Poligami dan Doa bersetubuh

 Laki-laki boleh mengawini 1, 2, 3 atau 4 wanita.
Firman Allah SWT :
وَ اِنْ خِفْتُمْ اَلاَّ تُقْسِطُوْا فِى اْليَتمى فَانْكِحُوْا مَا طَابَ لَكُمْ مّنَ النّسآءِ مَثْنى وَ ثُلثَ وَ رُبعَ، فَاِنْ خِفْتُمْ اَلاَّ تَعْدِلُوْا فَوَاحِدَةً اَوْ مَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ، ذلِكَ اَدْنى اَلاَّ تَعُوْلُوْا. النساء:3
Dan jika kamu takut tidak dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi, dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. [QS. An-Nisaa' : 3]

Hadits-hadits Nabi SAW :
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: اَسْلَمَ غَيْلاَنُ بْنُ سَلَمَةَ وَ تَحْتَهُ عَشْرُ نِسْوَةٍ. فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ ص: خُذْ مِنْهُنَّ اَرْبَعًا. ابن ماجه 1: 628، ررقم: 1953
Dari Ibnu 'Umar, ia berkata, "Ghailan bin Salamah masuk Islam dan ia mempunyai 10 istri, maka Nabi SAW bersabda kepadanya, "Pilihlah empat diantara mereka". [HR. Ibnu Majah juz 1, hal. 628, no. 1953]
عَنْ قَيسِ بْنِ اْلحَارِثِ قَالَ: اَسْلَمْتُ وَ عِنْدِى ثَمَانِ نِسْوَةٍ، فَاَتَيْتُ النَّبِيَّ ص فَقُلْتُ ذلِكَ لَهُ، فَقَالَ: اِخْتَرْ مِنْهُنَّ اَرْبَعًا. ابن ماجه 1: 628، رقم: 1952
Dari Qais bin Al-Haarits, ia berkata : Aku masuk Islam sedang aku mempunyai delapan istri, lalu aku menghadap Nabi SAW, kemudian aku sampaikan hal itu kepada beliau, maka beliau bersabda, "Pilihlah empat diantara mereka". [HR. Ibnu Majah juz 1, hal. 628, no. 1952]
.
 Khususnya bagi Nabi SAW boleh beristri lebih dari empat
ياَيُّهَا النَّبِيُّ اِنَّآ اَحْلَلْنَا لَكَ اَزْوَاجَكَ الّتِيْ اتَيْتَ اُجُوْرَهُنَّ وَمَا مَلَكَتْ يَمِيْنُكَ مِمَّآ اَفَآءَ اللهُ عَلَيْكَ وَ بَنتِ عَمّكَ وَ بَنتِ عَمّتِكَ وَ بَنتِ خَالِكَ وَ بَنتِ خلتِكَ الّتِيْ هَاجَرْنَ مَعَكَ، وَ امْرَاَةً مُّؤْمِنَةً اِنْ وَّ هَبَتْ نَفْسَهَا لِلنَّبِيّ اِنْ اَرَادَ النَّبِيُّ اَنْ يَّسْتَنْكِحَهَا خَالِصَةً لَّكَ مِنْ دُوْنِ اْلمُؤْمِنِيْنَ، قَدْ عَلِمْنَا مَا فَرَضْنَا عَلَيْهِمْ فِيْ اَزْوَاجِهِمْ وَ مَا مَلَكَتْ اَيْمَانُهُمْ لِكَيْلاَ يَكُوْنَ عَلَيْكَ حَرَجٌ، وَ كَانَ اللهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا. الاحزاب:50
Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu istri-istrimu yang telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah untukmu, dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-anak perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari saudara perempuan ibumu yang turut hijrah bersama kamu dan perempuan mu'min yang menyerahkan dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang mu'min. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang Kami wajibkan kepada mereka tentang istri-istri mereka dan hamba sahaya yang mereka miliki supaya tidak menjadi kesempitan bagimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [QS. Al-Ahzaab : 50]

 Kewajiban adil terhadap para istri
وَ اِنِ امْرَاَةٌ خَافَتْ مِنْ بَعْلِهَا نُشُوْزًا اَوْ اِعْرَاضًا فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِمَآ اَنْ يُّصْلِحَا بَيْنَهُمَا صُلْحًا، وَ الصُّلْحُ خَيْرٌ، وَ اُحْضِرَتِ اْلاَنْفُسُ الشُّحَّ، وَ اِنْ تُحْسِنُوْا وَ تَتَّقُوْا فَاِنَّ اللهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرًا(128) وَ لَنْ تَسْتَطِيْعُوْآ اَنْ تَعْدِلُوْا بَيْنَ النّسَآءِ وَ لَوْ حَرَصْتُمْ فَلاَ تَمِيْلُوْا كُلَّ الْمَيْلِ فَتَذَرُوْهَا كَالْمُعَلَّقَةِ، وَاِنْ تُصْلِحُوْا وَتَتَّقُوْا فَاِنَّ اللهَ كَانَ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا(129)النساء: 128-129
Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir, Dan jika kamu bergaul dengan istrimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (128)
Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil diantara istri-istrimu, walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecenderungan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (129) [QS. An-Nisaa' : 128-129]
عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ اَبِيْهِ قَالَ: قَالَتْ عَائِشَةُ: يَا ابْنَ اُخْتِي كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص لاَ يُفَضّلُ بَعْضَنَا عَلَى بَعْضٍ فِي اْلقَسْمِ مِنْ مُكْثِهِ عِنْدَنَا، وَكَانَ قَلَّ يَوْمٌ اِلاَّ وَ هُوَ يَطُوْفُ عَلَيْنَا جَمِيْعًا فَيَدْنُوْ مِنْ كُلّ امْرَأَةٍ مِنْ غَيْرِ مَسِيْسٍ حَتَّى يَبْلُغَ اِلىَ الَّتِي هُوَ يَوْمُهَا فَيَبِيْتُ عِنْدَهَا. ابو داود 2: 243، رقم: 2135
Dari Hisyam bin 'Urwah, dari ayahnya, ia berkata : 'Aisyah berkata, "Wahai anak saudara perempuanku, dahulu Rasulullah SAW tidak membedakan sebagian kami atas sebagian yang lain dalam pembagian giliran, dan tidak pernah ada satu hari kecuali beliau mesti mengelilingi kami seluruhnya, seorang demi seorang, kemudian beliau mendekati (dan memegang-megang) tetapi tidak bercampur, sehingga masuklah beliau kepada (istri) yang hari itu menjadi gilirannya, lalu beliau bermalam di situ". [HR. Abu Dawud juz 2, hal. 243, no. 2135]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ كَانَتْ لَهُ امْرَأَتَانِ يَمِيْلُ ِمَعَ اِحْدَاهُمَا عَلَى اْلاُخْرَى جَاءَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ وَ اَحَدُ شِقَّيْهِ سَاقِطٌ. ابن ماجه 1: 633، 1969
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa mempunyai dua istri lalu ia condong kepada salah satu dari yang lainnya, maka ia akan datang pada hari qiyamat nanti sambil menyeret sebelah pundaknya". [HR. Ibnu Majah juz 1, hal. 633, no. 1969].
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يَقْسِمُ فَيَعْدِلُ وَ يَقُوْلُ: اَللّهُمَّ هذَا قَسْمِى فِيْمَا اَمْلِكُ فَلاَ تَلُمْنِى فِيْمَا تَمْلِكُ وَ لاَ اَمْلِكُ. ابو داود 2: 242، ررقم: 2134
Dari 'Aisyah, ia berkata : Dahulu Rasulullah SAW selalu menggilir (istri-istrinya), maka beliau pun berlaku adil. Dan beliau berdoa, "Ya Allah, beginilah yang bisa aku lakukan dalam menggilir istri-istriku, maka janganlah Engkau mencelaku dalam hal yang Engkau menguasainya sedang aku tidak menguasainya". [HR. Abu Dawud juz 2, hal. 242, no. 2134]
Keterangan :
Manusia bisa berlaku adil dalam hal membagi giliran istri-istrinya, tetapi manusia tidak bisa adil dalam masalah cinta. Maka suami tidak bisa disalahkan apabila lebih mencintai salah seorang istrinya dari pada istrinya yang lain.
عَنْ عَائِشَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص كَانَ يَسْأَلُ فِى مَرَضِهِ الَّذِى مَاتَ فِيْهِ: اَيْنَ اَنَا غَدًا ؟ اَيْنَ اَنَا غَدًا ؟ يُرِيْدُ يَوْمَ عَائِشَةَ، فَاَذِنَ لَهُ اَزْوَاجُهُ يَكُوْنُ حَيْثُ شَاءَ فَكَانَ فِى بَيْتِ عَائِشَةَ حَتَّى مَاتَ عِنْدَهَا. البخارى 6: 155
Dari 'Aisyah RA, bahwasanya Rasulullah SAW pernah bertanya pada waktu sakit yang beliau wafat dalam sakitnya itu, "Dimana aku besok ? Di mana aku besok ?", yang beliau inginkan yaitu harinya 'Aisyah, lalu istri-istri beliau mengidzinkan beliau berada dimana saja yang beliau suka, kemudian beliau berada di rumah 'Aisyah sehingga wafat di sisinya. [HR. Bukhari juz 6, hal. 155].
عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِىّ ص قَالَتْ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص اِذَا اَرَادَ اَنْ يَخْرُجَ سَفَرًا اَقْرَعَ بَيْنَ نِسَائِهِ فَاَيَّتُهُنَّ خَرَجَ سَهْمُهَا خَرَجَ بِهَا رَسُوْلُ اللهِ ص مَعَهُ. مسلم 4: 2130
Dari 'Aisyah istri Nabi SAW, ia berkata : Dahulu Rasulullah SAW apabila hendak bepergian beliau mengundi diantara istri-istrinya, maka siapa diantara mereka yang keluar undiannya, maka dialah yang ikut pergi bersama Rasulullah SAW".. [HR. Muslim juz 4, hal. 2130].

 Boleh memberikan hari gilirannya kepada madunya.
عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ سَوْدَةَ بِنْتَ زَمْعَةَ وَهَبَتْ يَوْمَهَا لِعَائِشَةَ فَكَانَ النَّبِيُّ ص يَقْسِمُ لِعَائِشَةَ بِيَوْمِهَا وَيَوْمِ سَوْدَةَ. البخارى 6: 154
Dari 'Aisyah, bahwasanya Saudah binti Zam'ah memberikan hari (gilirannya) kepada 'Aisyah, maka Nabi SAW menggilir 'Aisyah pada harinya (sendiri) dan harinya Saudah. [HR. Bukhari juz 6, hal. 154].
عَنْ عَائِشَةَ رض وَ اِنِ امْرَأَةٌ خَافَتْ مِنْ بَعْلِهَا نُشُوْزًا اَوْ اِعْرَاضًا، قَالَتْ: هِيَ اْلمَرْأَةُ تَكُوْنُ عِنْدَ الرَّجُلِ لاَ يَسْتَكْثِرُ مِنْهَا فَيُرِيْدُ طَلاَقَهَا وَ يَتَزَوَّجُ غَيْرَهَا تَقُوْلُ لَهُ: اَمْسِكْنِى وَ لاَ تُطَلّقْنِى، ثُمَّ تَزَوَّجْ غَيْرِى، فَاَنْتَ فِى حِلّ مِنَ النَّفَقَةِ عَلَيَّ وَ اْلقِسْمَةِ لِى، فَذلِكَ قَوْلُهُ تَعَالَى. فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِمَا اَنْ يُّصْلِحَا بَيْنَهُمَا صُلْحًا، وَ الصُّلْحُ خَيْرٌ. البخارى 6: 153
Dari 'Aisyah RA tentang firman Allah Ta'aalaa (yang artinya), "Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz (meninggalkan kewajiban bersuami istri) atau sikap tidak acuh dari suaminya". (QS. An-Nisaa' : 128), 'Aisyah berkata, "Dia adalah wanita yang berada di bawah laki-laki yang tidak banyak permintaannya kepada istrinya, kemudian ia bermaksud menthalaqnya dan mengawini wanita lain. Berkatalah wanita itu kepada suaminya, "Pertahankanlah diriku, jangan engkau menthalaqku dan kawinlah lagi dengan wanita lain, sedang engkau bebas dalam memberi nafqah dan giliran kepadaku". Maka itulah (yang dimaksud oleh) firman Allah Ta'aalaa (yang artinya), "Maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perda-maian itu lebih baik bagi mereka". (QS. An-Nisaa' : 128). [HR. Bukhari juz 6, hal. 153]
عَنْ عَائِشَةَ (وَ اِنِ امْرَأَةٌ خَافَتْ مِنْ بَعْلِهَا نُشُوْزًا اَوْ اِعْرَاضًا) اْلآيَةَ، قَالَتْ اُنْزِلَتْ فِى الْمَرْأَةِ تَكُوْنُ عِنْدَ الرَّجُلِ فَتَطُوْلُ صُحْبَتُهَا فَيُرِيْدُ طَلاَقَهَا فَتَقُوْلُ لاَ تُطَلّقْنِىْ وَ اَمْسِكْنِى وَ اَنْتَ فِى حِلّ مِنّى. فَنَزَلَتْ هذِهِ اْلآيَةُ. مسلم 4: 2316
Dari 'Aisyah tentang firman Allah Ta'aalaa (yang artinya), "Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz (meninggalkan kewajiban bersuami istri) atau sikap tidak acuh dari suaminya". (QS. An-Nisaa' : 128), 'Aisyah berkata, "Ayat ini diturunkan berkenaan dengan seorang wanita yang sudah lama menjadi istrinya, kemudian suaminya bermaksud menthalaqnya, lalu berkatalah wanita itu kepada suaminya, "Jangan engkau menthalaqku, pertahankanlah diriku, dan engkau bebas (dalam memberi nafqah dan giliran) kepadaku". Lalu turunlah ayat tersebut. (QS. An-Nisaa' : 128). [HR. Muslim juz 4, hal. 2316]

 Larangan membicarakan persetubuhan antara suami istri
عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ الْخُدْرِيّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّ مِنْ اَشَرّ النَّاسِ عِنْدَ اللهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ اْلقِيَامَةِ الرَّجُلَ يُفْضِيْ اِلَى امْرَأَتِهِ وَ تُفْضِيْ اِلَيْهِ، ثُمَّ يَنْشُرُ سِرَّهَا. مسلم 2: 1060
Dari Abu Sa’id Al-Khudriy, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya seburuk-buruk manusia kedudukannya di sisi Allah pada hari qiyamat nanti adalah laki-laki yang bersetubuh dengan istrinya dan perempuan yang bersetubuh dengan suaminya, kemudian menyiarkan rahasianya”. [HR. Muslim juz 2, hal. 1060]

Doa akan bercampur suami-istri
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ ص قَالَ: لَوْ اَنَّ اَحَدَكُمْ اِذَا اَتَى اَهْلَهُ قَالَ: بِسْمِ اللهِ، اَللّهُمَّ جَنّبْنَا الشَّيْطَانَ وَ جَنّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا فَقُضِيَ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ لَمْ يَضُرَّهُ. البخارى 1: 45
Dari Ibnu 'Abbas, dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Seandainya seseorang diantara kamu ketika mendatangi istrinya membaca Bismillaahi, Alloohumma jannibnasy-syaithoona wa jannibisy-syaithoona maa rozaqtanaa (Dengan nama Allah, ya Allah, jauhkanlah kami dari syaithan, dan jauhkanlah syaithan dari rezqi yang Engkau anugerahkan kepada kami), lalu dari hubungan keduanya itu ditaqdirkan lahirnya anak, maka syaithan tidak akan membahayakannya". [HR. Bukhari juz 1, hal. 45]

mta 06/2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar