Tetapi bilamana sebab-sebab itu telah hilang, maka wanita tersebut boleh dinikahi. Mereka itu adalah sebagai berikut :
1. Memadukan seorang wanita dengan saudaranya atau dengan bibinya.
Firman Allah SWT :
وَ اَنْ تَجْمَعُوْا بَيْنَ اْلاُخْتَيْنِ اِلاَّ مَا قَدْ سَلَفَ، اِنَّ اللهَ كَانَ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا. النساء:23
dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, [QS. An-Nisaa’ : 23]
Hadits Nabi SAW :
عَنِ الضَّحَّاكِ بْنِ فَيْرُوْزَ عَنْ اَبِيْهِ قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اِنّى اَسْلَمْتُ وَ تَحْتِى اُخْتَانِ. قَالَ: طَلّقْ اَيَّتَهُمَا شِئْتَ. ابو داود 2: 272، رقم: 2243
Dari Adl-Dlahhaak bin Fairuz, dari ayahnya, ia berkata : Saya bertanya (kepada Rasulullah SAW), “Ya Rasulullah, sesungguhnya saya telah masuk Islam dan saya mempunyai istri dua wanita yang bersaudara. (yang demikian itu bagaimana) ?". Rasulullah SAW bersabda, “Ceraikan salah satu diantara keduanya siapa yang kamu kehendaki”. [HR. Abu Dawud juz 2, hal. 272, no. 2243]
عَنِ الضَّحَّاكِ بْنِ فَيْرُوْزَ عَنْ اَبِيْهِ قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اِنّى اَسْلَمْتُ وَ تَحْتِى اُخْتَانِ. قَالَ: طَلّقْ اَيَّتَهُمَا شِئْتَ. ابن حبان 9: 462، رقم: 4155
Dari Adl-Dlahhaak bin Fairuz, dari ayahnya, ia berkata : Saya bertanya (kepada Rasulullah SAW), “Ya Rasulullah, sesungguhnya saya telah masuk Islam dan saya mempunyai istri dua wanita yang bersaudara. (yang demikian itu bagaimana) ?". Rasulullah SAW bersabda, “Ceraikan salah satu diantara keduanya siapa yang kamu kehendaki”. [HR. Ibnu Hibban juz 9, hal. 462, no. 4155]
عَنِ الضَّحَّاكِ بْنِ فَيْرُوْزَ عَنْ اَبِيْهِ قَالَ: اَسْلَمْتُ وَ عِنْدِى امْرَاَتَانِ اُخْتَانِ فَاَمَرَنِى النَّبِيُّ ص اَنْ اُطَلّقَ اِحْدَاهُمَا. احمد 6: 301، رقم: 18063
Dari Adl-Dlahhaak bin Fairuz, dari ayahnya, ia berkata : Saya telah masuk Islam dan saya mempunyai istri dua wanita yang bersaudara. Maka Nabi SAW menyuruh saya supaya menceraikan salah satu diantara keduanya”. [HR. Ahmad juz 6, hal. 301, no. 18063]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لاَ يُجْمَعُ بَيْنَ اْلمَرْأَةِ وَ عَمَّتِهَا، وَ لاَ بَيْنَ اْلمَرْأَةِ وَ خَالَتِهَا. مسلم 2: 1028
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Tidak boleh dimadu seorang wanita dengan saudara perempuan ayah wanita itu, dan seorang wanita dengan saudara perempuan ibu wanita itu”. [HR. Muslim juz 2, hal. 1028]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص نَهَى عَنْ اَرْبَعِ نِسْوَةٍ اَنْ يُجْمَعَ بَيْنَهُنَّ: الْمَرْأَةِ وَ عَمَّتِهَا وَ الْمَرْأَةِ وَ خَالَتِهَا. مسلم 2: 1028
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah SAW melarang dari empat macam wanita untuk dikumpulkan, yaitu antara seorang wanita dengan saudara perempuan ayahnya dan seorang wanita dengan saudara perempuan ibunya". [HR. Muslim juz 2, hal. 1028]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: لاَ تُنْكَحُ الْعَمَّةُ عَلَى بِنْتِ اْلاَخِ وَ لاَ ابْنَةُ اْلاُخْتِ عَلَى الْخَالَةِ. مسلم 2: 1028
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Tidak boleh seorang wanita dinikahi (dimadu) bersama anak perempuan saudara laki-lakinya, dan tidak boleh seorang wanita dinikahi (dimadu) bersama saudara perempuan ibunya". [HR. Muslim juz 2, hal. 1028]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: نَهَى رَسُوْلُ اللهِ ص اَنْ يَجْمَعَ الرَّجُلُ بَيْنَ الْمَرْأَةِ وَ عَمَّتِهَا وَ بَيْنَ الْمَرْأَةِ وَ خَالَتِهَا. مسلم 2: 1028
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW melarang seorang laki-laki mengumpulkan antara seorang wanita dengan saudara perempuan ayahnya dan antara seorang wanita dengan saudara perempuan ibunya".[HR. Muslim juz 2, hal. 1028]
2. Wanita yang bersuami.
Firman Allah SWT :
وَ اْلمُحْصَنتُ مِنَ النّسَآءِ اِلاَّ مَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ، كِتَابَ اللهِ عَلَيْكُمْ. النساء:24
dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki, (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. [QS. An-Nisaa’ : 24]
3. Wanita yang masih di dalam 'iddah.
Adapun tentang 'iddah wanita adalah sebagai berikut :
a. Wanita yang haidl, 'iddahnya 3 kali quru’ (tiga kali suci/tiga kali haidl).
وَ اْلمُطَلَّقتُ يَتَرَبَّصْنَ بِاَنْفُسِهِنَّ ثَلثَةَ قُرُوْءٍ، وَ لاَ يَحِلُّ لَهُنَّ اَنْ يَّكْتُمْنَ مَا خَلَقَ اللهُ فِيْ اَرْحَامِهِنَّ اِنْ كُنَّ يُؤْمِنَّ بِاللهِ وَ اْليَوْمِ اْلاخِرِ، وَ بُعُوْلَتُهُنَّ اَحَقُّ بِرَدّهِنَّ فِيْ ذلِكَ اِنْ اَرَادُوْآ اِصْلاَحًا. البقرة:228
Wanita-wanita yang dithalaq hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) itu menghendaki ishlah. [QS. Al-Baqarah : 228]
b. Wanita yang ditinggal mati suaminya, 'iddahnya 4 bulan 10 hari.
وَ الَّذِيْنَ يُتَوَفَّوْنَ مِنْكُمْ وَ يَذَرُوْنَ اَزْوَاجًا يَّتَرَبَّصْنَ بِاَنْفُسِهِنَّ اَرْبَعَةَ اَشْهُرٍ وَّ عَشْرًا. البقرة:234
Orang-orang yang meninggal dunia diantaramu dengan meninggalkan istri-istri (hendaklah para istri itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh hari. [QS. Al-Baqarah : 234]
c. Wanita yang telah berhenti dari haidl atau tidak haidl, 'iddahnya 3 bulan.
وَ الّئِيْ يَئِسْنَ مِنَ اْلمَحِيْضِ مِنْ نّسَآئِكُمْ اِنِ ارْتَبْتُمْ فَعِدَّتُهُنَّ ثَلثَةُ اَشْهُرٍ وَّ الّئِيْ لَمْ يَحِضْنَ. الطلاق:4
Dan perempuan-perempuan yang tidak haidl lagi (menopause) diantara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa 'iddahnya) maka 'iddah mereka adalah tiga bulan, dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haidl. [QS. Ath-Thalaaq : 4]
d. Wanita yang hamil, 'iddahnya hingga melahirkan kandungannya.
وَ اُولاَتُ اْلاَحْمَالِ اَجَلُهُنَّ اَنْ يَّضَعْنَ حَمْلَهُنَّ، وَ مَنْ يَّتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَّه مِنْ اَمْرِه يُسْرًا. الطلاق:4
Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu 'iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. [QS. Ath-Thalaaq : 4]
4. Wanita yang sudah dithalaq tiga kali.
الطَّلاَقُ مَرَّتنِ فَاِمْسَاكٌ بِمَعْرُوْفٍ اَوْ تَسْرِيْحٌ بِاِحْسَانٍ. البقرة:229
Thalaq yang dapat (dirujuki) itu dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi secara ma’ruf atau menceraikan secara baik. [QS. Al-Baqarah : 229]
فَاِنْ طَلَّقَهَا فَلاَ تَحِلُّ لَهُ مِنْ بَعْدُ حَتّى تَنْكِحَ زَوْجًا غَيْرَه، فَاِنْ طَلَّقَهَا فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِمَآ اَنْ يَّتَرَاجَعَآ اِنْ ظَنَّآ اَنْ يُّقِيْمَا حُدُوْدَ اللهِ، وَ تِلْكَ حُدُوْدُ اللهِ يُبَيّنُهَا لِقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَ. البقرة:230
Kemudian jika si suami menthalaqnya (sesudah thalaq yang kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan istri) untuk kawin kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau) mengetahui. [QS. Al-Baqarah : 230]
5. Wanita musyrik sehingga beriman.
وَ لاَ تَنْكِحُوا اْلمُشْرِكتِ حَتّى يُؤْمِنَّ، وَ َلاَمَةٌ مُّؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مّنْ مُّشْرِكَةٍ وَّ لَوْ اَعْجَبَتْكُمْ، وَلاَ تُنْكِحُوا الْمُشْرِكِيْنَ حَتّى يُؤْمِنُوْا، وَلَعَبْدٌ مُّؤْمِنٌ خَيْرٌ مّنْ مُّشْرِكٍ وَّلَوْ اَعْجَبَكُمْ، اُولئِكَ يَدْعُوْنَ اِلَى النَّارِ وَ اللهُ يَدْعُوْا اِلَى الْجَنَّةِ وَ الْمَغْفِرَةِ بِاِذْنِه، وَ يُبَيّنُ ايتِه لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَ. البقرة:221
Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu'min lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu'min) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mu'min lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. [QS. Al-Baqarah : 221]
Demikianlah tentang wanita yang untuk sementara haram dinikahi. Dan perlu diingat, bahwasanya pergaulan terhadap wanita yang untuk sementara haram dinikahi ini adalah lain dengan para wanita yang selamanya haram dinikahi, terhadap mereka ini kita tidak boleh bersentuhan, berjabat tangan, berboncengan, berduaan, dan sebagainya. Hadits Nabi SAW :
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اِيَّاكُمْ وَ الدُّخُوْلَ عَلَى النّسَاءِ. فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ اْلاَنْصَارِ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اَفَرَأَيْتَ الْحَمْوَ. قَالَ: اَلْحَمْوُ اَلْمَوْتُ. البخارى 6: 159
Dari 'Uqbah bin 'Aamir, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Hati-hatilah kalian dari masuk pada wanita". Lalu ada seorang laki-laki dari kaum Anshar bertanya, "Ya Rasulullah, bagaimana pendapat engkau tentang ipar ?". Beliau SAW bersabda, "Ipar itu mematikan". [HR. Bukhari juz 6, hal. 159]
Demikianlah tentang wanita-wanita yang tidak boleh dinikahi. Disamping itu perlu diingat bahwa wanita muslimah tidak boleh menikah dengan lelaki musyrik atau kafir, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah : 221 di atas, dan juga firman Allah SWT dalam QS. Al-Mumtahanah : 10.
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْآ اِذَا جَآءَكُمُ الْمُؤْمِنتُ مُهجِرتٍ فَامْتَحِنُوْهُنَّ، اللهُ اَعْلَمُ بِاِيْمَانِهِنّ، فَاِنْ عَلِمْتُمُوْهُنَّ مُؤْمِنتٍ فَلاَ تَرْجِعُوْهُنَّ اِلَى الْكُفَّارِ، لاَهُنّ حِلٌّ لَّهُمْ وَلاَهُمْ يَحِلُّوْنَ لَهُنَّ،. الممتحنة: 10
Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. [QS. Al-Mumtahanah : 10]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar