Pada pembahasan koreksi hadis kali ini, akan dibawakan tiga buah
hadis dengan tambahan penjelasan ringkas yang dinukil dari ucapan Syaikh
al-Albani rahimahullah pada kitabnya Silsilah al-Ahadîts adh-Dha’ifah wa
al-Maudhu’ah, jilid 2, hal. 321-322, dan
Syaikh Abu Usamah al-Hilali dalam kitabnyaMausu’ah al-Manahi asy-Syar’iyyah,
jilid 1, hal. 462-463.
[1]. Hadis pertama
Dari
Muqatil bin Hayyah bahwasanya Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا
جَاءَ فَلَمْ يَجِدْ أَحَدًا فَلْيَخْتَلِجْ إِلَيْهِ رَجُلاً مِنَ الصَّفِّ
فَلْيَقُمْ مَعَهُ فَمَا أَعْظَمَ أَجْرَ الْمُخْتَلِجِ
Apabila
ada seseorang datang namun dia tidak mendapatkan teman, maka hendaklah ia
menarikorang lain dari shaf untuk berdiri bersamanya, dan alangkah agungnya
ganjaran orang yang menarik tersebut.
Syaikh
Abu Usamah al-Hilali berkata: “Hadis ini lemah, al-Baihaqi menyandarkan hadis
ini kepada Abu Dawud dalam kitabnya al-Marasil.”
Lalu
beliau berkata: “Muqatil bin Hayyah adalah perawi yang lemah.”
[2].
Hadis kedua
Dari Wabishah radhiyallahu
‘anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat seseorang shalat
sendirian di belakang shaf-shaf lalu beliau bersabda:
أَيُّهَا
الْمُصَلِّي وَحْدَهُ، أَلاَ وَصَلْتَ إِلَى الصَّفِّ أَوْ جَرَرْتَ إِلَيْكَ
رَجُلاً فَقَامَ مَعَكَ، أَعِدِ الصَّلاَةَ
Hai orang yang sedang shalat sendirian, mengapa engkau tidak
bergabung dengan shaf atau menarik seseorang untuk berdiri bersamamu, ulangilah
shalatmu.
Syaikh Abu Usamah al-Hilali berkata: “Hadis ini sangat lemah,
telah dikeluarkan oleh Abu Ya’la, no. 1588, dan al-Baihaqi, jilid 3, hal. 105,
dan ia melemahkannya. Al-Hafizh juga melemahkan hadis ini dalam kitabnya at-Talkhish al-Habir, jilid 2,
hal. 37.” Beliau juga berkata: “Sanadnya sangat lemah.”
Ada riwayat lain yang hampir sama dengan hadis di atas. Riwayat
tersebut berbunyi:
Dari Wabishah bin Ma’bad, bahwasanya ada seorang yang shalat
sendiri di belakang shaf, lalu Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam berkata
kepadanya:
أَلاَ
دَخَلْتَ فِي الصَّفِّ، أَوْ جَذَبْتَ رَجُلاً صَلَّى مَعَكَ؟! أَعِدِ الصَّلاَةَ
Mengapa engkau tidak masuk ke shaf atau menarik orang lain untuk
shalat bersamamu?! Ulangilah shalatmu.”
Hadis dengan lafal seperti ini sangat lemah (dha’if jiddan),
sebagaimana yang ditegaskan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah. Beliau berkata:
“Komentar saya (tentang hadis ini): Bahkan sanadnya sangat lemah sekali. Lihat Silsilah al-Ahadits adh-Dha’ifah wa
al-Maudhu’ah, no. 922.
[3]. Hadis ketiga
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu
‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا
انْتَهَى أَحَدُكُمْ إِلَى الصَّفِّ وَقَدْ تَمَّ، فَلْيَجْذِبْ إِلَيْهِ رَجُلاً
يُقِيْمُهُ إِلَى جَنْبِهِ
Apabila seorang dari kalian sampai di shaf, sementara shaf
tersebut telah sempurna (penuh), maka hendaklah ia menarik seseorang untuk
berdiri bersama di sebelahnya.”
Tentang hadis ini Syaikh al-Albani rahimahullah berkomentar: “Hadis ini lemah.” Lihat Silsilah al-Ahadits adh-Dha’ifah wa
al-Maudhu’ah, no. 921.
Sedangkan Syaikh Abu Usamah berkomentar: “Hadis ini palsu.”
Beliau juga berkata: “al-Haitsami berkata dalam kitab Majma’ az-Zawa`id, jilid 2,
hal. 96: (Hadis ini) sangat lemah. Al-Hafizh berkata dalam at-Talkhis al-Habir, jilid 2,
hal. 37: Sanadnya lemah sekali.”
Solusi
Syaikh Masyhur Alu Salman hafizhahullah mengatakan: “Di antara kesalahan
mereka (makmum, red), apabila tidak mendapatkan celah atau tempat (kosong) pada
shaf, ia langsung menarik seorang dari shaf paling akhir untuk dijadikan shaf
bersamanya, padahal hadis-hadis yang menerangkan tentang hal ini tidak sah.
Seolah-olah amalan ini dijadikan syariat meskipun tanpa ada dalil yang sahih.
Tentu saja hal ini tidak boleh. Akan tetapi yang wajib baginya
adalah bergabung bersama shaf sekiranya itu memungkinkan. Jika tidak, maka ia
salat sendiri (di belakang shaf terakhir) dan salatnya sah, sebab Allah tidak
membebani diri melebihi kemampuannya.” (Al-Qoul al-Mubin fî
Akhtha` al-Mushallin, hal. 222)
Waallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar