abdullah bin Rawahah lalu ia juga terbunuh (sedang kedua mata Rasulullah SAW bercucuran), lalu diambil oleh Khalid bin Walid tanpa diperintah, lalu ia diberi kemenangan". [HR. Bukhari juz 2, hal. 72]
Keterangan :
A. Mengkhabarkan kematian yang dilarang oleh Nabi SAW adalah sebagaimana yang biasa dilakukan oleh kaum jahiliyah, yaitu : Apabila ada seorang yang terpandang di masyarakat meninggal dunia, mereka menyiarkan berita kematian itu ke seluruh penjuru kota dengan berteriak-teriak sambil menyebut-nyebut kebaikan yang meninggal, dan kecelakaan bangsa Arab karena ditinggal olehnya.
B. Adapun kalau tidak sebagaimana cara Jahiliyah tersebut tidaklah mengapa, lagi pula karena merawat dan mengurus orang yang mati itu adalah kewajiban bagi qaum Muslimin, maka bagaimana mungkin kewajiban itu dapat terlaksana dengan baik tanpa menyiarkan berita kematiannya ?. Lagi pula ada riwayat sebagai berikut :
عَنْ اَنَسٍ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص نَعَى زَيْدًا وَ جَعْفَرًا وَ ابْنَ رَوَاحَةَ لِلنَّاسِ قَبْلَ اَنْ يَأْتِيَهُمْ خَبَرُهُمْ. البخارى 4: 218
Dari Anas RA bahwasanya Nabi SAW mengkhabarkan meninggalnya Zaid, Ja'far dan Ibnu Rawahah kepada orang banyak sebelum berita kematian itu sampai kepada mereka. [HR. Bukhari juz 4, hal. 218]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص نَعَى النَّجَاشِيَّ  فِى اْليَوْمِ الَّذِى مَاتَ فِيْهِ. خَرَجَ اِلىَ اْلمُصَلَّى فَصَفَّ بِهِمْ وَ كَبَّرَ اَرْبَعًا. البخارى 2: 71
Dari Abu Hurairah RA bahwasanya Rasulullah SAW menyiarkan berita wafatnya Raja Najasyi pada hari kematiannya itu. Kemudian beliau berangkat ke mushalla, lalu membuat shaff dengan para shahabat (untuk menshalatkannya) dan beliau takbir empat kali (dalam shalat jenazah tersebut). [HR. Bukhari juz 2, hal. 71]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ امْرَأَةً سَوْدَاءَ كَانَتْ تَقُمُّ اْلمَسْجِدَ (اَوْ شَابًّا) فَفَقَدَهَا رَسُوْلُ اللهِ ص: فَسأَلَ عَنْهَا (اَوْ عَنْهُ) فَقَالُوْا: مَاتَ. قَالَ: اَفَلاَ كُنْتُمْ آذَنْتُمُوْنِى؟ قَالَ: فَكَأَنَّهُمْ صَغَّرُوْا اَمْرَهَا (اَوْ اَمْرَهُ) فَقَالَ: دُلُّوْنِى عَلَى قَبْرِهِ. فَدَلُّوْهُ فَصَلَّى عَلَيْهَا. ثُمَّ قَالَ: اِنَّ هذِهِ اْلقُبُوْرَ مَمْلُوْءَةٌ ظُلْمَةً عَلَى اَهْلِهَا، وَ اِنَّ اللهَ عَزَّ وَ جَلَّ يُنَوّرُهَا لَهُمْ بِصَلاَتِى عَلَيْهِمْ. مسلم 2: 659
Dari Abu Hurairah bahwasanya ada seorang wanita kulit hitam (atau seorang pemuda) yang biasa menyapu masjid. Kemudian Rasulullah SAW merasa kehilangan dia, maka beliau menanyakan tentang wanita atau pemuda itu. Para shahabat menjawab, Ia sudah meninggal". Beliau SAW bersabda, Mengapa kalian tidak memberitahukan kepadaku ?". (Abu Hurairah) berkata, seolah-olah para shahabat menganggap remeh perkara wanita atau pemuda itu. Kemudian beliau bersabda, Tunjukkanlah kepadaku quburnya". Lalu para shahabat menunjukkan nya, kemudian beliau menshalatkannya. (Setelah selesai) kemudian beliau bersabda, Sesungguhnya qubur ini penuh kegelapan bagi penghuninya, lalu Allah Azza wa Jalla menerangi mereka dengan sebab shalatku untuk mereka. [HR. Bukhari juz 2, hal. 72]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar