Hadis Palsu Seputar Khusyuk
Sering disampaikan pada khotbah jum’at atau ceramah-ceramah umum
lainnya beberapa hadis yang berkaitan dengan khusyuk. Sebagian hadis tersebut
berderajat sahih atau hasan, namun ada sebuah atau dua buah hadis berderajat
lemah atau bahkan palsu. Andaisaja
para khatib menjelaskan kelemahannya maka selesailah perkara. Tapi sangat
disayangkan, mereka tidak menyinggung hal itu sama sekali apalagi
menjelaskannya. Sehingga sengaja atau tidak mereka telah berbicara tentang
agama tanpa ilmu. Padahal Allah berfirman:
وَلاَ تَقْفُ مَا
لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ
أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولاً
Dan janganlah kamu mengikuti
apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.(QS.
al-Isra`: 36)
Sebagai bentuk nasihat bagi
kaum muslimin umumnya dan para penceramah khususnya, maka pada pembahasan ini
kami akan mengulas dengan ringkas sebuah hadis palsu seputar pembahasan khusyuk
yang sering dibawakan oleh para khatib jum’at atau penceramah. Semoga
bermanfaat.
TEKS HADIS
Lafazh Pertama: Disebutkan dalam sebuah hadis:
لَوْ خَشَعَ قَلْبُ هَذَا لَخَشَعَتْ جَوَارِحُهُ
Kalau hati orang ini khusyuk, niscaya akan khusyuk pula
seluruh anggota badannya.
Lafazh Kedua: Dalam
redaksi lain disebutkan dengan lafazh:
لَوْ خَشَعَ قَلْبُ هَذَا لَسَكَنَتْ جَوَارِحُهُ
Kalau hati orang ini khusyuk, niscaya akan tenang seluruh
anggota badannya.
KOMENTAR ULAMA
[1]. Komentar Syaikh al-Albani,
Syaikh Abu Usamah al-Hilali dan Ulama Salaf Terdahulu
Syaikh Abu Usamah al-Hilali berkata
tentang hadis pertama: “Hadis ini dikeluarkan oleh al-Hakim at-Tirmidzi dalam
kitabnya Nawadir al-Ushul fî
Ma’rifah Ahadits ar-Rasul, hal. 184, 317 & 352.”
Lalu beliau berkomentar: “Sanad hadis
ini palsu.”Sedangkan untuk hadis kedua beliau berkomentar: “Sanadnya sangat
lemah. Hadis ini telah dilemahkan oleh banyak ulama, di antaranya:
- Syaikh
Zakariya al-Anshari dalam ta’liqnya
terhadap kitab Tafsir
al-Baidhawi, jilid 2, hal. 22.
- Ibnu
Rajab dalam kitab al-Khusyu’
fî ash-Shalah, hal. 12.
- As-Suyuthi
dalam al-Jami’
ash-Shaghir, no. 7447 mengisyaratkan akan lemahnya hadis tersebut.
- Al-Munawi
dalam Faidh al-Qadir,
jilid 5, hal. 319.
- Dan
Syaikh al-Albani rahimahullah telah menghukuminya palsu
dalam kitab Irwa`
al-Ghalil, no. 373, dan dalam kitab Silsilah
al-Ahadits ash-Shahihah, no. 110.”
Setelah panjang lebar berbicara tentang
takhrij hadis ini Syaikh Abu Usamah al-Hilali menyimpulkan: “Dari takhrij ini
jelaslah bahwa hadis tersebut tidak sah, baik secara marfu’, mauquf maupun maqthu’. Namun yang marfu’ lebih lemah lagi, bahkan palsu.” (al-Khusyu’
wa Atsaruhu fi Bina` al-Ummah, hal. 91-93, cet. Dar Ibnul Jauzi)
Dengan
demikian jelas bagi kita, bahwa hadis tersebut adalah palsu.
[2].
Komentar Syaikh Abdulaziz bin Muhammad as-Sadhan.
Dalam kitab Ahadits
Muntasyiroh la Tatsbut ‘an an-Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hal. 29, cet.
Maktabah al-Malik Fahd, Syaikh Abdulaziz as-Sadhan berkata: “Di antara hadis
yang sudah tersebar luas di kalangan orang-orang adalah, sebuah hadis yang
diriwayatkan bahwasanya Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah melihat
seseorang yang bermain-main dengan jenggotnya ketika shalat, lalu beliau
berkata: “Kalau hati orang ini
khusyuk, niscaya akan khusyuk pula seluruh anggota badannya”. Ini adalah hadis
palsu sebagaimana yang telah ditegaskan oleh sebagian ulama.
Ada pula perkataan (seperti ini) yang
diriwayatkan dari Sa’id bin al-Musayyib rahimahullah,
namun riwayat tersebut juga tidak valid. Bagaimana pun juga, firman Allah
berikut telah sangat mencukupi dari hadis palsu ini. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
قَدْ
أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ. الَّذِيْنَ هُمْ فِيْ صَلاَتِهِمْ خَاشِعُوْنَ
Sungguh
beruntung orang-orang yang beriman. (Yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam
shalatnya.(QS. al-Mukminun: 1 & 2).
Demikian penjelasan singkat tentang
hadis palsu seputar khusyuk. Semoga kita dapat lebih berhati-hati dalam
menyampaikan hadis Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, sebelum jelas bagi kita mana yang sahih, hasan, lemah
atau pun palsu, agar kita tidak termasuk gologan orang-orang yang berbicara
tentang agama tanpa ilmu dan dalil.
Waallahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar