Shalat Berjama'ah 1

Shalat Berjama'ah 
Pengertian shalat berjama'ah
Shalat berjama'ah ialah shalat yang dilakukan oleh orang banyak secara bersama, paling sedikit dua orang, salah seorang diantara mereka yang lebih fasih bacaannya dan lebih mengerti tentang hukum Islam (Al-Qur'an dan Hadits) dipilih menjadi imam, dan yang lain menjadi makmum. Shalat berjama'ah ini hukumnya sunnah muakkad.

Keutamaan shalat berjama'ah

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ يَقُوْلُ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: صَلاَةُ  الرَّجُلِ فِى اْلجَمَاعَةِ تُضَعَّفُ عَلىَ صَلاَتِهِ فِى بَيْتِهِ وَ فِى سُوْقِهِ خَمْسًا وَ عِشْرِيْنَ ضِعْفًا، وَ ذلِكَ اَنَّهُ اِذَا تَوَضَّأَ فَاَحْسَنَ اْلوُضُوْءَ ثُمَّ خَرَجَ اِلىَ اْلمَسْجِدِ لاَ يُخْرِجُهُ اِلاَّ الصَّلاَةُ  لَمْ يَخْطُ خَطْوَةً اِلاَّ رُفِعَتْ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ، وَ حُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيْئَةٌ، فَاِذَا صَلَّى لَمْ تَزَلِ اْلمَلاَئِكَةُ تُصَلّى عَلَيْهِ مَا دَامَ فِى مُصَلاَّهُ. اَللّهُمَّ صَلّ عَلَيْهِ، اَللّهُمَّ ارْحَمْهُ. وَ لاَ يَزَالُ اَحَدُكُمْ فِى صَلاَةٍ مَا انْتَظَرَ الصَّلاَةَ. البخارى
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Shalatnya seseorang dengan berjama'ah (di masjid) itu berlipat ganda (pahalanya) dengan dua puluh lima kali lipat dari pada shalatnya di rumah dan di pasar. Yang demikian itu karena apabila dia berwudlu dan memperbagus wudlunya, kemudian berangkat ke masjid yang mana tidak ada yang menggerakkannya untuk berangkat ke masjid itu kecuali (untuk) shalat, maka tidaklah dia melangkahkan kakinya satu langkah, kecuali dengannya diangkat satu derajat untuknya dan dihapuslah dengannya satu kesalahannya. Dan apabila dia telah shalat, para malaikat terus-menerus mendoakannya selama dia masih berada di tempat shalatnya (dan selama belum bathal wudlunya). Malaikat mengucapkan "Alloohumma shalli 'alaih, Alloohummar-hamhu" (Ya Allah, berilah berkah kepadanya, Ya Allah, berilah rahmat kepadanya). Dan senantiasa dia dianggap shalat selama dia menunggu (untuk) shalat". [HR. Bukhari juz 1, hal. 158].

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: لاَ يَزَالُ اْلعَبْدُ فِى صَلاَةٍ مَا كَانَ فِى مُصَلاَّهُ يَنْتَظِرُ الصَّلاَةَ، وَ تَقُوْلُ اْلمَلاَئِكَةُ: اَللّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ، اَللّهُمَّ ارْحَمْهُ حَتىَّ يَنْصَرِفَ اَوْ يُحْدِثَ. قُلْتُ: مَا يُحْدِثُ. قَالَ: يَفْسُوْ اَوْ يَضْرِطُ. مسلم
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, Senantiasa seorang hamba terhitung shalat selama dia berada di tempat shalatnya untuk menunggu datangnya waktu shalat wajib. Dan malaikat mendoakan Alloohummaghfir lahu, Alloohummar hamhu. (Ya Allah berilah ampun kepadanya, ya Allah berilah rahmat kepadanya). Yang demikian itu hingga dia berpaling atau dia berhadats. Aku (Abu Rafi) bertanya, Apa yang dimaksud berhadats itu ?. (Abu Hurairah) menjawab, Kentut yang tidak berbunyi, maupun yang berbunyi. [HR. Muslim juz 1, hal. 459].

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: صَلاَةُ اْلجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلاَةَ اْلفَذّ بِسَبْعٍ وَ عِشْرِيْنَ دَرَجَةً. البخارى
Dari Abdullah bin Umar, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Shalat berjama'ah itu lebih utama dari pada shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat". [HR. Bukhari juz 1, hal. 158]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: تَفْضُلُ صَلاَةُ اْلجَمِيْعِ صَلاَةَ اَحَدِكُمْ وَحْدَهُ بِخَمْسٍ وَ عِشْرِيْنَ جُزْأً وَ تَجْتَمِعُ مَلاَئِكَةُ اللَّيْلِ وَ مَلاَئِكَةُ النَّهَارِ فِى صَلاَةِ اْلفَجْرِ. ثُمَّ يَقُوْلُ اَبُوْ هُرَيْرَةَ: فَاقْرَءُوْا اِنْ شِئْتُمْ اِنَّ قُرْانَ اْلفَجْرِ كَانَ مَشْهُوْدًا. البخارى
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, Shalat berjamaah itu lebih utama dari pada shalat seseorang diantara kalian sendirian dengan dua puluh lima bagian, dan malaikat yang mengurusi malam berkumpul dengan malaikat yang mengurusi siang (menyaksikan) pada shalat Shubuh. Kemudian Abu Hurairah berkata, Bacalah jika kamu mau, ayat Inna qur-aanal fajri kaana masyhuudaa(Sesungguhnya shalat shubuh itu disaksikan oleh para malaikat) Al-Israa : 78. [HR. Bukhari juz 1, hal. 159]

عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ: مَنْ سَرَّهُ اَنْ يَلْقَى اللهَ غَدًا مُسْلِمًا فَلْيُحَافِظْ عَلَى هؤُلاَءِ الصَّلَوَاتِ حَيْثُ يُنَادَى بِهِنَّ، فَاِنَّ اللهَ شَرَعَ  لِنَبِيّكُمْ ص سُنَنَ اْلهُدَى وَ اِنَّهُنَّ مِنْ سُنَنِ اْلهُدَى، وَلَوْ اَنَّكُمْ صَلَّيْتُمْ فِى بُيُوْتِكُمْ كَمَا يُصَلّى هذَا اْلمُتَخَلّفُ فِى بَيْتِهِ، لَتَرَكْتُمْ سُنَّةَ نَبِيّكُمْ، وَ لَوْ تَرَكْتُمْ سُنَّةَ نَبِيّكُمْ لَضَلَلْتُمْ. وَ مَا مِنْ رَجُلٍ يَتَطَهَّرُ فَيُحْسِنُ الطُّهُوْرَ، ثُمَّ يَعْمِدُ اِلىَ مَسْجِدٍ مِنْ هذِهِ اْلمَسَاجِدِ اِلاَّ  كَتَبَ اللهُ لَهُ بِكُلّ خَطْوَةٍ يَخْطُوْهَا حَسَنَةً، وَ يَرْفَعُهُ بِهَا دَرَجَةً، وَ يَحُطُّ عَنْهُ بِهَا سَيّئَةً، وَ لَقَدْ رَأَيْتُنَا، وَ مَا يَتَخَلَّفُ عَنْهَا اِلاَّ مُنَافِقٌ مَعْلُوْمُ النّفَاقِ، وَ لَقَدْ كَانَ الرَّجُلُ يُؤْتَى بِهِ يُهَادَى بَيْنَ الرَّجُلَيْنِ حَتَّى يُقَامَ فِى الصَّفّ. مسلم
Dari Abdullah (Ibnu Mas'ud), ia berkata : Barangsiapa yang senang untuk bertemu kepada Allah sebagai orang yang berserah diri besok (pada hari qiyamat), maka hendaklah dia menjaga shalat-shalatnya di mana dipanggil (diadzani) untuk shalat itu. Karena sesungguhnya Allah telah mensyariatkan kepada Nabi kalian SAW dengan sunnah-sunnah petunjuk. Dan sesungguhnya mendatangi shalat-shalat itu termasuk sunnah-sunnah petunjuk. Dan seandainya kalian shalat di rumah-rumah kalian sebagaimana orang yang tidak mau datang ke masjid ini shalat di rumahnya, sungguh berarti kalian meninggalkan sunnah Nabi kalian, dan seandainya kalian meninggalkan sunnah Nabi kalian, sungguh kalian akan tersesat. Dan tidaklah seseorang bersuci (berwudlu) dan memperbaguskannya kemudian pergi ke satu masjid diantara masjid-masjid ini, kecuali Allah mencatat dengan setiap langkah kaki yang ia melangkah (ke masjid) itu dengan satu kebaikan baginya, dan dengannya Allah mengangkatnya satu derajat, dan dengannya pula Allah menghapuskan satu kesalahan. Dan sungguh saya telah melihat (keadaan) kita. Tidaklah enggan untuk mendatangi shalat (di masjid) kecuali orang munafiq yang telah diketahui kemunafiqannya, dan sungguh ada seorang laki-laki yang didatangkan (untuk shalat di masjid) dengan dibawa oleh dua orang di kiri-kanannya sehingga didirikan di dalam shaff". [HR. Muslim juz 1, hal. 453]

عَنْ اَبِى اْلاَحْوَصِ قَالَ: قَالَ عَبْدُ اللهِ: لَقَدْ رَأَيْتُنَا، وَ مَا يَتَخَلَّفُ عَنِ الصَّلاَةِ اِلاَّ مُنَافِقٌ قَدْ عُلِمَ نِفَاقُهُ اَوْ مَرِيْضٌ. اِنْ كَانَ اْلمَرِيْضُ لَيَمْشِى بَيْنَ رَجُلَيْنِ حَتَّى يَأْتِيَ الصَّلاَةَ، وَ قَالَ: اِنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص عَلَّمَنَا سُنَنَ اْلهُدَى، وَاِنَّ مِنْ سُنَنِ اْلهُدَى الصَّلاَةَ فِى اْلمَسْجِدِ الَّذِيْ يُؤَذَّنُ فِيْهِ. مسلم
Dari Abul Ahwash, ia berkata : Abdullah (Ibnu Masud) berkata, "Sungguh saya telah melihat (keadaan) kita. Tidaklah enggan untuk mendatangi shalat (di masjid) kecuali orang munafiq yang telah diketahui kemunafiqannya atau orang yang sakit. Sesungguhnya orang yang sakit, ia (bisa) berjalan diantara dua orang sehingga datang (ke masjid) untuk shalat". Dan ia berkata, "Sesungguhnya Rasulullah SAW telah mengajarkan kepada kita sunnah-sunnah petunjuk, dan sesungguhnya diantara sunnah-sunnah petunjuk itu ialah shalat di masjid yang diserukan adzan padanya". [HR. Muslim juz 1, hal. 453]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ تَطَهَّرَ فِى بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى اِلىَ بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ لِيَقْضِيَ فَرِيْضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ اِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيْئَةً وَ اْلاُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً. مسلم
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa bersuci (berwudlu) di rumahnya, kemudian ia berjalan ke suatu masjid diantara masjid-masjid Allah untuk melaksanakan kewajiban diantara kewajiban-kewajibannya kepada Allah, maka setiap dua langkahnya adalah yang satu menghapus kesalahan, dan yang lain mengangkat derajat". [HR. Muslim juz 1, hal. 462]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ وُضُوْءَهُ ثُمَّ رَاحَ فَوَجَدَ النَّاسَ قَدْ صَلَّوْا، اَعْطَاهُ اللهُ جَلَّ وَ عَزَّ مِثْلَ اَجْرِ مَنْ صَلاَّهَا وَ حَضَرَهَا لاَ يَنْقُصُ ذلِكَ مِنْ اَجْرِهِمْ شَيـْئًا. ابو داود
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, Barangsiapa yang berwudlu dan memperbagus wudlunya, kemudian dia pergi (ke masjid), tiba-tiba dia mendapati orang-orang telah selesai shalat, maka Allah Jalla wa Azza tetap memberinya pahala seperti pahalanya orang yang sudah shalat berjamaah itu, dan dia mendatanginya itu (pahalanya) tidak berkurang sedikitpun dari pahala mereka. [HR. Abu Dawud juz 1, hal. 155]

عَنْ اُبَيّ بْنِ كَعْبٍ قَالَ: صَلَّى بِنَا رَسُوْلُ اللهِ ص يَوْمًا الصُّبْحَ فَقَالَ: اَشَاهِدٌ فُلاَنٌ؟ قَالُوْا: لاَ. قَالَ: اَشَاهِدٌ فُلاَنٌ؟ قَالُوْا: لاَ. قَالَ: اِنَّ هَاتَيْنِ الصَّلاَتَيْنِ اَثْقَلُ الصَّلَوَاتِ عَلَى اْلمُنَافِقِيْنَ، وَ لَوْ تَعْلَمُوْنَ مَا فِيْهِمَا َلاَتَيْتُمُوْهُمَا، وَ لَوْ حَبْوًا عَلَى الرُّكَبِ، وَ اِنَّ الصَّفَّ اْلاَوَّلَ عَلَى مِثْلِ صَفّ اْلمَلاَئِكَةِ، وَ لَوْ عَلِمْتُمْ مَا فَضِيْلَتُهُ لاَبْتَدَرْتُمُوْهُ، وَ اِنَّ صَلاَةَ الرَّجُلِ مَعَ الرَّجُلِ اَزْكَى مِنْ صَلاَتِهِ وَحْدَهُ، وَصَلاَتُهُ مَعَ الرَّجُلَيْنِ اَزْكَى مِنْ صَلاَتِهِ مَعَ الرَّجُلِ. وَ مَا كَثُرَ فَهُوَ اَحَبُّ اِلىَ اللهِ تَعَالَى. ابو داود
Dari Ubaiy bin Ka'ab, ia berkata : Pada suatu hari Rasulullah SAW mengimami kami shalat Shubuh. (Setelah selesai shalat), beliau bertanya kepada kami, "Apakah si fulan ada ?" Para shahabat menjawab, "Tidak ada !" Rasulullah SAW bertanya lagi. "Apakah si fulan ada ?". Para shahabat menjawab, "Tidak ada !". Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya dua shalat ini (Isyak dan Shubuh) adalah seberat-berat shalat bagi orang-orang munafiq. Dan seandainya kalian mengetahui kebaikan yang ada pada dua shalat ini (Isyak dan Shubuh), sungguh kalian akan mendatanginya walaupun merangkak dengan lutut. Dan sesungguhnya shaff yang pertama adalah seperti shaffnya malaikat, dan seandainya kalian mengetahui kelebihannya, sungguh kalian akan saling memperebutkannya. Dan sesungguhnya shalatnya seseorang berjamaah dengan satu orang itu lebih baik dan lebih bersih dari pada shalatnya sendirian, dan shalat berjama'ah dengan dua orang itu lebih baik dan lebih bersih dari pada shalat berjamaah dengan satu orang, dan setiap yang lebih banyak pesertanya maka itu lebih dicintai oleh Allah Taaalaa". [HR. Abu Dawud juz 1, hal. 152]

عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص : مَنْ صَلَّى اْلعِشَاءَ فِى جَمَاعَةٍ كَانَ كَقِيَامِ نِصْفِ لَيْلَةٍ. وَ مَنْ صَلَّى اْلعِشَاءَ وَ اْلفَجْرَ فِى جَمَاعَةٍ كَانَ كَقِيَامِ لَيْلَةٍ. ابو داود
Dari 'Utsman bin Affan, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang datang shalat 'Isyak berjama'ah, maka dia mendapatkan pahala (seperti) shalat setengah malam, dan barangsiapa yang shalat 'Isyak dan Shubuh berjama'ah, maka dia mendapatkan pahala seperti shalat satu malam penuh". [HR. Abu Dawud juz 1, hal. 152]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: وَ الَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَقَدْ هَمَمْتُ اَنْ آمُرَ بِحَطَبٍ فَيُحْطَبَ، ثُمَّ آمُرَ بِالصَّلاَةِ فَيُؤَذَّنَ لَهَا، ثُمَّ آمُرَ رَجُلاً فَيَؤُمَّ النَّاسَ ثُمَّ اُخَالِفَ اِلىَ رِجَالٍ فَأُحَرّقَ عَلَيْهِمْ بُيُوْتَهُمْ. وَ الَّذِيْ نَفْسِى بِيَدِهِ لَوْ يَعْلَمُ اَحَدُهُمْ اَنَّهُ يَجِدُ عَرْقًا سَمِيْنًا اَوْ مِرْمَاتَيْنِ حَسَنَتَيْنِ لَشَهِدَ اْلعِشَاءَ. البخارى
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Demi Tuhan yang diriku di tangan-Nya, sungguh aku berkehendak memerintahkan (orang-orang mengumpulkan) kayu bakar, setelah terkumpul kemudian aku memerintahkan untuk adzan shalat, lalu aku menunjuk seorang untuk mengimami orang banyak, lalu aku pergi kepada orang-orang (yang tidak hadir dalam shalat berjamaah), kemudian aku bakar rumah-rumah mereka bersama yang ada di dalam. Dan demi Tuhan yang diriku di tangan-Nya, seandainya jika seseorang dari mereka mengetahui bahwa ia akan mendapat tulang yang berdaging gemuk atau daging pada dua rusuk yang baik, niscaya ia hadir pada shalat 'Isyak (berjamaah)". [HR. Bukhari juz 1, hal. 158]

عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: اَتَى النَّبِيَّ ص رَجُلٌ اَعْمَى فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ اِنَّهُ لَيْسَ لِى قَائِدٌ يَقُوْدُنِى اِلىَ اْلمَسْجِدِ. فَسَأَلَ رَسُوْلَ اللهِ ص اَنْ يُرَخّصَ لَهُ فَيُصَلّى فِى بَيْتِهِ، فَرَخَّصَ لَهُ. فَلَمَّا وَلَّى دَعَاهُ فَقَالَ: هَلْ تَسْمَعُ النّدَاءَ بِالصَّلاَةِ؟ فَقَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فَأَجِبْ. مسلم
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Telah datang kepada Nabi SAW seorang buta (Abdullah bin Umi Maktum) lalu ia berkata, "Ya Rasulullah ! Sesungguhnya saya tidak mempunyai penuntun yang menuntun saya ke masjid". Kemudian dia meminta kepada Rasulullah SAW supaya memberi kelonggaran baginya untuk shalat di rumah. Maka beliau memberi kelonggaran baginya. Tetapi setelah ia berpaling hendak pergi, beliau memanggilnya dan bertanya, "Apakah engkau mendengar adzan untuk shalat ?". Ia menjawab, "Ya".  Beliau bersabda, "Bila demikian, hendaklah engkau datang". [HR. Muslim juz I : 452]

TATA TERTIB SHALAT BERJAMA'AH
Bagi seorang Imam :
1.  Yang lebih mengerti serta lebih fashih tentang Al-Qur'an,
2.  Yang lebih memahami Sunnah Rasul,
3.  Yang lebih dahulu hijrah (baik hijrah dari Makkah ke Madinah sebagaimana para shahabat maupun hijrah dari segala yang buruk kepada yang baik),
4.  Yang lebih tua atau yang lebih dahulu Islamnya,
5.  Yang lebih dicintai, dengan kecintaan yang dibenarkan oleh agama.

Dasar penetapan tersebut :

عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ اْلخُدْرِيّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِذَا كَانُوْا ثَلاَثَةً فَلْيَؤُمَّهُمْ اَحَدُهُمْ. وَ اَحَقُّهُمْ بِاْلاِمَامَةِ أَقْرَؤُهُمْ. مسلم
Dari Abu Sa'id Al-Khudriy, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Apabila mereka tiga orang, maka hendaklah mengimami mereka salah seorang diantara mereka. Dan yang paling berhak menjadi imam diantara mereka ialah yang paling pandai (faham) diantara mereka". [HR. Muslim juz 1, hal. 464]
عَنْ اَبِى مَسْعُوْدٍ اْلاَنْصَارِيّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: يَؤُمُّ اْلقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللهِ. فَاِنْ كَانُوْا فِى اْلقِرَاءَةِ سَوَاءً فَأَعْلَمُهُمْ بِالسُّنَّةِ. فَاِنْ كَانُوْا فِى السُّنَّةِ سَوَاءً فَأَقْدَمُهُمْ هِجْرَةً. فَاِنْ كَانُوْا فِى اْلهِجْرَةِ سَوَاءً فَأَقْدَمُهُمْ سِلْمًا. وَلاَ يَؤُمَّنَّ الرَّجُلُ الرَّجُلَ فِى سُلْطَانِهِ. وَلاَ يَقْعُدْ فِى بَيْتِهِ عَلَى تَكْرِمَتِهِ اِلاَّ بِإِذْنِهِ. مسلم
Dari Abu Mas'ud Al-Anshariy, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Yang mengimami suatu kaum itu hendaklah orang yang lebih pandai (faham) tentang kitab Allah diantara mereka. Apabila mereka itu di dalam kefahamannya sama, maka yang lebih mengetahui diantara mereka tentang sunnah. Jika mereka itu sama dalam pengetahuannya  tentang sunnah, maka yang lebih dahulu hijrah. Jika mereka itu sama dalam hal hijrahnya, maka yang lebih dahulu diantara mereka masuk Islam. Dan janganlah seseorang mengimami orang lain di dalam kekuasaannya. Dan janganlah ia duduk di tempat kehormatannya yang berada di dalam rumahnya kecuali dengan idzinnya". [HR. Muslim juz 1, hal. 465]

عَنْ اِسْمَاعِيْلَ بْنِ رَجَاءٍ قَالَ: سَمِعْتُ اَوْسَ بْنَ ضَمْعَجٍ يَقُوْلُ: سَمِعْتُ اَبَا مَسْعُوْدٍ يَقُوْلُ: قَالَ لَنَا رَسُوْلُ اللهِ ص: يَؤُمُّ اْلقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللهِ وَ أَقْدَمُهُمْ قِرَاءَةً. فَاِنْ كَانَتْ قِرَاءَتُهُمْ سَوَاءً فَلْيَؤُمَّهُمْ أَقْدَمُهُمْ هِجْرَةً. فَاِنْ كَانُوْا فِى اْلهِجْرَةِ سَوَاءً فَلْيَؤُمَّهُمْ اَكْبَرُهُمْ سِنًّا. وَلاَ تَؤُمَّنَّ الرَّجُلَ فِى اَهْلِهِ وَ لاَ فِى سُلْطَانِهِ. وَلاَ تَجْلِسْ عَلَى تَكْرِمَتِهِ فِى بَيْتِهِ اِلاَّ اَنْ يَأْذَنَ لَكَ اَوْ بِإِذْنِهِ. مسلم
Dari Ismai'il bin Raja', ia berkata : Saya pernah mendengar Aus bin Dlam'aj berkata : Saya pernah mendengar Abu Mas'ud berkata : Rasulullah SAW bersabda kepada kami, "Orang yang mengimami suatu kaum hendaklah orang yang paling pandai diantara mereka tentang kitab Allah dan lebih baik diantara mereka bacaannya. Jika bacaan (kefahaman) mereka itu sama, maka hendaklah mengimami mereka orang yang lebih dahulu diantara mereka berhijrah. Jika mereka itu sama didalam hijrahnya, maka hendaklah mengimami mereka orang yang paling tua umurnya diantara mereka. Dan janganlah kamu mengimami orang lain di dalam keluarganya, dan jangan pula di dalam kekuasaannya. Dan janganlah kamu duduk ditempat kehormatannya di dalam rumahnya, kecuali orang tersebut mengidzinkan untukmu atau dengan idzinnya". [HR. Muslim juz 1, hal. 465]

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص كَانَ يَقُوْلُ: ثَلاَ ثَةٌ لاَ يَقْبَلُ اللهُ مِنْهُمْ صَلاَةً: مَنْ تَقَدَّمَ قَوْمًا وَ هُمْ لَهُ كَارِهُوْنَ. وَ رَجُلٌ أَتَى الصَّلاَةَ دِبَارًا، وَ الدّبَارُ اَنْ يَأْتِيَهَا بَعْدَ اَنْ تَفُوْتَهُ، وَرَجُلٌ اعْتَبَدَ مُحَرَّرَهُ. ابو داود
Dari Abdullah bin 'Amr ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah bersabda, "Ada tiga golongan yang Allah tidak mau menerima shalat mereka, yaitu : Orang yang mengimami suatu kaum sedang mereka (orang yang diimami tersebut) benci kepadanya, dan seseorang melaksanakan shalat yang sudah bukan waktunya, yaitu dia melaksanakan shalat setelah waktu  shalat tersebut hilang, dan orang yang menjadikan orang merdeka sebagai budak". [HR. Abu Dawud Juz I, hal 162]

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ ص قَالَ: ثَلاَثَةٌ لاَ تَرْتَفِعُ صَلاَتُهُمْ فَوْقَ رُءُوْسِهِمْ شِبْرًا: رَجُلٌ اَمَّ قَوْمًا وَ هُمْ لَهُ كَارِهُوْنَ، وَ امْرَأَةٌ بَاتَتْ وَ زَوْجُهَا عَلَيْهَا سَاخِطٌ، وَ اَخَوَانِ مُتَصَارِمَانِ. ابن ماجه
Dari Ibnu Abbas dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, "Ada tiga golongan yang tidak terangkat shalat mereka di atas kepala mereka meskipun satu jengkal (yakni tidak diterima shalat mereka), yaitu : Seseorang yang mengimami suatu kaum sedang mereka (yang diimami itu) benci kepadanya, dan seorang isteri yang bermalam sedang suaminya marah kepadanya, dan dua orang yang saling memutus persaudaraan". [HR. Ibnu Majah juz 1, hal. 311, sanadnya shahih]

قَالَ مَالِكٌ بْنُ حُوَيْرِثٍ، سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: مَنْ زَارَ قَوْمًا فَلاَ يَؤُمَّهُمْ، وَ لْيَؤُمَّهُمْ رَجُلٌ مِنْهُمْ. ابو داود
Berkata Malik bin Huwairits : Saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang mengunjungi suatu kaum, maka janganlah mengimami mereka, dan hendaklah mengimami mereka salah seorang dari kaum itu". [HR. Abu Dawud 1 : 163]
Keterangan :
Dari hadits-hadits tersebut dapat diambil pengertian bahwa tuan rumah atau orang yang berkuasa di daerah itu lebih berhak menjadi imam, kecuali bila mereka mempersilahkan orang lain untuk mengimaminya.

عَنْ اَبِى عَلِيّ اْلمِصْرِيّ قَالَ: سَافَرْنَا مَعَ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ اْلجُهَنِيّ فَحَضَرَتْنَا الصَّلاَةُ فَاَرَدْنَا اَنْ يَتَقَدَّمَنَا، قَالَ، قُلْنَا: اَنْتَ مِنْ اَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ ص وَ لاَ تَتَقَدَّمُنَا. قَالَ: اِنّى سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: مَنْ اَمَّ قَوْمًا فَاِنْ اَتَمَّ فَلَهُ التَّمَامُ وَ لَهُمُ التَّمَامُ، وَ اِنْ لَمْ يُتِمَّ فَلَهُمُ التَّمَامُ وَ عَلَيْهِ اْلاِثْمُ. احمد
Dari Abu 'Ali Al-Mishriy, ia berkata : Kami pernah bepergian bersama 'Uqbah bin 'Amir Al-Juhaniy, kemudian datang waktu shalat, lalu kami menghendaki salah seorang dari kami untuk maju menjadi imam. (Abu Ali) berkata : Lalu kami berkata, Kamu saja (ya Uqbah bin Amir), yang termasuk shahabat Rasulullah SAW, kenapa tidak mau maju (untuk mengimami kami) ?Uqbah bin Amir berkata : Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa mengimami suatu kaum, jika ia menyempurnakan shalat itu (shalat dengan baik), maka kesempurnaan itu (pahalanya) bagi imam dan bagi mereka (para makmum). Dan jika imam itu tidak menyempurnakan (shalatnya tidak baik), maka bagi mereka (para makmum) mendapat (pahala) shalat dengan sempurna, sedang imam tersebut mendapatkan dosa". [HR. Ahmad juz 4, hal. 154]

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَنْ اَمَّ قَوْمًا فَلْيَتَّقِ اللهَ، وَ لْيَعْلَمْ اَنَّهُ ضَامِنٌ مَسْؤُوْلٌ لِمَا ضَمِنَ، وَ اِنْ اَحْسَنَ كَانَ لَهُ مِنَ اْلاَجْرِ مِثْلُ اَجْرِ مَنْ صَلَّى خَلْفَهُ مِنْ غَيْرِ اَنْ يَنْتَقِصَ مِنْ اُجُوْرِهِمْ شَيْئًا، وَ مَا كَانَ مِنْ نَقْصٍ فَهُوَ عَلَيْهِ. الطبرانى فى الاوسط
Dari Abdullah bin 'Umar, ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah bersabda, "Barangisapa mengimami suatu kaum, maka hendaklah takut kepada Allah dan hendaklah mengetahui bahwa dia sebagai orang yang bertanggungjawab dan akan ditanya tentang apa yang menjadi tanggungjawabnya. Jika dia memperbagus (didalam shalatnya), maka dia mendapatkan pahala seperti pahalanya orang yang shalat dibelakangnya tanpa berkurang sedikitpun dari pahala mereka. Dan apa-apa yang berupa kekurangan (shalatnya tidak baik) maka yang demikian itu menjadi tanggungjawabnya". [HR. Thabrani dalam Al-Ausath, dlaif, karena di dalam sanadnya ada Muarik bin Ibad]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: يُصَلُّوْنَ لَكُمْ، فَاِنْ اَصَابُوْا فَلَكُمْ وَ لَهُمْ، وَ اِنْ اَخْطَئُوْا فَلَكُمْ وَ عَلَيْهِمْ. البخارى
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, "(Imam-imam itu) shalat untuk kamu sekalian. Jika mereka itu benar (di dalam shalatnya), maka (pahalanya) untuk kalian dan untuk mereka. Dan jika mereka itu berbuat salah (didalam shalatnya), maka kalian mendapatkan pahala shalat itu dan mereka mendapatkan dosanya". [HR. Bukhari juz 1, hal. 170]

Hal-hal yang dilakukan oleh Imam sebelum shalat
Memperingatkan para makmum untuk merapikan shaff serta mengaturnya.

عَنْ اَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: سَوُّوْا صُفُوْفَكُمْ فَاِنَّ تَسْوِيَةَ الصَّفّ مِنْ تَمَامِ الصَّلاَةِ. مسلم
Dari Anas bin Malik, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Ratakanlah shaff kalian, karena sesungguhnya meratakan shaff itu termasuk dari kesempurnaan shalat". [HR. Muslim, juz 1, hal. 324]
عَنْ اَنَسٍ عَنِ النَّبِيّ ص: سَوُّوْا صُفُوْفَكُمْ فَاِنَّ تَسْوِيَةَ الصُّفُوْفِ مِنْ اِقَامَةِ الصَّلاَةِ. البخارى
Dari Anas dari Nabi SAW (beliau bersabda), Ratakanlah shaff kalian, karena sesungguhnya meratakan shaff itu termasuk dari mendirikan shalat. [HR. Bukhari juz 1, hal. 177]
عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: لَتُسَوُّنَّ صُفُوْفَكُمْ اَوْ لَيُخَالِفَنَّ اللهُ بَيْنَ وُجُوْهِكُمْ. مسلم
Dari An-Nu'man bin Basyir, ia berkata : Saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh kalian akan meratakan shaff kalian, atau (jika tidak mau) Allah akan merubah diantara wajah-wajah kalian". [HR. Muslim, juz 1, hal. 324]

عَنِ اْلبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يَتَخَلَّلُ الصَّفَّ مِنْ نَاحِيَةٍ اِلىَ نَاحِيَةٍ يَمْسَحُ صُدُوْرَنَا وَ مَنَاكِبَنَا وَ يَقُوْلُ: لاَ تَخْتَلِفُوْا فَتَخْتَلِفَ قُلُوْبُكُمْ، وَ كَانَ يَقُوْلُ: اِنَّ اللهَ وَ مَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى الصُّفُوْفِ اْلاَوَّلِ. ابوداود
Dari Al-Bara' bin 'Azib, ia berkata : "Adalah Rasulullah SAW mendatangi barisan shaff dari sudut ke sudut, beliau meratakan dada-dada kami dan bahu-bahu kami sambil bersabda, "Janganlah kalian maju mundur, yang menyebabkan maju mundurnya hati kalian pula. Dan beliau bersabda,Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat atas ahli shaff yang pertama". [HR. Abu Dawud juz 1, hal. 178].

عَنْ اَنَسٍ قَالَ: اُقِيْمَتِ الصَّلاَةُ فَاَقْبَلَ عَلَيْنَا رَسُوْلُ اللهِ ص بِوَجْهِهِ فَقَالَ: اَقِيْمُوْا صُفُوْفَكُمْ وَ تَرَاصُّوْا فَاِنّى اَرَاكُمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِى. البخارى
Dari Anas, ia berkata : Shalat telah diiqamati, lalu Rasulullah SAW menghadap kepada kami dengan wajahnya lalu bersabda, Luruskanlah shaff kalian dan rapatkanlah, karena sesungguhnya aku bisa melihat kalian dari balik punggungku. [HR. Bukhari juz 1, hal. 176]

عَنْ اَبِى مَسْعُوْدٍ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يَمْسَحُ مَنَاكِبَنَا فِى الصَّلاَةِ وَ يَقُوْلُ: اِسْتَوُوْا وَلاَ تَخْتَلِفُوْا فَتَخْتَلِفَ قُلُوْبُكُمْ لِيَلِنِى مِنْكُمْ اُولُو اْلاَحْلاَمِ وَ النُّهَى ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ. مسلم
Dari Abu Mas'ud, ia berkata : Adalah Rasulullah SAW meratakan pundak-pundak kami dikala membetulkan shaff untuk shalat seraya bersabda, "Luruskanlah shaff, janganlah kamu berselisih (satu maju ke muka dan yang lain mundur ke belakang) yang menyebabkan berselisih pula hatimu. Hendaklah dekat kepadaku orang-orang yang mempunyai akal dan kepandaian diantara kalian, kemudian orang-orang yang dibawahnya, kemudian orang-orang yang dibawahnya". [HR. Muslim, juz 1, hal. 323]
عَنْ اَنَسٍ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: اَقِيْمُوْا صُفُوْفَكُمْ فَاِنّى اَرَاكُمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِى، وَ كَانَ اَحَدُنَا يُلْزِقُ مَنْكِبَهُ بِمَنْكِبِ صَاحِبِهِ وَ قَدَمَهُ بِقَدَمِهِ. البخارى
Dari Anas, dari Nabi SAW, beliau bersabda, Luruskanlah shaff kalian karena sesungguhnya aku bisa melihat kalian dari balik punggungku. (Anas berkata) dan seseorang dari kami menempelkan bahunya dengan bahu temannya, dan tapak-kakinya dengan tapak kaki temannya. [HR. Bukhari juz 1, hal. 177]
عَنْ سِمَاكٍ قَالَ: سَمِعْتُ النُّعْمَانَ بْنَ بَشِيْرٍ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يُسَوّى صُفُوْفَنَا اِذَا قُمْنَا لِلصَّلاَةِ، فَاِذَا اسْتَوَيْنَا كَبَّرَ. ابو داود
Dari Simak, ia berkata : Saya mendengar Numan bin Basyir berkata, Dahulu apabila kami akan shalat, Rasulullah SAW meratakan shaff kami, dan apabila shaff sudah rata, barulah beliau bertakbir. [HR. Abu Dawud juz 1, hal. 178]

Hal-hal yang dilakukan oleh Imam di dalam shalat
1.  Imam supaya menyaringkan Takbiratul Ihram, agar makmum mengetahui bahwa imam telah memulai shalat.
2.  Menyaringkan/menjahrkan bacaan Al-Fatihah dan surat/ayat Al-Qur'an pada shalat Maghrib, 'Isyak dan Shubuh, serta shalat-shalat berjama'ah yang dituntunkan membaca jahr yang lain.
3.  Menyaringkan Takbir-takbir serta bacaan I'tidal, dan Salam sehingga makmum mengetahui adanya perubahan-perubahan dari rukun ke rukun lainnya.
4.  Menjaga kesempurnaan shalat tersebut, baik bacaannya yang teratur, tidak tergesa-gesa, tuma'ninahnya, dan terutama kekhusyu'annya yang merupakan jiwa dari shalat itu, ini semua mengingat bahwa imam menjadi pemimpin dan yang bertanggung jawab atas makmumnya.

Hal-hal yang dilakukan oleh Imam sesudah shalat

Disunahkan bagi imam, setelah selesai shalat untuk menghadap makmum .

عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدَبٍ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ ص اِذَا صَلَّى صَلاَةً اَقْبَلَ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ. البخارى
Dari Samurah bin Jundab, ia berkata, "Adalah Nabi SAW apabila selesai shalat, beliau menghadap kepada kami". [HR. Bukhari juz 1, hal. 205]
عَنِ اْلبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ: كُنَّا اِذَا صَلَّيْنَا خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ ص اَحْبَبْنَا اَنْ نَكُوْنَ عَنْ يَمِيْنِهِ فَيُقْبِلُ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ. مسلم و ابو داود، فى نيل الاوطار
Dari Baraa' bin 'Azib, ia berkata, "Apabila kami shalat dibelakang Rasulullah SAW kami senang berada di bagian kanan beliau. Karena (setelah selesai shalat) beliau menghadap kepada kami". [HR. Muslim dan Abu Dawud, dalam Nailul Authar, Juz 2, hal. 348]
Perlu pula mendapat perhatian bahwa hendaknya seorang imam itu mengerti benar keadaan makmumnya, karena mengingat bahwa mungkin diantara mereka ada yang telah lanjut usia atau lemah ataupun orang-orang yang mempunyai keperluan. Maka bila demikian hendaknya imam berlaku bijaksana, yaitu tidak memanjangkan bacaan atau memilih surat yang panjang-panjang, tetapi mencukupkan dengan membaca bacaan yang ringan pada setiap rukunnya tanpa mengurangi ketertiban dan tuma'ninah shalat itu sendiri.

عَن اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: اِذَا اَمَّ اَحَدُكُمُ النَّاسَ فَلْيُخَفّفْ فَاِنَّ فِيْهِمُ الصَّغِيْرَ وَ اْلكَبِيْرَ وَ الضَّعِيْفَ وَ اْلمَرِيْضَ، فَاِذَا صَلَّى وَحْدَهُ فَلْيُصَلّ كَيْفَ شَآءَ. مسلم
Dari Abu Hurairah RA, sesungguhnya Nabi SAW bersabda, "Apabila seseorang dari kamu mengimami orang banyak, hendaklah ia meringankannya karena diantara mereka ada yang anak kecil, ada yang sudah tua, ada yang lemah, dan ada pula yang sakit, akan tetapi apabila ia shalat sendirian, maka bolehlah ia shalat sebagaimana ia suka". [HR. Muslim juz 1, hal. 341]

عَن اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ: اِذَا صَلَّى اَحَدُكُمُ لِلنَّاسِ فَلْيُخَفّفْ فَاِنَّ فِى النَّاسِ الضَّعِيْفَ وَ السَّقِيْمَ وَ ذَا اْلحَاجَةِ. مسلم
Dari Abu Hurairah ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Apabila seseorang diantara kalian shalat mengimami orang banyak, hendaklah ia meringankannya, karena diantara mereka ada yang lemah, ada yang sakit, dan ada yang mempunyai keperluan". [HR. Muslim juz 1, hal. 341]


Hal-hal yang harus dilakukan oleh makmum dalam shalat berjama'ah.
1. Merapikan shaff serta meluruskan dan merapatkannya
عَنْ اَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: سَوُّوْا صُفُوْفَكُمْ فَاِنَّ تَسْوِيَةَ الصَّفّ مِنْ تَمَامِ الصَّلاَةِ. مسلم
Dari Anas bin Malik, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Ratakanlah shaff kalian, karena sesungguhnya meratakan shaff itu termasuk dari kesempurnaan shalat". [HR. Muslim, juz 1, hal. 324]
عَنِ اْلبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يَتَخَلَّلُ الصَّفَّ مِنْ نَاحِيَةٍ اِلىَ نَاحِيَةٍ يَمْسَحُ صُدُوْرَنَا وَ مَنَاكِبَنَا وَ يَقُوْلُ: لاَ تَخْتَلِفُوْا فَتَخْتَلِفَ قُلُوْبُكُمْ، وَ كَانَ يَقُوْلُ: اِنَّ اللهَ وَ مَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى الصُّفُوْفِ اْلاَوَّلِ. ابوداود
Dari Al-Bara' bin 'Azib, ia berkata : "Adalah Rasulullah SAW mendatangi barisan shaff dari sudut ke sudut, beliau meratakan dada-dada kami dan bahu-bahu kami sambil bersabda, "Janganlah kalian maju mundur, yang menyebabkan maju mundurnya hati kalian pula. Dan beliau bersabda,Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat atas ahli shaff yang pertama". [HR. Abu Dawud juz 1, hal. 178].

2. Menyambung shaff (menutup tempat yang longgar)
اِنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اَقِيْمُوا الصُّفُوْفَ وَحَاذُوْا بَيْنَ  اْلمَنَاكِبِ وَ سُدُّوا اْلخَلَلَ وَ لِيْنُوْا بِاَيْدِيْ اِخْوَانِكُمْ وَ لاَ تَذَرُوْا فُرُجَاتٍ لِلشَّيْطَانِ وَ مَنْ وَصَلَ صَفًّا وَصَلَهُ اللهُ وَ مَنْ قَطَعَ صَفًّا قَطَعَهُ اللهُ. ابو داود عن بن عمر
Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, "Luruskanlah shaff, dan sejajarkanlah bahu, dan tutuplah tempat yang longgar, dan lembutkanlah dirimu apabila ditarik oleh tangan-tangan saudara-saudaramu, dan janganlah kamu biarkan celah-celah syaithan. Dan barangsiapa menyambung shaff, niscaya Allah menyambungnya dan barangsiapa memotong shaff, niscaya Allah memotongnya". [HR. Abu Dawud juz 1, hal. 179, dari Ibnu Umar]

عَنْ اَبِى جُحَيْفَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَنْ سَدَّ فُرْجَةً فِى الصَّفّ غُفِرَ لَهُ. البزار باسناد حسن، فى الترغيب و الترهيب
Dari Abu Juhaifah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang menutup tempat yang kosong dalam shaff, ia diampuni (dari dosa-dosanya)". [HR. Al-Bazzar dengan sanad hasan, dalam Targhib wat Tarhib juz 1, hal 322]

3. Mengikuti segala gerak-gerik imam, tertib dan tidak mendahuluinya
عَنْ اَنَسٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَيُّهَا النَّاسُ اِنّى اِمَامُكُمْ فَلاَ تَسْبِقُوْنِى بِالرُّكُوْعِ وَلاَ بِالسُّجُوْدِ وَلاَ بِاْلقِيَامِ وَلاَ بِاْلقُعُوْدِ وَلاَ بِاْلاِنْصِرَافِ. احمد و مسلم، فى نيل الاوطار
Dari Anas, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah imam bagi kamu, maka janganlah kamu mendahului aku waktu ruku', sujud, berdiri, duduk dan salam". [HR. Ahmad dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 3, hal. 159]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: اِنَّمَا جُعِلَ اْلاِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ. فَاِذَا كَبَّرَ فَكَبّرُوْا وَلاَ تُكَبّرُوْا حَتَّى يُكَبّرَ، وَ اِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوْا وَلاَ تَرْكَعُوْا حَتَّى يَرْكَعَ، وَ اِذَا قَالَ سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، فَقُوْلُوْا: اَللّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ اْلحَمْدُ. وَ اِذَا سَجَدَ فَاسْجُدُوْا وَلاَ تَسْجُدُوْا حَتَّى يَسْجُدَ. وَ اِذَا صَلَّى قَائِمًا فَصَلُّوْا قِيَامًا، وَ اِذَا صَلَّى قَاعِدًا فَصَلُّوْا قُعُوْدًا اَجْمَعُوْنَ. ابو داود
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda,  "Sesungguhnya dijadikan imam itu untuk diturut. Apabila imam bertakbir maka bertakbirlah, dan janganlah kalian bertakbir sehingga imam bertakbir, apabila imam ruku' maka ruku'lah dan jangan kalian ruku' sehingga imam ruku', apabila imam mengucap Samialloohu liman hamidah, maka ucapkanlah, Alloohumma robbanaa lakal hamdu, apabila imam sujud, maka sujudlah dan jangan kalian bersujud sehingga imam bersujud. Apabila imam shalat dengan berdiri, maka shalatlah dengan berdiri, dan apabila imam shalat dengan duduk, maka shalatlah kalian dengan duduk semuanya". [HR. Abu Dawud juz 1, hal. 164]

4. Diam dan mendengarkan bacaan imam ketika imam membaca Al-Fatihah dan surah/ayat Al-Qur'an dengan jahr. Firman Allah SWT :
وَ اِذَا قُرِئَ اْلقُرْانُ فَاسْتَمِعُوْا لَه وَ اَنْصِتُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ. الاعراف:204
Apabila dibacakan Al-Qur'an, maka dengarkanlah dan perhatikanlah agar kalian mendapat rahmat. [QS. Al-A'raf : 204]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّمَا جُعِلَ اْلاِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ، فَاِذَا كَبَّرَ فَكَبّرُوْا وَ اِذَا قَرَأَ فَأَنْصِتُوْا، وَ اِذَا قَالَ: غَيْرِ اْلمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَ لاَ الضَّآلّيْنَ، فَقُوْلُوا: آمِيْنَ. وَ اِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوْا، وَ اِذَا قَالَ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، فَقُوْلُوْا: اَللّهُمَّ رَبَّنَا وَ لَكَ اْلحَمْدُ. وَ اِذَا سَجَدَ فَاسْجُدُوْا وَ اِذَا صَلَّى جَالِسًا فَصَلُّوْا جُلُوْسًا اَجْمَعِيْنَ. ابن ماجه
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya dijadikan imam itu untuk diturut, maka apabila dia bertakbir, maka bertakbirlah, dan apabila dia membaca, maka diamlah (mendengarkan). Apabila dia sudah membaca Ghoiril maghdluubi alaihim wa ladldloolliin, ucapkanlah Aamiin. Apabila dia ruku, maka rukulah. Apabila dia sudah membaca, Samialloohu liman hamidah, maka ucapkanlah, Alloohumma robbanaa wa lakal hamdu. Apabila dia sujud, maka sujudlah, dan apabila dia shalat dengan duduk maka shalatlah kamu sekalian dengan duduk. [HR. bnu Majah juz 1, hal. 276]

5. Membaca "Aamiin" bersama imam ketika imam selesai membaca Al-Fatihah.
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اِذَا قَالَ اْلاِمَامُ: غَيْرِ اْلمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالّيْنَ، فَقُوْلُوْا: آمِيْنَ. فَاِنَّهُ مَنْ وَافَقَ قَوْلُهُ قَوْلَ اْلمَلاَئِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ. البخارى
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Apabila imam sudah membaca "Ghoiril maghdluubi 'alaihim waladldloolliin", maka bacalah "Aamiin". Karena barangsiapa yang ucapannya itu bertepatan dengan ucapannya malaikat niscaya diampuni baginya dari dosa-dosanya yang telah lalu". [HR. Bukhari juz 1, hal. 190]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اِذَا اَمَّنَ اْلاِمَامُ فَاَمّنُوْا، فَاِنَّ مَنْ وَافَقَ تَأْمِيْنُهُ تَأْمِيْنَ اْلمَلاَئِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ. الجماعة، فى نيل الاوطار
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Apabila imam membaca "Aamiin", maka bacalah "Aamiin" karena sesungguhnya barangsiapa yang bacaan aminnya itu bertepatan dengan bacaan aminnya para malaikat, niscaya diampuni baginya dari dosa-dosanya yang telah lalu". [HR. Jama'ah, dalam Nailul Authar juz 2, hal. 247]

6. Cukup membaca "Robbanaa lakal hamdu" atau "Robbanaa wa lakal hamdu" atau bacaan i'tidal yang lain, setelah imam membaca "Sami'alloohu liman hamidah".
Sabda Nabi SAW :
وَ اِذَا قَالَ اْلاِمَامُ سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَقُوُلُوْا: رَبَّنَا وَ لَكَ اْلحَمْدُ. البخارى
Dan apabila imam membaca "Sami'alloohu liman-hamidah" hendaklah kamu membaca "Robbanaa wa lakal hamdu". [HR. Bukhari juz 1, hal. 195]

7. Memperingatkan Imam apabila keliru (Tasbih - untuk pria, Tepuk tangan - untuk wanita)

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَلتَّسْبِيْحُ لِلرّجَالِ وَ التَّصْفِيْقُ لِلنّسَاءِ. مسلم. و فى رواية  بمثله و زاد فى الصلاة
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Tasbih itu bagi laki-laki dan bertepuk tangan itu bagi wanita". [HR. Muslim juz 1, hal. 318. Dan dalam riwayat lain seperti itu dengan tambahan : "Di dalam shalat"].

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيّ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: يَا اَيُّهَا النَّاسُ مَا لَكُمْ حِيْنَ نَابَكُمْ شَيْءٌ فِى الصَّلاَةِ اَخَذْتُمْ فِى التَّصْفِيْقِ، اِنَّمَا التَّصْفِيْقُ للِنّسَاءِ. مَنْ نَابَهُ شَيْءٌ فِى صَلاَتِهِ فَلْيَقُلْ سُبْحَانَ اللهِ. البخارى
Dari Sahl bin Sa'ad As-Sa'idiy RA ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Hai manusia, mengapa kalian apabila terjadi sesuatu (kekeliruan) di dalam shalat, lalu kalian bertepuk ? Hanyasanya tepuk tangan itu untuk wanita. Barangsiapa yang terjadi sesuatu kekeliruan di dalam shalatnya maka hendaklah ia menegur dengan membaca "subhaanallooh". [HR. Bukhari juz 2, hal. 69]

8. Ancaman mendahului imam
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ مُحَمَّدٌ ص: اَمَا يَخْشَى الَّذِى رَفَعَ رَأْسَهُ قَبْلَ اْلاِمَامِ اَنْ يُحَوّلَ اللهُ رَأْسَهُ رَأْسَ حِمَارٍ. مسلم
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Nabi Muhammad SAW bersabda, "Apakah orang yang mengangkat kepalanya sebelum imam (mengangkat kepala) itu tidak takut bahwa Allah akan merubah kepalanya menjadi kepala himar ?". [HR. Muslim juz 1, hal. 320]

MTA tgl 31/07, 21/08, 18/09/2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar