Fathu Makkah lanjutan

Tarikh Nabi Muhammad SAW
Fathu Makkah (lanjutan)

Setelah Abu Sufyan menyerah dan mengikut Islam, lalu 'Abbas bin 'Abdul Muththalib RA mengajukan suatu usul kepada Nabi SAW. Ia berkata, "Ya Rasulullah, sesungguhnya Abu Sufyan itu seorang yang suka dibesarkan dan dijunjung tinggi namanya, maka berilah sebuah kemegahan dan kebesaran kepadanya agar ia merasa memperoleh kehormatan besar dari engkau".
Usul itu diterima Nabi SAW, beliau bersabda :

نَعَمْ. مَنْ دَخَلَ دَارَ اَبِى سُفْيَانَ فَهُوَ امِنٌ وَ مَنْ اَغْلَقَ بَابَهُ فَهُوَ امِنٌ وَ مَنْ دَخَلَ اْلمَسْجِدَ فَهُوَ امِنٌ. ابن هشام 5: 60
Ya, baiklah. Barangsiapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan, maka ia aman. Dan barangsiapa yang menutup pintu rumahnya, maka ia amanDan barangsiapa yang masuk ke masjid, maka ia aman. [Ibnu Hisyam juz 5, hal. 60]

Dengan sabda Nabi SAW itu berarti barangsiapa yang masuk ke dalam rumah Abu Sufyan, maka amanlah ia, itu cukuplah rasanya bagi Abu Sufyan diberi tanda kehormatan dan kebesaran oleh Nabi SAW.
Kemudian ketika Abu Sufyan akan pergi, beliau bersabda kepada 'Abbas :

يَا عَبَّاسُ، اَحْبِسْهُ بِمَضِيْقِ اْلوَادِى عِنْدَ خَطْمِ اْلجَبَلِ حَتَّى تَمُرَّ بِهِ جُنُوْدُ اللهِ فَيَرَاهَا. ابن هشام 5: 60
Hai 'Abbas, tahanlah (Abu Sufyan) itu di lembah yang menyempit, di sisi hidung gunung, hingga pasukan Allah bergerak lewat di tempat itu, maka biarlah ia melihatnya. [Ibnu Hisyam juz 5, hal. 60]
'Abbas diperintah supaya menahan Abu Sufyan di sebuah tempat "hidung gunung", suatu jalan sempit yang akan dilalui segenap angkatan perang muslimin, agar Abu Sufyan melihat atau menyaksikan sendiri betapa besar angkatan perang kaum muslimin yang akan memasuki kota Makkah itu.
'Abbas lalu berangkat bersama Abu Sufyan. Setelah sampai di tempat yang ditunjukkan Nabi SAW, 'Abbas dan Abu Sufyan berhenti di tempat tersebut. Tidak lama kemudian terlihat angkatan perang kaum muslimin berbaris melalui tempat tersebut dengan megah dan meriah menuju ke Makkah. Setiap pasukan mengibarkan benderanya masing-masing. Dengan demikian Abu Sufyan benar-benar menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, betapa besar kekuatan angkatan perang muslimin yang akan memasuki Makkah itu. Karena begitu kagumnya Abu Sufyan, setiap kali melihat satu pasukan dari suatu qabilah dengan membawa lambang sendiri, ia terpaksa menanyakan kepada 'Abbas, dan oleh 'Abbas lalu dijawab dan dijelaskan satu demi satu nama-nama pasukan dari setiap qabilah yang sedang berjalan. Diantara pasukan-pasukan yang berjalan waktu itu ialah dari kabilah Sulaim, Muzainah, Ghifar, Aslam, Juhainah, Kinanah dan Asyja'. Adapun pasukan yang berjalan paling depan waktu itu ialah dari banu Sulaim yang dikepalai oleh shahabat Khalid bin Walid.
Ketika Abu Sufyan melihat pasukan ini, ia bertanya kepada 'Abbas, "Siapakah mereka itu ?". 'Abbas menjawab, "Itu qabilah banu Sulaim". Abu Sufyan bertanya, "Siapakah yang mengepalai mereka ?". 'Abbas menjawab, "Khalid bin Walid". Abu Sufyan bertanya lagi, "Khalid bin Walid si anak muda itu ?". Jawab 'Abbas, "Ya, Khalid bin Walid".
Demikianlah selanjutnya, Abu Sufyan selalu menanyakan kepada 'Abbas, dan  ia selalu menjawabnya. Kemudian setelah melihat pasukan tentara dari kaum Muhajirin dan yang diikuti oleh para pemuda 'Arab, yang dikepalai shahabat Zubair bin 'Awwam, kagumlah Abu Sufyan, lalu menanyakan lagi, "Hai 'Abbas, siapakah mereka itu, dan siapa yang mengepalainya ?". Jawab 'Abbas, "Itu para kawan muhajirin dan para pemuda 'Arab, dan yang mengepalai mereka itu ialah Zubair bin 'Awwam". Abu Sufyan bertanya, "Apakah Zubair anak laki-laki dari saudara laki-lakimu itu ?". Jawab 'Abbas, "Ya".
Setelah Abu Sufyan melihat pasukan angkatan perang kaum Anshar, yaitu pasukan yang terbesar yang dikepalai oleh Sa'ad bin 'Ubadah dengan mengibarkan benderanya, lalu ia menanyakan kepada 'Abbas, "Hai 'Abbas, siapakah mereka itu ?". Jawab 'Abbas, "Mereka itu adalah kaum Anshar".
Nabi SAW waktu itu ada diantara kedua pasukan yang besar (antara Muhajirin dan Anshar) yang memakai baju besi, dan muka mereka masing-masing memakai topeng besi juga. Dengan demikian, maka Abu Sufyan menanyakan lagi kepada 'Abbas :

سُبْحَانَ اللهِ يَا عَبَّاسُ، مَنْ هؤُلاَءِ؟ قَالَ: هذَا رَسُوْلُ اللهِ ص فِى اْلمُهَاجِرِيْنَ وَ اْلاَنْصَارِ. قَالَ: مَا ِلاَحَدٍ بِهؤُلاَءِ قِبَلٌ وَ لاَ طَاقَةٌ، وَ اللهِ يَا اَبَا اْلفَضْلِ لَقَدْ اَصْبَحَ مُلْكُ ابْنِ اَخِيْكَ اْلغَدَاةَ عَظِيْمًا. قَالَ: يَا اَبَا سُفْيَانَ، اِنَّهَا النُّبُوَّةُ. قَالَ: فَنِعْمَ اِذَنْ. ابن هشام 5: 61
"Maha Suci Allah, siapakah mereka itu, ya 'Abbas ?". 'Abbas menjawab, "Itulah Rasulullah SAW dengan kaum Muhajirin dan kaum Anshar". AbuSufyan berkata, "Jika demikian, tidak akan ada seorangpun yang sanggup menghadapi mereka itu, demi Allah hai Abu Fadhal, sesungguhnya kerajaan anak saudaramu itu akan menjadi besar kelak". 'Abbas berkata, "Hai Abu Sufyan, (ia bukan seorang raja), tetapi seorang Nabi !". Abu Sufyan berkata, "Alangkah mulianya kalau begitu". [Ibnu Hisyam juz 5, hal. 61]

Ketika melihat rombongan pasukan kaum Anshar yang dikepalai oleh shahabat Sa'ad bin 'Ubadah, Abu Sufyan mendengar seruan Sa'ad :

يَا اَبَا سُفْيَانَ، اَلْيَوْمَ يَوْمُ اْلمَلْحَمَةِ، اَلْيَوْمَ تُسْتَحَلُّ اْلكَعْبَةُ، اَلْيَوْمَ اَذَلَّ اللهُ قُرَيْشًا.
Wahai Abu Sufyan, hari ini hari pembantaian, hari ini Ka'bah dihalalkan, dan hari ini Allah merendahkan kaum Quraisy.

Ketika Abu Sufyan mendengar perkataan demikian itu lalu berkata kepada 'Abbas :

يَا عَبَّاسُ، حَبَّذَا يَوْمُ الدّمَارِ!
Hai 'Abbas, alangkah bagusnya hari kebinasaan !.

Kemudian setelah Abu Sufyan melihat satu pasukan kecil yang Nabi SAW berada di dalamnya, dan bendera Nabi SAW dibawa oleh Zubair, lalu ia berkata :

يَا رَسُوْلَ اللهِ اَمَرْتَ بِقَتْلِ قَوْمِكَ؟
Ya Rasulullah, apakah engkau telah memerintahkan supaya membunuh kaum engkau ?.
Beliau menjawab, "Tidak !".
Abu Sufyan berkata lagi :
اَلَمْ تَعْلَمْ مَا قَالَ سَعْدُ بْنُ عُبَادَةَ؟
Apakah engkau belum tahu apa yang dikatakan oleh Sa'ad bin Ubadah ?

قَالَ: مَا قَالَ؟
Rasulullah SAW bersabda, "Apa yang dikatakan ?".

قَالَ كَذَا وَ كَذَا.
Abu Sufyan berkata, "Ia mengatakan demikian dan demikian".

Nabi SAW lalu bersabda :

كَذَبَ سَعْدٌ يَا اَبَا سُفْيَانَ، اَلْيَوْمَ يَوْمُ اْلمَرْحَمَةِ، اَلْيَوْمَ تُكْسَى فِيْهِ اْلكَعْبَةُ، اَلْيَوْمَ اَعَزَّ اللهُ قُرَيْشًا.
Sa'ad berdusta, hai Abu Sufyan. Hari ini, hari berkasih sayang, hari ini Ka'bah diberi kelambu, hari ini Allah memuliakan kaum Quraisy.

Dengan jawaban ini puaslah hati Abu Sufyan.
Bukhari meriwayatkan dari 'Urwah, ia berkata :

فَلَمَّا سَارَ قَالَ لِلْعَبَّاسِ: اِحْبِسْ اَبَا سُفْيَانَ عِنْدَ حَطْمِ اْلخَيْلِ حَتَّى يَنْظُرَ اِلَى اْلمُسْلِمِيْنَ، فَحَبَسَهُ اْلعَبَّاسُ فَجَعَلَتِ اْلقَبَائِلُ تَمُرُّ مَعَ النَّبِيّ ص تَمُرُّ كَتِيْبَةً كَتِيْبَةً عَلَى اَبِى سُفْيَانَ، فَمَرَّتْ كَتِيْبَةٌ، قَالَ: يَا عَبَّاسُ مَنْ هذِهِ؟ قَالَ هذِهِ غِفَارٌ. قَالَ: مَا لِى وَ لِغِفَارٍ. ثُمَّ مَرَّتْ جُهَيْنَةُ. قَالَ مِثْلَ ذلِكَ، ثُمَّ مَرَّتْ سَعْدُ بْنُ هُذَيْمٍ، فَقَالَ مِثْلَ ذلِكَ. وَ مَرَّتْ سُلَيْمٌ، فَقَالَ مِثْلَ ذلِكَ، حَتَّى اَقْبَلَتْ كَتِيْبَةٌ لَمْ يَرَ مِثْلَهَا. قَالَ: مَنْ هذِهِ؟ قَالَ: هؤُلاَءِ اْلاَنْصَارُ. عَلَيْهِمْ سَعْدُ بْنُ عُبَادَةَ مَعَهُ الرَّايَةُ، فَقَالَ سَعْدُ بْنُ عُبَادَةَ: يَا اَبَا سُفْيَانَ، اَلْيَوْمَ يَوْمُ اْلمَلْحَمَةِ، اَلْيَوْمَ تُسْتَحَلُّ اْلكَعْبَةُ. فَقَالَ اَبُو سُفْيَانَ: يَا عَبَّاسُ، حَبَّذَا يَوْمُ الذّمَارِ، ثُمَّ جَاءَتْ كَتِيْبَةٌ وَ هِيَ اَقَلُّ اْلكَتَائِبِ، فِيْهِمْ رَسُوْلُ اللهِ ص وَ اَصْحَابُهُ وَ رَايَةُ النَّبِيّ ص مَعَ الزُّبَيْرِ بْنِ اْلعَوَّامِ. فَلَمَّا مَرَّ رَسُوْلُ اللهِ ص بِاَبِى سُفْيَانَ قَالَ: اَلَمْ تَعْلَمْ مَا قَالَ سَعْدُ بْنُ عُبَادَةَ؟ قَالَ: مَا قَالَ؟ قَالَ: قَالَ كَذَا وَ كَذَا. فَقَالَ: كَذَبَ سَعْدٌ، وَ لكِنْ هذَا يَوُمٌ يُعَظّمُ اللهُ فِيْهِ اْلكَعْبَةَ وَ يَوْمٌ تُكْسَى فِيْهِ اْلكَعْبَةُ. البخارى 5: 91
Ketika berangkat, beliau bersabda kepada 'Abbas, "Tahanlah Abu Sufyan di dekat tempat berdesak-desaknya kuda, sehingga ia melihat kaum muslimin". Lalu 'Abbas menahannya. Dan beberapa kabilah lewat bersama Nabi SAW, mereka melewati Abu Sufyan satu pasukan – satu pasukan. Salah satu pasukan lewat, lalu Abu Sufyan berkata, "Hai 'Abbas, siapakah ini ?". 'Abbas menjawab, "Ini adalah Ghifar". Abu Sufyan berkata, "Aku tidak ada urusan dengan Ghifar". Kemudian qabilah Juhainah lewat, lalu ia berkata seperti itu. Kemudian qabilah Sa'ad bin Hudzaim lewat, maka ia berkata demikian lagi. Dan qabilah Sulaim lewat, lalu ia berkata seperti itu. Sehingga datanglah satu pasukan yang ia belum pernah melihatnya, lalu ia bertanya, "Siapakah ini ?". 'Abbas menjawab, "Mereka adalah orang-orang Anshar, mereka dipimpin oleh Sa'ad bin 'Ubadah yang membawa bendera". Lalu Sa'ad bin 'Ubadah berkata, "Hai Abu Sufyan, hari ini adalah hari pembantaian, hari ini Ka'bah dihalalkan (untuk medan perang)". Abu Sufyan berkata, "Hai 'Abbas, alangkah bagusnya hari kebinasaan". Kemudian datanglah satu pasukan yang paling sedikit jumlahnya. Diantara mereka terdapat Rasulullah SAW dan para shahabatnya, sedangkan bendera Nabi SAW dibawa oleh Zubair bin Awwam. Ketika Rasulullah SAW melewati Abu Sufyan, ia bertanya, "Taukah kamu apa yang dikatakan Sa'ad bin 'Ubadah ?". Beliau SAW bertanya, "Apa yang dikatakan oleh Sa'ad ?". Ia menjawab, "Ia mengatakan demikian dan demikian". Beliau bersabda, "Sa'ad berdusta, akan tetapi ini adalah hari Allah mengagungkan Ka'bah dan hari memasang kelambu (penutup) Ka'bah". [HR. Bukhari juz 5, hal. 91]

Abu Sufyan menyeru kaumnya
Sesudah Abu Sufyan menyaksikan sendiri betapa besar angkatan perang kaum muslimin di bawah komando Nabi SAW itu, lalu 'Abbas menyuruhnya supaya segera meninggalkan tempat itu menuju ke Makkah untuk mendahului angkatan perang kaum muslimin yang sedang berjalan perlahan-lahan akan memasuki kota suci itu. Dan dianjurkan supaya Abu Sufyan memperingatkan kepada kaum Quraisy di Makkah supaya mereka tidak mengadakan perlawanan tehadap kedatangan angkatan perang kaum muslimin dan agar menyerah saja kepada Nabi SAW.

Atas anjuran 'Abbas ini Abu Sufyan lalu berangkat mendahului masuk ke Makkah. Sesampai di Makkahia lalu menyeru segenap orang Quraisy :

يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ، هذَا مُحَمَّدٌ جَاءَكُمْ فِيْمَا لاَ قِبَلَ لَكُمْ بِهِ، فَمَنْ دَخَلَ دَارَ اَبِى سُفْيَانَ فَهُوَ امِنٌ، فَقَامَتْ اِلَيْهِ هِنْدٌ بِنْتُ عُتْبَةَ فَاَخَذَتْ بِشَارِبِهِ فَقَالَتْ: اُقْتُلُوا اْلحَمِيْتَ الدَّسِمَ اْلاَحْمَسَ قُبّحَ مِنْ طَلِيْعَةِ قَوْمٍ. قَالَ: وَيْلَكُمْ لاَ تَغُرَنَّكُمْ هذِهِ مِنْ اَنْفُسِكُمْ، فَاِنَّهُ قَدْ جَاءَكُمْ مَا لاَ قِبَلَ لَكُمْ بِهِ، فَمَنْ دَخَلَ دَارَ اَبِى سُفْيَانَ فَهُوَ امِنٌ. قَالُوْا: قَاتَلَكَ اللهُ ! وَ مَا تُغْنِى عَنَّا دَارُكَ؟ قَالَ: وَ مَنْ اَغْلَقَ عَلَيْهِ بَابَهُ فَهُوَ امِنٌ، وَ مَنْ دَخَلَ اْلمَسْجِدَ فَهُوَ امِنٌ. فَتَفَرَّقَ النَّاسُ اِلَى دُوْرِهِمْ وَ اِلَى اْلمَسْجِدِ. ابن هشام 5: 62
"Hai kaum Quraisy, ketahuilah bahwa Muhammad telah datang kepada kalian dengan membawa angkatan perang yang tidak akan dapat kalian kalahkan. Maka barangsiapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan, ia aman". Hindun istri Abu Sufyan, yang terkenal seorang perempuan Quraisy yang paling benci terhadap Islam, mendengar suaminya berseru demikian itu, lalu bangun sambil memegang kumis suaminya dan berkata dengan suara yang keras juga, "Bunuhlah orang tua bangka yang celaka ini, alangkah buruknya sebagai pemimpin kaum". Abu Sufyan berteriak lagi, "Celaka kalian, janganlah kalian terpedaya oleh nafsumu. Sesungguhnya Muhammad telah datang kepada kalian dengan membawa kekuatan yang tidak ada taranya, yang tidak akan dapat kamu lawan !". Selanjutnya Abu Sufyan mengulangi perkataannya lagi, "Barangsiapa yang masuk ke rumah Abu Sufyan, maka ia aman". Lalu orang-orang Quraisy menyahut, "Celaka kamu hai Abu Sufyan, apakah rumahmu mencukupi untuk menampung kami ?". Abu Sufyan menyahut dengan suara keras, "Barangsiapa menutup pintu rumahnya, maka ia aman. Barangsiapa yang masuk ke masjid, ia aman". Lalu orang-orang sama berpencar pulang ke rumah-rumah mereka dan ke masjid. [Ibnu Hisyam juz 5, hal. 62]

Orang-orang yang masuk daftar hitam oleh Nabi Muhammad SAW

Sebelum Nabi SAW memasuki Makkah, beliau berpesan :

اَنْ لاَ تُقَاتِلُوْا اِلاَّ مَنْ قَاتَلَكُمْ
Janganlah kalian memerangi mereka, kecuali kepada orang yang memerangimu.

Namun ada orang-orang yang oleh Nabi SAW telah disebutkan nama-namanya, apabila diantara tentara kaum muslimin dapat berjumpa dengan mereka, mereka harus dibunuh, walau bertemunya di bawah dinding Ka'bah sekalipun, karena mereka itu telah dimasukkan dalam daftar hitam oleh Nabi SAW supaya dimusnahkan. Mereka itu ialah : 1.  'Ikrimah bin Abu Jahal, 2. Shafwan bin Umayyah, 3. 'Abdullah bin Sa'ad, 4. 'Abdullah bin Khathal, 5. Huwairits bin Nuqaidz, 6. Miqyas bin Shubabah, 7. 'Abdullah bin Ziba'riy, 8. Wahsyi bin Harb, 9. Hindun binti 'Utbah (istri Abu Sufyan), 10. Sarah (seorang budak perempuan 'Amr bin 'Abdul Muththalib), 11. Fartani 12. Qarinah (kedua wanita ini adalah penyanyinya 'Abdullah bin Khathal). [Al-Kamil fit Tarikh juz 2, hal. 123-126]
Mereka itu akhirnya ada yang dibunuh dan ada pula yang masuk Islam sehingga diampuni kesalahannya.
1. 'Ikrimah bin Abu Jahl, ia seorang pemuda Quraisy anak Abu Jahl, dan terus-menerus memusuhi Islam dan kaum muslimin. Ketika Nabi SAW akan memasuki kota Makkah, ia termasuk seorang pelopor rombongan orang-orang yang mengadakan perlawanan dan menyerang pasukan Khalid bin Walid. 'Ikrimah mengerti bahwa dirinya termasuk salah seorang yang sudah tercatat dalam "Daftar Hitam", yang akan dijatuhi hukuman mati oleh Nabi SAW. Maka setelah kota Makkah ditaklukkan oleh Nabi SAW, ia melarikan diri ke Yaman, sedang istrinya bernama Ummu Hakim binti Harits bin Hisyam telah mengikut Islam. Istrinya lalu memohonkan perlindungan keamanan suaminya kepada Nabi SAW, kemudian mencari dan menyusul 'Ikrimah, sehingga diketemukan di tengah perjalanan menuju Yaman ketika ia akan naik perahu. Kemudian oleh istrinya ia diajak kembali ke Makkah. Istrinya berkata, "Aku datang kepadamu sesudah datang dari orang yang paling menyambung shilatu rahim, paling penyantun dan paling mulia diantara manusia (yaitu Nabi SAW), dan beliau telah menjamin keamananmu. Akhirnya 'Ikrimah mau kembali dan masuk Islam.
2. Shafwan bin Umayyah bin Khalaf, ia adalah seorang yang tekenal permusuhannya tehadap Islam sejak Nabi SAW berada di Makkah, dan ia salah seorang pelopor yang mengadakan perlawanan sengit terhadap pasukan tentara yang dipimpin oleh Khalid bin Walid ketika akan memasuki kotaMakkah. Istrinya bernama Fakhitah dan ia telah masuk Islam. Shafwan mengerti bahwa dirinya akan dijatuhi hukuman mati oleh Nabi SAW, dengan demikian ia melarikan diri ke Juddah dengan tujuan akan menuju ke Yaman.
Kemudian shahabat 'Umair bin Wahab segera menghadap Nabi SAW dan berkata, "Ya Rasulullah, Shafwan bin Umayyah seorang kepala kaumnya, telah keluar dari Makkah, melarikan diri dan akan mencebur ke laut, karena takut kepada engkau. (Maka sudilah kiranya engkau memberi keamanan untuk dirinya). Nabi SAW bersabda, "Baiklah, ia seorang yang aman". 'Umair berkata, "Agar ia pecaya kepada saya, maka berikanlah bukti yang bisa ia kenal bahwa engkau telah memberikan keamanan kepadanya". Lalu Nabi SAW memberikan sebuah sorbannya yang beliau pakai ketika masuk Makkah kepada 'Umair untuk dibawa ke Juddah, untuk ditunjukkan kepada Shafwan sebagai buktinya.
Lalu 'Umair segera bertolak dari Makkah dengan membawa sorban Nabi SAW tersebut menuju ke Juddah. Dan akhirnya ia bertemu Shafwan, ketika itu ia sedang bersiap-siap akan melarikan diri dengan naik perahu. Lalu 'Umair menunjukkan sorban Nabi SAW tersebut kepadanya dan berkata kepada Shafwan, "Hai Shafwan, kutebusi kamu dengan bapak dan ibuku. Takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah pada dirimu bahwa kamu akan membinasakannya. Inilah tanda keamanan dari Rasulullah".
Shawan bin Umayyah lalu berkata, "Kasihan kamu, pergilah jauh-jauh dariku, janganlah kamu berbicara lagi denganku". 'Umair berkata lagi, "Kutebusi kamu dengan bapak dan ibuku, beliau (Muhammad) itu semulia-mulia manusia, sebagus-bagus manusia tentang kesopanannya, seramah-ramah manusia dan sebaik-baik manusia. Ia anak lelaki pamanmu, kemenangannya adalah kemenanganmu, kemuliaannya adalah kemuliaanmu dan kerajaannya adalah kerajaanmu". Shafwan menjawab, "Sesungguhnya aku mengkhawatirkannya atas diriku sendiri". 'Umair berkata, "Dia (Muhammad) itu lebih peramah dari itu dan lebih pemurah !".
Akhirnya Shafwan mau juga diajak kembali oleh 'Umair, lalu sesampainya di Makkah, oleh 'Umair ia lalu diajak menghadap Nabi SAW. Setelah Shafwan berada di hadapan Nabi SAW lalu berkata, "(Ya Muhammad), orang ini ('Umair) mengatakan kepada saya, bahwa engkau katanya telah memberi keamanan untuk diriku, apakah betul begitu ?". Nabi SAW menjawab, "Ya, benar". Shafwan berkata lagi, "Sekalipun demikian, berilah aku waktu dua bulan lagi untuk memeluk Islam". Beliau SAW menjawab, "Aku beri waktu kamu empat bulan (untuk berpikir)". Dan akhirnya Shafwan bin Umayyah masuk Islam. [Ibnu Hisyam juz 5, hal. 81]
3. Abdullah bin Sa'ad bin Abi Sarhin, ia seorang yang pernah menjadi pemeluk Islam di masa sebelum dibukanya kota Makkah, dan pernah menjabat sebagai penulis Nabi untuk menulis wahyu yang diturunkan kepada beliau di Madinah. Tetapi tidak lama kemudian ia melarikan diri kembali ke Makkah dan murtad, ia kembali menjadi orang musyrik. Ketika masih menjabat sebagai penulis wahyu, ia seringkali berkhianat, tidak menulis menurut apa yang sebenarnya harus ditulis. Setelah kembali ke Makkah, ia seringkali mengejek dan mengolok-olok Nabi SAW di hadapan kaum Quraisy. Tentang kelakuannya yang jahat itu Nabi SAW mengetahui semuanya, sehingga beliau memerintahkan untuk membunuhnya. Ketika Nabi SAW menaklukkankota Makkah, ia melarikan diri lalu menemui shahabat 'Utsman bin 'Affan, karena ia termasuk saudara sepesusuannya. Ia meminta perlindungan kepadanya untuk memohon keamanan kepada Nabi SAW terhadap dirinya. Permintaan itu diterima oleh 'Utsman. Dan ketika suasana sudah tenang ia diajak menghadap kepada Nabi SAW untuk dimohonkan keamanan. Permohonan 'Utsman itu pun dikabulkan Nabi SAW, dan selanjutnya ia dibebaskan dari hukuman mati. Selanjutnya 'Abdullah bin Sa'ad kembali mengikut Islam dengan baik.
4. 'Abdullah bin Khathal, dahulu ia telah masuk Islam. Di Madinah ia seringkali disuruh Nabi SAW untuk memungut zakat bersama salah seorang shahabat Anshar. Pada suatu ketika, setelah ia masuk rumah, lalu menyuruh pelayannya (yang sudah masuk Islam) untuk menyembelih kambing dan memasaknya, kemudian ia tidur. Setelah bangun ternyata pelayan itu belum mengerjakannya, lalu 'Abdullah bin Khathal melompat dan membunuh pelayan tersebut.
Sesudah itu ia murtad, menjadi orang musyrik lagi dan melarikan diri ke Makkah. Di Makkah ia selalu mengejek, memaki dan menghina Nabi SAW dengan syair-syair yang dikarangnya. Untuk ini ia mempunyai dua orang perempuan penyanyi yang khusus menyanyikan syair-syairnya yang penuh ejekan dan hinaan terhadap Nabi SAW, dan ia senantiasa menunjukkan permusuhannya kepada Islam. Nabi SAW mengetahui semua kelakuan dan perbuatannya yang jahat itu. Oleh karena itu ia dimasukkan dalam "Daftar Hitam", kemudian ketika Nabi SAW memasuki kota Makkah, ia menggelayutkan dirinya di kelambu Ka'bah dengan tujuan akan mencari perlindungan. Ia menyangka bahwa jika sudah demikian, ia akan terhindar dari hukuman Nabi. Akhirnya setelah Nabi SAW mendapat laporan bahwa 'Abdullah bin Khathal berlindung di bawah kelambu Ka'bah, Nabi SAW memerintahkan seorang dari tentara muslimin untuk membunuhnya.
5. Huwairits bin Nuqaidz, ia seoang keturunan Qushay. Ia termasuk salah seorang yang sangat memusuhi Islam dan sangat menyakiti hati Nabi SAW sejak beliau masih berada di Makkah. Ia selalu mengejek, mengolok-olok dan menghina Islam.
Ketika Fathu Makkah, ia melarikan diri dan akhirnya Huwairits bin Nuqaidz tertangkap dan dibunuh oleh 'Ali bin Abu Thalib RA.
6. Miqyas bin Shubabah, ia pernah datang ke Madinah dan mengikut Islam dan meminta harta tebusan kepada Nabi SAW sebagai diyat bagi saudaranya yakni Hisyam bin Shubabah yang mati terbunuh tidak sengaja oleh seorang Anshar. Permintaannya itu oleh Nabi SAW dikabulkan dan ia diberi tebusan secukupnya. Tetapi setelah itu ia tetap memusuhi orang Anshar yang membunuh saudaranya itu hingga ia membalas membunuhnya. Sesudah itu ia melarikan diri ke Makkah dan menjadi kafir kembali (murtad). Di Makkah ia selalu menunjukkan permusuhannya kepada Islam dan kaum muslimin. Maka ketika Nabi SAW membuka kota Makkah, beliau memerintahkan supaya Miqyas bin Shubabah dibunuh. Ketika Fathu Makkah, ia bersembunyi di suatu tempat, ia bersama sekumpulan orang sedang minum-minuman keras, pada waktu itu diketahui oleh Numailah bin 'Abdullah Al-Kalbiy. Kemudian ia datang kepadanya, lalu dibunuhnya dengan pedang.
7. 'Abdullah bin Ziba'riy, ia dahulu sering menyerang dan menjelek-jelekkan serta memperolok-olok Rasulullah SAW semenjak di Makkah. Maka ketika Fathu Makkah ia dan Hubairah bin Abu Wahbin (suami Ummu Hani' binti Abu Thalib) melarikan diri ke Najran. Adapun Hubairah terus menetap di sanahingga meninggal sebagai orang musyrik, sedangkan 'Abdullah bin Ziba'riy, ia kembali kepada Rasulullah SAW dan mohon maaf kepada beliau, dan beliaupun menerima, dan akhirnya ia masuk Islam.
8. Wahsyi bin Harb, dialah yang menerima upah dari para pembesar Quraisy untuk membunuh Hamzah ketika terjadi perang di Uhud, yang akhirnya ia dapat membunuh Hamzah paman Nabi SAW. Tetapi setelah Makkah ditaklukkan, ia lalu masuk Islam. Ia mengucapkan "Asyhadu allaa ilaaha illallooh, wa asyhadu anna Muhammadar rasuulullooh". Rasulullah SAW lalu bertanya, "Apakah kamu Wahsyi ?". Ia menjawab, "Benar".
9. Hindun binti Utbah, istri Abu Sufyan. Ia seorang perempuan bangsawan, rupawan dan hartawan Quraisy yang menjadi istri seorang pemuka dan pembesar Quraisy juga. Ia adalah seorang perempuan yang sangat memusuhi Islam dan kaum muslimin semenjak Nabi SAW belum berhijrah ke Madinah, dan ia seorang perempuan yang terkenal ganas dan kejam terhadap orang-orang yang mengikut Islam. Diantara keganasan dan kekejamannya, ia pernah hendak menelan dan memakan hati shahabat Hamzah, ketika Hamzah gugur sebagai syahid di Uhud. Suaminya telah masuk Islam ketika Nabi SAW akan memasuki kota Makkah.
Kemudian setelah kota Makkah ditaklukkan, ia menyelinap diantara orang banyak yang datang berduyun-duyun kepada Nabi SAW untuk menyerah dan berbai'at mengikut Islam, dan ia pun masuk Islam. Selanjutnya ia lalu menjadi pengikut Islam yang baik.
10. Sarah, ia seorang budak perempuan 'Amr bin 'Abdul Muththalib. Ia juga seorang penyanyi yang dengan nyanyiannya itu ia mengejek dan mengolok-olok Islam dan nabi Muhammad SAW. Dan ia adalah orang yang disuruh Hathib bin Abu Balta'ah untuk membawa surat rahasia yang dikirimkan kepada beberapa orang pembesar Quraisy. Dahulu ia pernah datang kepada Rasulullah SAW dan masuk Islam, kemudian ia kembali ke Makkah dan murtad, maka Rasulullah SAW memerintahkan supaya membunuhnya. Dan akhirnya ia dibunuh oleh 'Ali bin Abu Thalib.
11. Fartani (Fartana) dan 12. Qarinah, keduanya adalah penyanyi 'Abdullah bin Khathal. Mereka berdua terkenal pengejek dan penghina Nabi SAW dengan syair-syair dan nyanyian-nyanyiannya yang sangat tajam. Oleh Nabi SAW keduanya itu bersama majikannya, yaitu 'Abdullah Ibnu Khathal dimasukkan dalam "Daftar Hitam". Akhirnya setelah Fathu Makkah, Fartani datang kepada Rasulullah dan masuk Islam. Adapun Qarinahia mati dibunuh.
Nabi SAW melanjutkan perjalanannya untuk masuk ke kota Makkah besama-sama angkatan perangnya. Mereka masuk dari segala penjuru sebagaimana yang telah ditentukan Nabi SAW. Dan ketika Nabi SAW sampai di suatu tempat yang bernama Al-Hajun, beliau bersama angkatan perangnya berhenti. Dan di tempat itu beliau memerintahkan kepada shahabat Zubair bin Awwam supaya mengibarkan benderanya. Dan di situ beliau mendirikan kemah untuk beristirahat sebentar bersama dua orang istri beliau, Ummu Salamah dan Maimunah.
Sesudah Nabi SAW beristirahat sebentar, beliau lalu menunggang unta untuk meneruskan perjalanannya masuk ke Masjidil Haram untuk Thawaf di sekeliling Ka'bah (Baitullah). Sedangkan shahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq berada di samping beliau dengan diiringkan oleh Usamah bin Zaid, Bilal bin Rabah dan Utsman bin Thalhah. Nabi berulang-ulang membaca surat Al-Fath sambil menundukkan kepalanya, merendahkan diri kepada Allah.

Nabi SAW memasuki Makkah
Nabi SAW memasuki Makkah dari dataran tinggi Kadaa' dan memerintah Khalid bin Walid bersama pasukannya agar memasuki Makkah dari dataran Kuda. Akhirnya kaum muslimin memasuki Makkah sebagaimana diperintahkan Nabi SAW tanpa mendapatkan perlawanan, kecuali Khalid bin walid. Ia menghadapi sejumlah kaum musyrikin yang diantara mereka terdapat 'Ikrimah bin Abu Jahl dan Shafwan bin Umayyah. Khalid memerangi mereka dan berhasil membunuh 24 orang dari Quraisy dan 4 orang dari Hudzail.
Mulanya Nabi SAW agak marah dan menyesali perbuatan pasukan yang dipimpin Khalid bin Walid itu, sehingga beliau bersabda, "Aku sudah melarang berperang, kenapa sampai terjadi pertempuran ?". Lalu ada seorang shahabat yang berkata, "Ya Rasulullah, mungkin saja pasukan Khalid bin Walid itu diserang lebih dahulu oleh tentara kaum musyrikin, lalu mereka menangkis serangan itu".
Setelah tentara musyrikin yang menyerang itu telah melarikan diri, lalu dengan perantaraan seorang shahabat, Khalid bin Walid dipanggil Rasulullah SAW dan ditanya, "Hai Khalid, mengapa kamu memerangi mereka, padahal aku telah melarang berperang ?". Khalid menjawab, "Ya Rasululah, mereka yang menyerang kami lebih dahulu dan menghujani kami dengan anak panah, padahal kami telah menahan semaksimal mungkin supaya tidak terjadi peperangan, dan saya pun menyeru mereka agar menyerah dan mengikut Islam. Tetapi mereka memaksa kami mengangkat senjata. Tidak ada jalan lain kecuali kami harus melawan mereka, hingga Allah memberikan kemenangan kepada kami, dan mereka melarikan diri".
Setelah mendengar keterangan tersebut, beliau diam sebentar, lalu menyatakan setuju dan memuji pasukan yang gugur dalam pertempuran tersebut. Pada pertempuran itu ada dua orang pasukan Khalid bin Walid yang gugur, yaitu Hubaisy bin Asy'ar dan Kurz bin Jabir Al-Fihriy.
Kemudian Nabi SAW mengerjakan thawaf di sekeliling Ka'bah dengan mengendarai untanya sambil memegang tongkat dari kayu yang bengkok pangkalnya, beliau mengecup hajar aswad. Sesudah selesai thawaf tujuh kali, lalu memanggil 'Utsman bin Thalhah (pemegang kunci Ka'bah) yang telah memeluk Islam, karena dialah yang ketika itu berkuasa memegang kunci Ka'bah, lalu kunci itu diserahkan kepada beliau. Ka'bah lalu dibuka dengan tangan beliau sendiri, dan beliau masuk ke dalamnya.

Muslim meriwayatkan :

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: اَقْبَلَ رَسُوْلُ اللهِ ص عَامَ اْلفَتْحِ عَلَى نَاقَةٍ ِلاُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ حَتَّى اَنَاخَ بِفِنَاءِ اْلكَعْبَةِ ثُمَّ دَعَا عُثْمَانَ بْنَ طَلْحَةَ فَقَالَ: اِئْتِنِى بِاْلمِفْتَاحِ، فَذَهَبَ اِلَى اُمّهِ. فَاَبَتْ اَنْ تُعْطِيَهُ، فَقَالَ: وَ اللهِ، لَتُعْطِيْنِيْهِ اَوْ لَيَخْرُجُنَّ هذَا السَّيْفُ مِنْ صُلْبِى. قَالَ: فَاَعْطَتْهُ اِيَّاهُ. فَجَاءَ بِهِ اِلَى النَّبِيّ ص. فَدَفَعَهُ اِلَيْهِ فَفَتَحَ اْلبَابَ. مسلم 2: 966
Dari Ibnu 'Umar, ia berkata : Rasulullah SAW datang pada tahun penaklukan Makkah naik unta milik Usamah bin Zaid. Beliau menderumkan untanya di halaman Ka'bah. Lalu beliau memanggil 'Utsman bin Thalhah sambil bersabda, "Serahkanlah kuncinya kepadaku". 'Utsman bin Thalhah lalu menemui ibunya yang memegang kuncinya. Namun ia enggan memberikannya, lalu 'Utsman bin Thalhah berkata, "Demi Allah, Engkau berikan kunci kepadaku atau pedang ini akan keluar dari punggungku". Perawi berkata, "Maka ia (ibu itu) menyerahkan kunci kepadanya". Kemudian 'Utsman bin Thalhah membawanya dan menyerahkannya kepada Nabi SAW, lalu beliau membuka pintu (Ka'bah). [HR. Muslim juz 2, hal. 966]
Di dalam masjidil Haram ketika itu penuh manusia berdesak-desakan melihat Nabi SAW berthawaf di sekeliling Ka'bah. Mereka itu selain kaum muslimin yang berjumlah lebih dari sepuluh ribu orang, juga terdiri dari penduduk Makkah yang berlindung diri di dalamnya.
Bukhari meriwayatkan sebagai berikut :

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص اَقْبَلَ يَوْمَ اْلفَتْحِ مِنْ اَعْلَى مَكَّةَ عَلَى رَاحِلَتِهِ مُرْدِفًا اُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ وَ مَعَهُ بِلاَلٌ وَ مَعَهُ عُثْمَانُ بْنُ طَلْحَةَ مِنَ اْلحَجَبَةِ حَتَّى اَنَاخَ فِى اْلمَسْجِدِ فَاَمَرَهُ اَنْ يَأْتِيَ بِمِفْتَاحِ اْلبَيْتِ، فَدَخَلَ رَسُوْلُ اللهِ ص وَ مَعَهُ اُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ وَ بِلاَلٌ وَ عُثْمَانُ بْنُ طَلْحَةَ فَمَكَثَ فِيْهِ نَهَارًا طَوِيْلاً. ثُمَّ خَرَجَ فَاسْتَبَقَ النَّاسُ فَكَانَ عَبْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ اَوَّلَ مَنْ دَخَلَ فَوَجَدَ بِلاَلاً وَرَاءَ اْلبَابِ قَائِمًا فَسَأَلَهُ: اَيْنَ صَلَّى رَسُوْلُ اللهِ ص؟ فَاَشَارَ لَهُ اِلَى اْلمَكَانِ الَّذِى صَلَّى فِيْهِ. قَالَ عَبْدُ اللهِ: فَنَسِيْتُ اَنْ اَسْأَلَهُ كَمْ صَلَّى مِنْ سَجْدَةٍ. البخارى 5: 93
Dari 'Abdullah bin 'Umar RA bahwasanya Rasulullah SAW datang dari arah atas Makkah pada hari penaklukan, beliau di atas untanya memboncengkan Usamah bin Zaid. Dan beliau bersama Bilal dan 'Utsman bin Thalhah, yaitu para pengawal, sehingga beliau berhenti di masjid. Lalu beliau memerintahkannya untuk membawakan kunci Baitullah. Lalu Rasulullah SAW masuk bersama Usamah bin Zaid, Bilal dan 'Utsman bin Thalhah, beliau tinggal di dalamnya di siang hari sampai lama sekali. Kemudian beliau keluar, maka orang-orang berlomba-lomba (untuk masuk). Ibnu 'Umar ialah orang yang pertama kali masuk, lalu ia menujmpai Bilal berdiri di belakang pintu. Ia bertanya kepada Bilal, "Di manakah Rasulullah menjalankan shalat ?". Maka ia menunjukkan ke tempat beliau menjalankan shalat. 'Abdullah berkata, "Saya lupa untuk bertanya kepadanya, berapa rekaatkah beliau menjalankan shalat ?". [HR. Bukhari juz 5, hal. 93]

عَنْ مُعَاوِيَّةَ بْنِ قُرَّةَ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ اللهِ بْنَ مُغَفَّلٍ يَقُوْلُ: رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَوْمَ فَتْحِ مَكَّةَ عَلَى نَاقَتِهِ وَ هُوَ يَقْرَأُ سُوْرَةَ اْلفَتْحِ يُرَجّعُ. البخارى
Dari Mu'awiyah bin Qurrah RA, ia berkata : Aku pernah mendengar 'Abdullah bin Mughaffal berkata : Aku melihat Rasululah SAW pada waktu Fathu Makkah berada di atas untanya sambil membaca surat Al-Fath berulang-ulang. [HR. Bukhari juz 5, hal. 92]

عَنْ عَبْدِ اللهِ رض قَالَ: دَخَلَ النَّبِيُّ ص مَكَّةَ يَوْمَ اْلفَتْحِ وَ حَوْلَ اْلبَيْتِ سِتُّوْنَ وَ ثَلاَثُمِائَةِ نُصُبٍ فَجَعَلَ يَطْعُنُهَا بِعُوْدٍ فِى يَدِهِ وَ يَقُوْلُ: جَاءَ اْلحَقُّ وَ زَهَقَ اْلبَاطِلُ، جَاءَ اْلحَقُّ وَ مَا يُبْدِئُ اْلبَاطِلُ وَ مَا يُعِيْدُ. البخارى 5: 92
Dari 'Abdullah, ia berkata : Nabi SAW memasuki Makkah pada hari penaklukan, sedang disekeliling Ka'bah masih terdapat 360 berhala. Kemudian beliau memukulnya dengan tongkat di tangan beliau sambil mengucapkan, "Kebenaran telah datang dan lenyaplah kebathilan. Kebenaran telah datang dan kebathilan tak akan mencul lagi dan tidak akan kembali ". [HR. Bukhari juz 5, hal. 92]

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص لَمَّا قَدِمَ مَكَّةَ اَبَى اَنْ يَدْخُلَ اْلبَيْتَ وَ فِيْهِ اْلآلِهَةُ فَاَمَرَ بِهَا فَاُخْرِجَتْ فَاُخْرِجَ صُوْرَةُ اِبْرَاهِيْمَ وَ اِسْمَاعِيْلَ فِى اَيْدِيْهِمَا مِنَ اْلاَزْلاَمِ. فَقَالَ النَّبِيُّ ص: قَاتَلَهُمُ اللهُ، لَقَدْ عَلِمُوْا مَا اسْتَقْسَمَا بِهَا قَطُّ. ثُمَّ دَخَلَ اْلبَيْتَ فَكَبَّرَ فِى نَوَاحِى اْلبَيْتِ وَ خَرَجَ وَ لَمْ يُصَلّ فِيْهِ. البخارى 5: 93
Dari Ibnu 'Abbas RA bahwasanya Rasulullah SAW ketika tiba di Makkah beliau enggan untuk masuk ke dalam Ka'bah, karena di dalamnya masih terdapat berhala-berhala. Maka beliau menyuruh agar berhala-berhala itu dikeluarkan, lalu berhala-berhala itupun dikeluarkan, diantaranya terdapat patung-patung Ibrahim dan Isma'il yang di kedua tangannya memegang Azlam. Nabi SAW bersabda, "Celakalah mereka, sesungguhnya mereka tahu bahwa keduanya tidak pernah mengundi nasib dengan anak panah sama sekali". Setelah itu Nabi SAW masuk ke dalam Ka'bah dan bertakbir di sudut-sudut Ka'bah, kemudian keluar dan tidak melakukan shalat di dalamnya. [HR. Bukhari juz 5, hal. 93]

Khutbah Nabi SAW ketika penaklukan Makkah
Kemudian di depan orang ramai di pintu Ka'bah itu beliau mengucapkan khutbahnya, antara lain beliau bersabda :
لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَ نَصَرَ عَبْدَهُ وَ هَزَمَ اْلاَحْزَابَ وَحْدَهُ. اَلاَ كُلُّ مَاْثَرَةٍ اَوْ دَمٍ اَوْ مَالٍ يُدَّعَى فَهُوَ تَحْتَ قُدَمَيَّ هَاتَيْنِ اِلاَّ سَدَانَةَ اْلبَيْتِ وَ سِقَايَةَ اْلحَاجّ، اَلاَ وَ قَتِيْلُ اْلخَطَإِ شِبْهِ اْلعَمْدِ بِالسَّوْطِ وَ اْلعَصَا فَفِيْهِ الدّيَةُ مُغَلَّظَةٌ مِائَةٌ مِنَ اْلاِبِلِ اَرْبَعُوْنَ مِنْهَا فِى بُطُوْنِهَا اَوْلاَدُهَا. يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ، اِنَّ اللهَ قَدْ اَذْهَبَ عَنْكُمْ نَخْوَةَ اْلجَاهِلِيَّةِ وَ تَعَظُّمَهَا بِاْلآبَاءِ. اَلنَّاسُ مِنْ ادَمَ وَ ادَمُ مِنْ تُرَابٍ. ثُمَّ قرَاَ هذِهِ اْلايَةَ: ياَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنكُمْ مّنْ ذَكَرٍ وَّ اُنْثى وَ جَعَلْنكُمْ شُعُوْبًا وَّ قَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوْا، اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ اَتْقيكُمْ، اِنَّ اللهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ.(الحجرات: 13) ثُمَّ قَالَ: يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ، مَا تَرَوْنَ اَنّى فَاعِلٌ فِيْكُمْ؟ قَالُوْا: خَيْرًا، اُخٌ كَرِيْمٌ وَ ابْنُ اَخٍ كَرِيْمٍ. قَالَ: اِذْهَبُوْا فَاَنْتُمُ الطُّلَقَاءُ. ابن هشام 5: 73
Tidak ada Tuhan melainkan Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, yang benar janji-Nya, penolong hamba-Nya, mengalahkan beberapa tentara musyrikin dengan sendiri-Nya. Ketahuilah, bahwa setiap perbuatan menjatuhkan kehormatan, menumpahkan darah, mengambil harta yang diadukan, maka itu semua dibawah tapak kakiku ini (wewenangku), kecuali penjagaan Ka'bah dan pemberian minum (layanan) Hajji. Ketahuilah, bahwa pembunuhan karena keliru dan serupa sengaja dengan cambuk dan tongkat, maka padanya ada tebusan yang berat, yaitu seratus ekor unta, diantaranya yang empat puluh ekor unta adalah unta bunting.
Hai orang-orang Quraisy, sesungguhnya Allah telah melenyapkan kesombongan jahiliyah dari kalian yaitu dengan membangga-banggakan keturunan. Manusia itu berasal dari Adam, dan Adam itu terbuat dari tanah. Lalu beliau membaca ayat : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. [QS. Al-Hujuraat : 13]
Kemudian beliau bertanya kepada kaum Quraisy yang ada di depan beliau : Hai orang-orang Quraisy, apa pendapat kalian, kira-kira apa yang akan aku berbuat terhadap kalian ?Mereka menjawab : Kebaikan, wahai saudara laki-laki yang mulia dan anak saudara laki-laki yang muliaLalu beliau bersabda : Pergilah kalian, maka kalian sekarang orang-orang yang bebas merdeka. [Ibnu Hisyam 5 : 73]

Kemudian beliau duduk di dalam masjid.
Pada hari itu sesudah Nabi SAW berkhutbah, lalu mengadakan pemaafan umum, pemaafan atas diri orang-orang yang seharusnya dijatuhi hukuman dan dirampas harta benda mereka. Kecuali orang-orang yang sudah tercatat dalam daftar hitam, sebagaimana yang telah disebutkan. Sekalipun demikian, jika mereka itu menyerah dan mengikut seruan Islam, akan diberi ampunan oleh Nabi atas segala kesalahan yang telah mereka perbuat pada masa lampau.

Penetapan penjaga Ka'bah kepada 'Utsman bin Thalhah
Ibnu Ishaq meriwayatkan : Sesudah itu 'Ali RA datang membawa kunci Ka'bah dan berkata, "Ya Rasulullah, kumpulkanlah kepada kami pengurus keamanan Ka'bah bersama pengurus air minum". Ketika itu beliau lalu bertanya, "Mana 'Utsman bin Thalhah ?". Maka 'Utsman lalu dipanggil untuk menghadap beliau, kemudian beliau menyerahkan kembali kunci Ka'bah kepadanya sambil bersabda :
هَاكَ مِفْتَاحَكَ يَا عُثْمَانُ، اَلْيَوْمَ يَوْمُ بِرّ وَ وَفَاءٍ
Peganglah kunci ini hai 'Utsman, hari ini hari kebaikan dan menepati janji. [Ibnu Hisyam 5, hal. 74]

Adzan pertama di Ka'bah
Setelah Ka'bah dibersihkan dari semua patung berhala dan gambar yang biasa dimuliakan, dipuja dan disembah oleh kaum musyrikin 'Arab, lalu shahabat Bilal diperintah oleh Nabi SAW supaya mengumandangkan adzan di atas Ka'bah untuk memanggil orang ramai supaya mengerjakan shalat bersama-sama di dalam masjid. Bilal segera mengumandangkan adzan dari atas Ka'bah dengan suara yang lantang, dan didengar oleh seluruh penduduk di Makkah. Kaum muslimin yang mendengar adzan itu lalu berduyun-duyun ke masjid dan mengerjakan shalat bersama-sama.

Setelah Nabi SAW berhasil menaklukkan Makkah, kemudian beliau berdiri di atas bukit Shafa berdoa kepada Allah. Pada waktu itu diantara kaum Anshar ada yang berbisik-bisik melahirkan kekhawatiran mereka. Mereka mengatakan :

اَ تَرَوْنَ رَسُوْلَ اللهِ ص اِذْ فَتَحَ اللهُ عَلَيْهِ اَرْضَهُ وَ بَلَدَهُ يُقِيْمُ بِهَا؟ ابن هشام 5: 80
Apakah kalian melihat bahwa Rasulullah SAW setelah Allah membukakan tanah dan negerinya, beliau akan menetap padanya ?. [Ibnu Hisyam juz 5, hal. 80]

Setelah Nabi SAW selesai berdoa lalu bertanya kepada mereka :

يَا مَعْشَرَ اْلاَنْصَارِ مَا ذَا قُلْتُمْ؟ ابن هشام 5: 80
Hai orang-orang Anshar, apa yang kalian perbincangkan ?. [Ibnu Hisyam juz 5, hal. 80]
Mereka menjawab :
لاَ شَيْئَ يَا رَسُوْلَ اللهِ.
"Tidak ada apa-apa, ya Rasulullah".
Lalu Nabi SAW menjelaskan kepada mereka setelah mereka mengakui dan memberitahu kepada beliau tentang apa yang mereka perbincangkan :

مَعَاذَ اللهِ، اَلْمَحْيَا مَحْيَاكُمْ وَ اْلمَمَاتُ مَمَاتُكُمْ. ابن هشام 5: 80
Aku berlindung kepada Allah, tempat hidupku di tempat hidup kalian, dan tempat matiku di tempat mati kalian. [Ibnu Hisyam juz 5, hal. 80]
Dengan ucapan dan penjelasan Nabi SAW ini kaum Anshar merasa lega, dan mengakui kesalahan mereka, karena dugaan mereka terhadap beliau itu ternyata tidak benar.

mta 04,05/2004

Tidak ada komentar:

Posting Komentar