Tarikh Al-Khulafaaur Raasyidiin
Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiiq
1. Nasabnya
Ibnu Sa’ad menyebutkan dalam kitab Thabaqaat-nya, bahwa nasab Abu Bakar Ash-Shiddiiq adalah sebagai berikut :
اَبُوْ بَكْرِ الصّدّيْقِ وَ اسْمُهُ عَبْدُ اللهِ بْنُ اَبِى قُحَافَةَ، وَ اسْمُهُ عُثْمَانُ بْنُ عَامِرِ بْنِ عَمْرِو بْنِ كَعْبِ بْنِ سَعْدِ بْنِ تَيْمِ بْنِ مُرَّةَ، وَ اُمُّهُ اُمُّ اْلخَيْرِ وَ اسْمُهَا سَلْمَى بِنْتُ صَخْرِ ابْنِ عَامِرِ بْنِ كَعْبِ بْنِ سَعْدِ بْنِ تَيْمِ بْنِ مُرَّةَ. الطبقات ابن سعد 3: 169
Abu Bakar Ash-Shiddiq namanya adalah ‘Abdullah bin Abu Quhaafah, (Abu Quhaafah) nama aslinya adalah‘Utsman bin ‘Aamir bin ‘Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah. Ibunya Abu Bakar adalah Ummul Khair, nama aslinya adalah Salma binti Shakhr bin ‘Aamir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah. [Thabaqaat Ibnu Sa’ad juz 3, hal. 169]
2. Keislamannya
Abu Bakar adalah orang laki-laki yang pertama kali masuk Islam setelah mendapatkan da’wah Nabi SAW. Adapun Khadijah istri Nabi SAWadalah orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan wanita. ‘Ali bin Abu Thalib adalah orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan anak-anak. Dan Zaid bin Haritsah adalah orang yang pertamakali masuk Islam dari golongan budak.
Keislaman Abu Bakar banyak membawa berkah bagi kaum muslimin. Dengan da’wah beliau maka masuk Islam pula ‘Abdur Rahman bin ‘Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, ‘Utsman bin ‘Affan, Zubair bin ‘Awwam dan Thalhah bin ‘Ubaidillah RA. Di awwal keislamannya dia menginfaqkan hartanya di jalan Allah sebanyak 4.000 dirham, dia banyak memerdekakan budak yang disiksa tuannya karena keislamannya. Diantaranya adalah Bilal bin Rabah RA. Dia selalu mengikuti Rasulullah SAW selama di Makkah, dan dialah yang mengiringi Rasulullah SAW ketika hijrah ke Madinah dan dia yang menemani Rasulullah SAW ketika bersembunyi dalam gua Tsur dalam perjalanan hijrah, hingga sampai di kota Madinah. Dan dia selalu mengikuti perang bersama Rasulullah SAW, pada perang Badar, perang Uhud, perang Khandaq, ketika penaklukan kota Makkah, perang Hunain dan perang Tabuk.
Ibnu Sa’ad meriwayatkan dalam kitab Thabaqaatnya :
كَانَ اَبُوْ بَكْرٍ مَعْرُوْفًا بِالتّجَارَةِ، لَقَدْ بُعِثَ النَّبِيُّ ص وَ عِنْدَهُ اَرْبَعُوْنَ اَلْفَ دِرْهَمٍ فَكَانَ يُعْتِقُ مِنْهَا وَ يُقَوّى اْلمُسْلِمِيْنَ حَتَّى قَدِمَ اْلمَدِيْنَةَ بِخَمْسَةِ آلاَفِ دِرْهَمٍ ثُمَّ كَانَ يَفْعَلُ فِيْهَا مَا كَانَ يَفْعَلُ بِمَكَّةَ. الطبقات ابن سعد 3: 172
Dahulu Abu Bakar seorang pedagang yang terkenal, kemudian ketika Nabi SAW diutus (diangkat menjadi Nabi), Abu Bakar ketika itu mempunyai uang 40.000 dirham, lalu dengan uang itu dia memerdekakan budak dan untuk menguatkan kaum muslimin. Dan ketika tiba di Madinah, dia mempunyai uang 5.000 dirham, kemudian dengan uang itu ia perbuat sebagaimana ketika di Makkah. [Thabaqaat Ibnu Sa’ad juz 3, hal. 172]
Abu Bakar adalah orang yang paling mudah menerima Islam.
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, Nabi SAW bersabda :
مَا كَلَّمْتُ فِى اْلاِسْلاَمِ اَحَدًا اِلاَّ اَبَى عَلَيَّ وَ رَاجَعَنِى اْلكَلاَمَ اِلاَّ ابْنُ اَبِى قُحَافَةَ فَاِنّى لَمْ اُكَلّمْهُ فِى شَيْءٍ اِلاَّ قَبَلَهُ وَ اسْتَقَامَ عَلَيْهِ. احسن القصص 3: 11
Tidak ada seorangpun yang aku ajak bicara tentang Islam (untuk masuk Islam) melainkan ia enggan dan membantah, kecuali Ibnu Abi Quhaafah (Abu Bakar), karena tidaklah aku mengatakannya sesuatu kepadanya melainkan ia pasti menerimanya dan betul-betul melaksanakannya. [Ahsanul Qashash juz 3, hal. 11]
Di dalam riwayat lain disebutkan :
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: هَلْ اَنْتُمْ تَارِكُوْ لِي صَاحِبِى؟ اِنّى قُلْتُ: اَيُّهَا النَّاسُ، اِنّى رَسُوْلُ اللهِ اِلَيْكُمْ جَمِيْعًا. فَقُلْتُمْ: كَذَبْتَ، وَ قَالَ اَبُوْ بَكْرٍ: صَدَقْتَ. احسن القصص 3: 11
Rasulullah SAW bersabda, “Apakah kalian akan meninggalkan shahabatku ? Sesungguhnya aku pernah menyeru, “Hai para manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian semua. Lalu kalian mengatakan, “Kamu bohong”. Sedang Abu Bakar berkata, “Engkau benar”. [Ahsanul Qashash juz 3, hal. 11]
Ibnu Hisyam menyebutkan di dalam Tarikhnya, sebagai berikut :
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يَقُوْلُ: مَا دَعَوْتُ اَحَدًا اِلىَ اْلاِسْلاَمِ اِلاَّ كَانَتْ فِيْهِ عِنْدَهُ كَبْوَةٌ وَ نَظَرٌ وَ تَرَدُّدٌ اِلاَّ مَا كَانَ مِنْ اَبِى بَكْرِ بْنِ اَبِى قُحَافَةَ، مَا عَكَمَ عَنْهُ حِيْنَ ذَكَرْتُهُ لَهُ، وَ مَا تَرَدَّدَ فِيْهِ. ابن هشام 2: 91
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah aku mengajak masuk Islam kepada seseorang pun, melainkan ia pasti tidak segera menerimanya, masih pikir-pikir dan ragu-ragu, melainkan Abu Bakar bin Abu Quhaafah, dia tidak perlu pikir-pikir dulu ketika aku mengajaknya masuk Islam, dan dia tanpa ragu-ragu. [Ibnu Hisyam juz 2, hal. 91]
Dan Abu Bakar selalu membela Nabi SAW sejak di Makkah. Bukhari meriwayatkan sebagai berikut :
عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ قَالَ: سَأَلْتُ عَبْدَ اللهِ بْنَ عَمْرٍو عَنْ اَشَدّ مَا صَنَعَ الْمُشْرِكُوْنَ بِرَسُوْلِ اللهِ ص؟ قَالَ: رَأَيْتُ عُقْبَةَ بْنَ اَبِيْ مُعَيْطٍ جَاءَ اِلَى النَّبِيّ ص وَ هُوَ يُصَلّي فَوَضَعَ رِدَاءَهُ فِي عُنُقِهِ فَخَنَقَهُ بِهِ خَنْقًا شَدِيْدًا، فَجَاءَ اَبُوْ بَكْرٍ حَتَّى دَفَعَهُ عَنْهُ ص فَقَالَ: اَتَقْتُلُوْنَ رَجُلاً اَنْ يَّقُوْلَ رَبّيَ اللهُ وَ قَدْ جَآءَكُمْ بِالْبَيّنتِ مِنْ رَبّكُمْ. البخارى 4: 197
Dari 'Urwah bin Zubair, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada 'Abdullah bin 'Amr tentang perbuatan yang paling keras yang dilakukan kaum musyrikin kepada Rasulullah SAW. Maka dia menjawab; "Aku pernah melihat 'Uqbah bin Abu Mu'aith mendatangi Nabi SAW saat beliau sedang shalat, lalu dia meletakkan selendangnya pada leher beliau lalu dia mencekiknya dengan sekuat-kuatnya. Kemudian Abu Bakar datang lalu melepaskan Nabi SAW seraya berkata, "Apakah kalian akan membunuh seseorang karena dia mengatakan “Tuhan ku adalah Allah?”. Sungguh dia telah datang dengan membawa keterangan-keterangan yang jelas dari Tuhan kalian". [HR. Bukhari juz 4, hal. 197]
Abu Bakar adalah shahabat Nabi SAW yang rajin beribadah dan sangat dermawan. Diriwayatkan dalam sebuah hadits sebagai berikut :
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ اَصْبَحَ مِنْكُمُ اْليَوْمَ صَائِمًا؟ فَقَالَاَبُوْ بَكْرٍ: اَنَا، فَقَالَ: مَنْ اَطْعَمَ مِنْكُمُ اْليَوْمَ مِسْكِيْنًا؟ قَالَ اَبُوْ بَكْرٍ : اَنَا، فَقَالَ: مَنْتَبِعَ مِنْكُمُ اْليَوْمَ جَنَازَةً؟ فَقَالَ اَبُوْ بَكْرٍ : اَنَا، قَالَ: مَنْ عَادَ مِنْكُمُ اْليَوْمَ مَرِيْضًا؟قَالَ اَبُوْ بَكْرٍ: اَنَا، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَا اجْتَمَعَتْ هذِهِ اْلخصَالُ قَطُّ فِى رَجُلٍاِلاَّ دَخَلَ اْلجَـنَّةَ. ابن خزيمة فى صحيحه 3: 304
Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah SAW pernah bertanya (kepada para shahabat), “Siapakah diantara kalian pada hari ini yang sejak pagi berpuasa ?” Abu Bakar menjawab, “Saya”. Rasulullah SAW bertanya lagi, “Siapakah diantara kalian pada hari ini yang sudah memberi makan orang miskin ?”, Abu Bakar menjawab, “Saya”. Rasulullah SAW bertanya lagi, “Siapakah diantara kalian yang hari ini sudah mengantarkan jenazah ?”. Abu Bakar menjawab, “Saya”. Rasulullah SAW bertanya lagi, “Siapakah diantara kalian pada hari ini yang sudah menjenguk orang sakit ?”. Abu Bakar menjawab, “Saya”. Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah perbuatan-perbuatan ini terkumpul pada seseorang melainkan dia akan masuk surga”. [HR. Ibnu Khuzaimah di dalam shahihnya, juz 3, hal. 304]
Dan Rasulullah SAW juga bersabda :
اِنَّ اَمَنَّ النَّاسِ عَلَيَّ فِى مَالِهِ وَ صُحْبَتِهِ اَبُوْ بَكْرٍ، وَ لَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا خَلِيْلاًلاَتَّخَذْتُ اَبَا بَكْرٍ خَلِيْلاً وَ لكِنْ اُخُوَّةُ اْلاِسْلاَمِ. مسلم 4: 1854
Sesungguhnya orang yang paling setia kepadaku dalam hal harta maupun berkawan adalah Abu Bakar. Seandainya aku boleh mengambil seorang kekasih, niscaya aku memilih Abu Bakar sebagai kekasihku. Akan tetapi yang ada adalah persaudaraan Islam.”. [HR. Muslim juz 4, hal. 1854]
3. Para istri dan putra-putri Abu Bakar RA.
Para istri Abu Bakar : 1. Qutailah binti ‘Abdul ‘Uzza, 2. Ummu Rumaan binti ‘Aamir, 3.Asma’ binti Umais, dan 4. Habiibah binti Khoorijah.
Adapun putri-putri Abu Bakar : 1. ‘Abdullah, 2.Asma’, 3. ‘Abdur Rahman, 4. ‘Aisyah (istri Nabi SAW). 5. Muhammad, 6. Ummu Kultsum.
Abu Bakar menikahi Qutailah binti Abdul ‘Uzza, Ummu Rumaan binti ‘Aamir, Asma’ binti ‘Umais dan Habiibah binti Khooriyah. Ibnu Sa’ad meriwayatkan di dalam kitab Thabaqaat nya sebagai berikut :
ِلاَبِى بَكْرٍ مِنَ اْلوَلَدِ عَبْدُ اللهِ وَ اَسْمَاءُ ذَاتُ النَّطَاقَيْنِ وَ اُمُّهُمَا قُتَيْلَةُ بِنْتُ عَبْدِ اْلعُزَّى بْنِ عَبْدِ اَسْعَدَ بْنِ نَضْرِ بْنِ مَالِكِ بْنِ حِسْلِ بْنِ عَامِرِ بْنِ لُؤَيّ،
Abu Bakar mempunyai putra bernama ‘Abdullah dan putri bernama Asmaa’ dzaatun Nithaaqain, yang terlahir dari istri Abu Bakar yang bernama Qutailah binti ‘Abdul Uzza bin ‘Abdi As’ad bin Nadlr binMalik bin Hislin bin‘Aamir bin Lu’aiy.
وَ عَبْدُ الرَّحْمنِ وَ عَائِشَةُ وَ اُمُّهُمَا اُمُّ رُومَانَ بِنْتُ عَامِرِ بْنِ عُوَيْمِرِ بْنِ عَبْدِ شَمْسِ بْنِ عَتَّابِ بْنِ اَذِيْنَةَ بْنِ سُبَيْعِ ابْنِ دُهْمَانَ بْنِ اْلحَارِثِ بْنِ غَنْمِ بْنِ مَالِكِ بْنِ كِنَانَةَ. وَ يُقَالُ: بَلْ هِيَ اُمُّ رُومَانَ بِنْتُ عَامِرِ بْنِ عُمَيْرَةَ بْنِ ذُهْلِ بْنِ دُهْمَانَ بْنِ اْلحَارِثِ بْنِ غَنْمِ بْنِ مَالِكِ بْنِ كِنَانَةَ.
Dan dia mempunyai putra bernama ‘Abdur Rahman dan putri bernama ‘Aisyah (istri Nabi SAW) yang terlahir dari istri Abu Bakar yang bernama Ummu Rumaan binti ‘Aamir bin ‘Uwaimir bin Abdi Syamsin bin ‘Attaab bin Adziinah bin Subai’ bin Duhmaan bin Al-Haarits bin Ghanmin bin Maalik bin Kinaanah. Dan ada yang mengatakan Ummu Rumaan nasabnya sebagai berikut : Ummu Rumaan binti ‘Aamir bin ‘Umairah bin Dzuhl bin Duhmaan bin Al-Haarits bin Ghanmin bin Maalik bin Kinaanah.
وَ مُحَمَّدُ بْنُ اَبِى بَكْرٍ وَ اُمُّهُ اَسْمَاءُ بِنْتُ عُمَيْسِ بْنِ مَعَدّ بْنِ تَيْمِ بْنِ اْلحَارِثِ بْنِ كَعْبِ بْنِ مَالِكِ بْنِ قُحَافَةَ بْنِ عَامِرِ بْنِ مَالِكِ بْنِ نَسْرِ بْنِ وَهْبِ اللهِ بْنِ شَهْرَانَ بْنِ عِفْرِسِ بْنِ حَلْفِ بْنِ اَفْتَلٍ، وَ هُوَ خَثْعَمٌ.
Dan dia mempunyai putra bernama Muhammad bin Abu Bakar, yang terlahir dari istrinya Abu Bakar yang bernama Asmaa’ binti ‘Umais bin Ma’add bin Taim bin Al-Haarits bin Ka’ab bin Maalik, bin Kuhaafah bin‘Aamir bin Maalik, bin Nasr bin Wahbillah bin Syahraan bin ‘Ifris bin Half bin Aftal, yaitu Khots’am.
وَ اُمُّ كُلْثُوْمٍ بِنْتُ اَبِى بَكْرٍ وَ اُمُّهَا حَبِيْبَةُ بِنْتُ خَارِجَةَ بْنِ زَيْدِ بْنِ اَبِى زُهَيْرٍ مِنْ بَنِى اْلحَارِثِ بْنِ اْلخَزْرَجِ. الطبقات ابن سعد 3: 169
Dia mempunyai puteri bernama Ummu Kultsum binti Abu Bakar, yang terlahir dari istrinya yang bernama Habiibah binti Khoorijah bin Zaid bin Abi Zuhair dari Bani Al-Haarits bin Al-Khozroj. [Thabaqaat Ibnu Sa’ad juz 3, hal. 169]
Di dalam Kitab Ahsanul Qashash disebutkan bahwa Abu Bakar, dulu namanya adalah ‘Abdul Ka’bah. Kemudian Rasulullah SAW menamakannya ‘Abdullah, dan dia diberi laqaban ‘Atiiq, karena Nabi SAW melihat kepadanya, lalu bersabda, “Haadzzaa ‘atiiqun minan naar”. (Ini terbebas dari neraka). Di dalam riwayat lain disebutkan (Nabi SAW bersabda), “Barangsiapa ingin melihat orang yang terbebas dari neraka, maka lihatlah kepada Abu Bakar”.
Dan di dalam haditsnya ‘Aisyah RA disebutkan bahwa Abu Bakar datang kepada Rasulullah SAW, lalu Rasulullah SAW bersabda, “Hai Abu Bakar, kamu adalah orang yang dibebaskan oleh Allah dari neraka”. Maka sejak hari itu ia dinamakan ’Atiiq. [Ahsanul Qashash juz 3, hal. 7]
Ibnu Hisyam berkata : Abu Bakar, namanya adalah ‘Abdullah, dan dia diberi laqaban ‘Atiiq (yang terbebas dari cela) karena memiliki wajah yang tampan. [Ibnu Hisyam juz 2, hal. 89]
Zamakhsyariy berkata : Kemungkinan beliau diberi kunyah Abu Bakar karena bersegera melakukan perbuatan-perbuatan yang terpuji. [Sirah Halabiyah juz 1, hal. 390]
Abu Bakar juga mendapat laqaban Ash-Shiddiiq, karena dia adalah orang yang cepat membenarkan apa saja yang dikatakan oleh Rasulullah SAW.
Abu Bakar Ash-Shiddiiq RA dilahirkan di Makkah dua tahun setelah kelahiran Nabi SAW, maka beliau lebih
4. Diantara keutamaan-keutamaannya
Abu Bakar Ash-Shiddiiq RA adalah salah seorang shahabat yang menemani Rasulullah SAW ketika hijrah dari Makkah ke Madinah, dan beliaulah yang menemani Rasulullah SAW ketika bersembunyi di dalam Gua Tsaur. Bukhari meriwayatkan sebagai berikut :
Baraa' bin 'Aazib meriwayatkan bahwa ayahnya berkata kepada Abu Bakar:
يَا اَبَا بَكْرٍ، حَدّثْنِى كَيْفَ صَنَعْتُمَا حِيْنَ سَرَيْتَ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ ص. قَالَ: نَعَمْ، اَسْرَيْنَا لَيْلَتَنَا وَ مِنَ اْلغَدِ حَتَّى قَامَ قَائِمُ الظَّهِيْرَةِ وَخَلاَ الطَّرِيْقُ لاَ يَمُرُّ فِيْهِ اَحَدٌ فَرُفِعَتْ لَنَا صَخْرَةٌ طَوِيْلَةٌ، لَهَا ظِلٌّ لَمْ تَأْتِ عَلَيْهِ الشَّمْسُ فَنَزَلْنَا عِنْدَهُ وَ سَوَّيْتُ لِلنَّبِيّ ص مَكَانًا بِيَدِى يَنَامُ عَلَيْهِ وَ بَسَطْتُ فِيْهِ فَرْوَةً وَ قُلْتُ: نَمْ يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَ اَنَا اَنْفُضُ لَكَ مَا حَوْلَكَ. فَنَامَ وَ خَرَجْتُ اَنْفُضُ مَا حَوْلَهُ فَاِذَا اَنَا بِرَاعٍ مُقْبِلٍ بِغَنَمِهِ اِلَى الصَّخْرَةِ يُرِيْدُ مِنْهَا مِثْلَ الَّذِى اَرَدْنَا، فَقُلْتُ: لِمَنْ اَنْتَ يَا غُلاَمُ؟ فَقَالَ: لِرَجُلٍ مِنْ اَهْلِ اْلمَدِيْنَةِ اَوْ مَكَّةَ. قُلْتُ: اَفِى غَنَمِكَ لَبَنٌ؟ قَالَ: نَعَمْ. قُلْتُ: اَفَتَحْلُبُ؟ قَالَ: نَعَمْ. فَاَخَذَ شَاةً، فَقُلْتُ: اُنْفُضِ الضَّرْعَ مِنَ التُّرَابِ وَ الشَّعَرِ وَ اْلقَذَى. قَالَ: فَرَأَيْتُ اْلبَرَاءَ يَضْرِبُ اِحْدَى يَدَيْهِ عَلَى اْلاُخْرَى يَنْفُضُ فَحَلَبَ فِى قَعْبٍ كُثْبَةً مِنْ لَبَنٍ وَ مَعِى اِدَاوَةٌ حَمَلْتُهَا لِلنَّبِيّ ص يَرْتَوِى مِنْهَا يَشْرَبُ وَ يَتَوَضَّأُ فَاَتَيْتُ النَّبِيَّ ص فَكَرِهْتُ اَنْ اُوْقِظَهُ فَوَافَقْتُهُ حِيْنَ اسْتَيْقَظَ فَصَبَبْتُ مِنَ اْلمَاءِ عَلَى اللَّبَنِ حَتَّى بَرَدَ اَسْفَلُهُ، فَقُلْتُ: اِشْرَبْ يَا رَسُوْلَ اللهِ. قَالَ: فَشَرِبَ حَتَّى رَضِيْتُ، ثُمَّ قَالَ: اَلَمْ يَأْنِ لِلرَّحِيْلِ؟ قُلْتُ: بَلَى. قَالَ: فَارْتَحَلْنَا بَعْدَمَا مَالَتِ الشَّمْسُ
"Hai Abu Bakar, ceritakanlah kepadaku bagaimana kalian berdua (Abu Bakar dan Rasulullah) berbuat ketika kamu dan Rasulullah SAW melakukan perjalanan malam (ketika keluar dari gua Tsaur hijrah ke Madinah)". Abu Bakar berkata, "Ya. Kami melakukan perjalanan (sebagian) malam dan sebagian siang harinya hingga tengah (siang) hari, dan dijalan lengang tidak ada seorangpun lewat, lalu nampak kepada kami sebuah batu besar yang memanjang dan terdapat naungan yang tidak terkena sinar matahari, lalu kami singgah disitu. Aku meratakan tempat dengan tanganku untuk tidur beliau dan aku menghamparkan pakaianku, lalu aku berkata, "Tidurlah, wahai Rasulullah, dan aku akan menjaga engkau dari sekeliling engkau". Beliau lalu tidur dan aku keluar menjaga di sekeliling beliau. Tiba-tiba datang seorang penggembala dengan kambingnya menuju ke arah batu itu bermaksud seperti maksud kami. Lalu aku bertanya, "Kepunyaan siapakah kamu ini ?". Ia menjawab, "Kepunyaan seorang laki-laki penduduk kota atau Makkah". Aku bertanya, "Apakah kambingmu ada yang bisa diperah susunya ?". Ia menjawab, "Ya". Aku berkata, "Apakah kamu berhaq memerah ?". Ia menjawab, "Ya". Lalu ia membawa seekor kambing, lalu aku (Abu Bakar) berkata, "Bersihkanlah tetek itu dari debu, bulu dan kotorannya". (Abu Ishaq) berkata, "Lalu aku melihat Baraa' memukulkan salah satu tangannya pada tangan lainnya, (isyarat membersihkan). Lalu orang itu memerah sedikit air susu ke dalam mangkuk. Aku (Abu Bakar) membawa ember (berisi air) yang aku bawa untuk keperluan minum dan wudlu Nabi SAW. Lalu aku mendatangi Nabi SAW dan aku tidak mau membangunkan beliau. Dan ketika aku datang, kebetulan beliau bangun. Lalu aku menuangkan air pada air susu itu hingga wadahnya yang bagian bawah terasa dingin, lalu aku berkata, "Minumlah, wahai Rasulullah". Beliau lalu minum hingga aku merasa lega. Kemudian beliau bersabda, "Apakah belum waktunya untuk berangkat ?". Aku menjawab, "Sudah". Lalu kami berangkat setelah matahari condong (ke barat).
وَ اتَّبَعَنَا سُرَاقَةُ بْنُ مَالِكٍ فَقُلْتُ اُتِيْنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ. فَقَالَ: لاَ تَحْزَنْ، اِنَّ اللهَ مَعَنَا فَدَعَا عَلَيْهِ النَّبِيُّ صفَارْتَطَمَتْ بِهِ فَرَسُهُ اِلَى بَطْنِهَا اُرَى فِى جَلَدٍ مِنَ اْلاَرْضِ شَكَّ زُهَيْرٌ، فَقَالَ: اِنّى اُرَاكُمَا قَدْ دَعَوْتُمَاعَلَيَّ فَادْعُوَا لِى فَاللهُ لَكُمَا اَنْ اَرُدَّ عَنْكُمَا الطَّلَبَ. فَدَعَا لَهُ النَّبِيُّ ص فَنَجَا فَجَعَلَ لاَ يَلْقَى اَحَدًا اِلاَّ قَالَ:كَفَيْتُكُمْ مَا هُنَا. فَلاَ يَلْقَى اَحَدًا اِلاَّ رَدَّهُ. قَالَ: وَ وَفَى لَنَا. البخارى 4: 180
Kemudian Suraqah bin Malik membuntuti kami, maka aku berkata, "Kita dibuntuti, wahai Rasulullah". Beliau bersabda, "Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita". Lalu Nabi SAW berdo’a terhadap Suraqah, lalu kuda Suraqah menancap (dua kaki depan) sampai perutnya. Aku mengira, ke dalam tanah cadas (Zuhair ragu). Kemudian Suraqah berkata, "Sungguh aku menyangka kamu berdua telah berdo’a terhadapku, maka do’akanlah untukku, niscaya Allah menolong kamu berdua, aku akan mengembalikan orang-orang yang mencari kamu". Kemudian Nabi SAW mendo’akan Suraqah, maka dia selamat. Lalu tidaklah Suraqah bertemu dengan seseorang (yang mencari beliau) kecuali dia berkata, "Aku cukupkan kamu (percayalah kepadaku), dia tidak ada di sini". Maka Suraqah tidak bertemu seseorang kecuali dia mengembalikannya. Abu Bakar berkata, "Dan Suraqah memenuhi (janjinya) kepada kami". [HR. Bukhari juz 4, hal. 180]
Abu Bakar juga berkata :
قُلْتُ لِلنَّبِيّ ص وَ اَنَا فِي الْغَارِ: لَوْ اَنَّ اَحَدَهُمْ نَظَرَ تَحْتَ قَدَمَيْهِ َلاَبْصَرَنَا. فَقَالَ: مَا ظَنُّكَ يَا اَبَا بَكْرٍ بِاثْنَيْنِ اللهُ ثَالِثُهُمَا. البخارى 4: 190
"Aku berkata kepada Nabi SAW saat berada di dalam gua; "Seandainya salah seorang dari mereka melihat ke bawah dua telapak kakinya, pasti dia melihat kita". Maka Rasulullah SAW bersabda, "Hai Abu Bakar, apakah kau kira kita hanya berdua, sesungguhnya Allah yang ketiganya". [HR. Bukhari juz 4, hal. 190]
Abu Bakar juga dipilih oleh Nabi SAW untuk mengimami shalat ketika beliau sakit, sebagaimana riwayat berikut :
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: اَمَرَ رَسُوْلُ اللهِ ص اَبَا بَكْرٍ اَنْ يُصَلّيَ بِالنَّاسِ فِي مَرَضِهِ، فَكَانَ يُصَلّي بِهِمْ. قَالَعُرْوَةُ: فَوَجَدَ رَسُوْلُ اللهِ ص مِنْ نَفْسِهِ خِفَّةً فَخَرَجَ وَ اِذَا اَبُوْ بَكْرٍ يَؤُمُّ النَّاسَ. فَلَمَّا رَآهُ أَبُوْ بَكْرٍ اسْتَأْخَرَفَاَشَارَ اِلَيْهِ رَسُوْلُ اللهِ ص اَيْ كَمَا اَنْتَ. فَجَلَسَ رَسُوْلُ اللهِ ص حِذَاءَ اَبِي بَكْرٍ اِلَى جَنْبِهِ. فَكَانَ اَبُوْبَكْرٍ يُصَلّي بِصَلاَةِ رَسُوْلِ اللهِ ص وَ النَّاسُ يُصَلُّوْنَ بِصَلاَةِ اَبِيْ بَكْرٍ. مسلم 1: 314
Dari ‘Aisyah, ia berkata : Pada waktu Rasulullah SAW sakit, beliau menyuruh Abu Bakar agar shalat bersama orang banyak, maka ia (Abu Bakar) shalat mengimami mereka. ‘Urwah berkata : Kemudian Rasulullah SAW merasa agak enak badannya, maka beliau keluar (ke masjid), dan ternyata Abu Bakar sedang mengimami mereka. Ketika Abu Bakar mengetahui kedatangan beliau, ia mundur, maka Rasulullah SAW memberi isyarat kepadanya yaitu, “Tetaplah kamu seperti semula”. Kemudian Rasulullah SAW duduk sejajar dengan Abu Bakar, yaitu di sampingnya. Maka Abu Bakar shalat mengikuti shalatnya Rasulullah SAW, sedangkan orang banyak shalat berma’mum kepada Abu Bakar”. [HR. Muslim juz 1, hal. 314]
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: لَمَّا ثَقُلَ رَسُوْلُ اللهِ ص جَاءَ بِلاَلٌ يُؤْذِنُهُ بِالصَّلاَةِ، فَقَالَ: مُرُوْا اَبَا بَكْرٍ فَلْيُصَلّبِالنَّاسِ. قَالَتْ، فَقُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اِنَّ اَبَا بَكْرٍ رَجُلٌ اَسِيْفٌ وَ اِنَّهُ مَتَى يَقُمْ مَقَامَكَ لاَ يُسْمِعِ النَّاسَ، فَلَوْاَمَرْتَ عُمَرَ. فَقَالَ: مُرُوْا اَبَا بَكْرٍ فَلْيُصَلّ بِالنَّاسِ. قَالَتْ، فَقُلْتُ لِحَفْصَةَ قُوْلِي لَهُ: اِنَّ اَبَا بَكْرٍ رَجُلٌاَسِيْفٌ وَ اِنَّهُ مَتَى يَقُمْ مَقَامَكَ لاَ يُسْمِعِ النَّاسَ، فَلَوْ اَمَرْتَ عُمَرَ؟ فَقَالَتْ لَهُ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّكُنََّلاَنْتُنَّ صَوَاحِبُ يُوْسُفَ؟ مُرُوْا اَبَا بَكْرٍ فَلْيُصَلّ بِالنَّاسِ. قَالَتْ: فَاَمَرُوْا اَبَا بَكْرٍ يُصَلّي بِالنَّاسِ. قَالَتْ:فَلَمَّا دَخَلَ فِي الصَّلاَةِ وَجَدَ رَسُوْلُ اللهِ ص مِنْ نَفْسِهِ خِفَّةً، فَقَامَ يُهَادَى بَيْنَ رَجُلَيْنِ وَ رِجْلاَهُ تَخُطَّانِفِي اْلاَرْضِ. قَالَتْ: فَلَمَّا دَخَلَ اْلمَسْجِدَ سَمِعَ اَبُوْ بَكْرٍ حِسَّهُ ذَهَبَ يَتَأَخَّرُ، فَاَوْمَأَ اِلَيْهِ رَسُوْلُ اللهِ ص: قُمْمَكَانَكَ. فَجَاءَ رَسُوْلُ اللهِ ص حَتَّى جَلَسَ عَنْ يَسَارِ اَبِي بَكْرٍ. قَالَتْ: فَكَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يُصَلّيبِالنَّاسِ جَالِسًا وَ اَبُوْ بَكْرٍ قَائِمًا. يَقْتَدِي اَبُوْ بَكْرٍ بِصَلاَةِ النَّبِيّ ص وَ يَقْتَدِي النَّاسُ بِصَلاَةِ اَبِي بَكْرٍ. مسلم1: 313
Dari ‘Aisyah, ia berkata : Ketika Rasulullah SAW sakit keras, Bilal datang memberitahu beliau bahwa waktu shalat sudah tiba. Beliau bersabda,“Suruhlah Abu Bakar untuk shalat bersama orang banyak”. Aku berkata, “Wahai Rasulullah, Abu Bakar itu orang yang mudah menangis, dan apabila ia menempati tempat engkau (sebagai imam), maka ia tidak bisa memperdengarkan suaranya kepada orang banyak. Sebaiknya engkau perintahkan kepada ‘Umar saja”. Beliau bersabda, “Suruhlah Abu Bakar untuk shalat bersama orang banyak”. (‘Aisyah) berkata : Lalu aku berkata kepada Hafshah, “Katakanlah kepada beliau, sesungguhnya Abu Bakar itu orang yang mudah menangis, dan apabila ia menempati tempat engkau (sebagai imam), ia tidak dapat memperdengarkan suaranya kepada orang banyak. Sebaiknya engkau perintahkan kepada ‘Umar saja”. Lalu Hafshah menyampaikannya kepada beliau, maka beliau bersabda, “Sesungguhnya kalian benar-benar (seperti) perempuan-perempuan Yusuf,“Suruhlah Abu Bakar supaya shalat mengimami orang banyak”. Akhirnya mereka menyuruh Abu Bakar untuk shalat mengimami orang banyak.‘Aisyah berkata : Diwaktu Abu Bakar shalat, Rasulullah SAW merasakan dirinya agak enak, lalu beliau berdiri dengan dipapah dua orang berjalan di atas tanah. ‘Aisyah berkata : Ketika beliau masuk masjid, Abu Bakar mendengar suara beliau, lalu ia mundur. Maka Rasulullah SAW memberi isyarat kepadanya, “Tetaplah berdiri di tempatmu”. Kemudian Rasulullah SAW datang, lalu duduk di sebelah kiri Abu Bakar. ‘Aisyah berkata : Beliau shalat bersama orang banyak dengan duduk, sedang Abu Bakar tetap berdiri. Abu Bakar mengikuti kepada shalatnya Nabi SAW, dan orang banyak mengikuti shalatnya Abu Bakar”. [HR. Muslim juz 1, hal. 313]
Abu Bakar adalah orang yang sangat banyak berbuat kebaikan. Bukhari meriwayatkan sebagai berikut :
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: مَنْ اَنْفَقَ زَوْجَيْنِ مِنْ شَيْءٍ مِنْ اْلاَشْيَاءِ فِي سَبِيْلِ اللهِ دُعِيَ مِنْ اَبْوَابِ يَعْنِي اْلجَنَّةَ، يَا عَبْدَ اللهِ، هذَا خَيْرٌ فَمَنْ كَانَ مِنْ اَهْلِ الصَّلاَةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّلاَةِ، وَ مَنْ كَانَ مِنْ اَهْلِ اْلجِهَادِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الْجِهَادِ وَ مَنْ كَانَ مِنْ اَهْلِ الصَّدَقَةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّدَقَةِ وَ مَنْ كَانَ مِنْ اَهْلِ الصّيَامِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصّيَامِ وَ بَابِ الرَّيَّانِ، فَقَالَ اَبُوْ بَكْرٍ: مَا عَلَى هذَا الَّذِي يُدْعَى مِنْ تِلْكَ اْلاَبْوَابِ مِنْ ضَرُوْرَةٍ، وَ قَالَ: هَلْ يُدْعَى مِنْهَا كُلّهَا اَحَدٌ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: نَعَمْ وَ اَرْجُوْ اَنْ تَكُوْنَ مِنْهُمْ يَا اَبَا بَكْرٍ. البخارى 4: 193
Dari Abu Hurairah, ia berkata, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang menginfaqkan dua jenis dari hartanya di jalan Allah, maka dia akan dipanggil dari pintu-pintu surga; (lalu dikatakan kepadanya): "Wahai ‘Abdullah, inilah kebaikan (dari apa yang kamu amalkan). Maka barangsiapa dari kalangan ahli shalat dia akan dipanggil dari pintu shalat, dan barangsiapa dari kalangan ahli jihad, dia akan dipanggil dari pintu jihad, barangsiapa dari kalangan ahli shadaqah dia akan dipanggil dari pintu shodaqah, barangsiapa dari kalangan ahli shiyam (puasa) dia akan dipanggil dari pintu puasa dan pintu ar-Rayyan ". Lantas Abu Bakar bertanya; "Jika seseorang dipanggil dari satu pintu dari pintu-pintu yang ada, itu sudah jelas !". Dia bertanya lagi; "Ya Rasulullah, apakah mungkin satu orang akan dipanggil dari pintu-pintu itu semuanya?". Rasulullah SAW menjawab; "Benar, dan aku berharap kamu termasuk diantara mereka, wahai Abu Bakar'. [HR. Bukhari juz 4, hal. 193]
5. Pembai’atan Abu Bakar Ash-Shiddiiq RA
Bukhari meriwayatkan sebagai berikut :
عَنْ عَائِشَةَ رض زَوْجِ النَّبِىّ ص اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص مَاتَ وَ اَبُوْ بَكْرٍ بِالسُّنْحِ. قَالَ اِسْمَاعِيْلُ يَعْنِى بِاْلعَالِيَةِ، فَقَامَ عُمَرُ يَقُوْلُ: وَ اللهِ مَا مَاتَ رَسُوْلُ اللهِ ص. قَالَتْ وَ قَالَ عُمَرُ: وَ اللهِ مَا كَانَ يَقَعُ فِى نَفْسِى اِلاَّ ذَاكَ وَ لَيَبْعَثَنَّهُ اللهُ فَلَيَقْطَعَنَّ اَيْدِىَ رِجَالٍ وَ اَرْجُلَهُمْ . فَجَاءَ اَبُوْ بَكْرٍ فَكَشَفَ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ ص فَقَبَّلَهُ، قَالَ: بِاَبِى اَنْتَ وَ اُمّى طِبْتَ حَيًّا وَ مَيّتًا، وَ اللهِ الَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ، لاَ يُذِيْقُكَ اللهُ الْمَوْتَتَيْنِ اَبَدًا. ثُمَّ خَرَجَ فَقَالَ: اَيُّهَا اْلحَالِفُ عَلَى رِسْلِكَ. فَلَمَّا تَكَلَّمَ اَبُوْ بَكْرٍ جَلَسَ عُمَرُ. فَحَمِدَ اللهَ اَبُوْ بَكْرٍ وَ اَثْنَى عَلَيْهِ وَ قَالَ: اَلاَ مَنْ كَانَ يَعْبُدُ مُحَمَّدًا ص فَاِنَّ مُحَمَّدًا ص قَدْ مَاتَ، وَ مَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللهَ فَاِنَّ اللهَ حَىٌّ لاَ يَمُوْتُ. وَ قَالَ: اِنَّكَ مَيّتٌ وَ اِنَّهُمْ مَيّتُوْنَ) وَ قَالَ (وَ مَا مُحَمَّدٌ اِلاَّ رَسُوْلٌ، قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ، اَفَاِنْ مَّاتَ اَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلى اَعْقَابِكُمْ، وَ مَنْ يَّنْقَلِبْ عَلى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَّضُرَّ اللهَ شَيْئًا، وَ سَيَجْزِى اللهُ الشَّاكِرِيْنَ). قَالَ فَنَشَجَ النَّاسُ يَبْكُوْنَ. البخارى 4: 193
Dari ‘Aisyah RA, istri Nabi SAW bahwasanya Rasulullah SAW telah wafat, sedangkan Abu Bakar berada di Sunhi. Isma’il (perawi) berkata, “Yaitu suatu tempat di perbukitan”. Kemudian ‘Umar berdiri dan berkata, “Demi Allah, Rasulullah SAW tidak mati”. ‘Aisyah mengatakan : Dan ‘Umar berkata, “Demi Allah, tidak ada yang terlintas di hatiku kecuali itu. Dan Allah pasti akan menghidupkan beliau kembali, lalu pasti akan memotong tangan dan kaki orang-orang (yang mengatakan Nabi SAW telah mati)”. Kemudian Abu Bakar RA datang, lalu membuka (wajah) Rasulullah SAW dan menciumnya sambil berkata, “Aku tebusi engkau dengan ayah dan ibuku, engkau adalah orang yang baik, hidup ataupun mati. Demi Allah yang diriku di tangan-Nya, Allah tidak akan mencicipkan kepadamu dua kematian selamanya”. Kemudian Abu Bakar keluar dan berkata (kepada ‘Umar), “Wahai orang yang bersumpah, jangan tergesa-gesa !”. Setelah Abu Bakar berbicara, maka ‘Umar duduk. Abu Bakar lalu memuji Allah dan menyanjung-Nya, dan berkata, “Ketahuilah, barangsiapa menyembah Muhammad SAW, maka sesungguhnya Muhammad telah meninggal. Dan barangsiapa menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah Maha hidup, tidak akan mati, dan Dia berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya kamu akan mati, dan sesungguhnya mereka akan mati (pula). [QS. Az-Zumar : 30]. Dan Allah berfirman (yang artinya), “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia meninggal atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad) ? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan madlarat kepada Allah sedikitpun. Dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur”. [QS. Ali ‘Imran : 144]. Perawi berkata, “Lalu orang-orang menangis tersedu-sedu”. [HR. Bukhari juz 4, hal. 193]
قَالَ: وَ اجْتَمَعَتِ اْلاَنْصَارُ اِلَى سَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ فِى سَقِيْفَةِ بَنِى سَاعِدَةَ فَقَالُوْا مِنَّا اَمِيْرٌ وَ مِنْكُمْ اَمِيْرٌ، فَذَهَبَ اِلَيْهِمْ اَبُوْ بَكْرٍ الصّدّيْقُ وَ عُمَرُ بْنُ اْلخَطَّابِ وَ اَبُوْ عُبَيْدَةَ بْنُ اْلجَرَّاحِ، فَذَهَبَ عُمَرُ يَتَكَلَّمُ فَاَسْكَتَهُ اَبُوْ بَكْرٍ، وَ كَانَ عُمَرُ يَقُوْلُ: وَ اللهِ مَا اَرَدْتُ بِذلِكَ اِلاَّ اَنّى قَدْ هَيَّأْتُ كَلاَمًا قَدْ اَعْجَبَنِى خَشِيْتُ اَنْ لاَ يَبْلُغَهُ اَبُوْ بَكْرٍ، ثُمَّ تَكَلَّمَ اَبُوْ بَكْرٍ فَتَكَلَّمَ اَبْلَغَ النَّاسِ، فَقَالَ فِى كَلاَمِهِ: نَحْنُ اْلاُمَرَاءُ وَ اَنْتُمُ الْوُزَرَاءُ. فَقَالَ حُبَابُ بْنُ الْمُنْذِرِ: لاَ وَ اللهِ، لاَ نَفْعَلُ، مِنَّا اَمِيْرٌ وَ مِنْكُمْ اَمِيْرٌ. فَقَالَ اَبُوْ بَكْرٍ: لاَ، وَ لكِنَّا اْلاُمَرَاءُ وَ اَنْتُمُ الْوُزَرَاءُ، هُمْ اَوْسَطُ الْعَرَبِ دَارًا وَ اَعْرَبُهُمْ اَحْسَابًا، فَبَايِعُوْا عُمَرَ بْنَ اْلخَطَّابِ اَوْ اَبَا عُبَيْدَةَ. فَقَالَ عُمَرُ: بَلْ نُبَايِعُكَ اَنْتَ، فَاَنْتَ سَيّدُنَا وَ خَيْرُنَا وَ اَحَبُّنَا اِلَى رَسُوْلِ اللهِ ص. فَاَخَذَ عُمَرُ بِيَدِهِ فَبَايَعَهُ، وَ بَايَعَهُ النَّاسُ، فَقَالَ قَائِلٌ: قَتَلْتُمْ سَعْدَ بْنَ عُبَادَةَ. فَقَالَ عُمَرُ: قَتَلَهُ اللهُ. البخارى 4: 194
Perawi berkata, “Shahabat-shahabat Anshar berkumpul kepada Sa’ad bin ‘Ubadah di Saqifah (bangsal) Bani Sa’idah, lalu mereka berkata, “Dari kami ada seorang pemimpin dan dari kalian ada seorang pemimpin”. Kemudian berangkatlah Abu Bakar Ash-Shiddiiq, ‘Umar bin Khaththab dan Abu ‘Ubaidah bin Jarrah kepada mereka, lalu ‘Umar berbicara, kemudian ia disuruh diam oleh Abu Bakar, ‘Umar berkata, “Demi Allah, aku tidak menghendaki hal itu, tetapi saya telah mempersiapkan suatu pembicaraan yang mena’jubkan diriku, yang aku khawatirkan tidak disampaikan oleh Abu Bakar”. Kemudian Abu Bakar berbicara dengan pembicaraan yang sangat tegas. Perkataan yang beliau katakan, “Kami adalah pemimpin pemerintahan, sedangkan kalian adalah pembantu (menteri-menteri)”. Lalu Hubab bin Mundzir berkata, “Tidak, demi Allah, kami tidak mau yang demikian, tetapi dari kami ada seorang pemimpin dan dari kalian ada seorang pemimpin pula”. Abu Bakar berkata, “Tidak, tetapi kamilah pemimpin pemerintahan, sedangkan kalian sebagai pembantu (menteri-menteri). Mereka (suku Quraisy) adalah bangsa ‘Arab yang paling tengah tempat tinggalnya dan yang paling murni keturunan ‘Arabnya. Maka berbai’atlah kalian kepada ‘Umar bin Khaththab atau Abu ‘Ubaidah”. ‘Umar berkata, “Bahkan kami berbai’at kepadamu (wahai Abu Bakar). Engkau adalah pemimpin kami, orang yang terbaik diantara kami dan paling dicintai oleh Rasulullah SAW diantara kami”. Lalu ‘Umar menjabat tangannya dan berbai’at kepadanya, lalu orang-orang pun berbai’at kepadanya. Ada seseorang berkata, “Kalian membinasakan Sa’ad bin ‘Ubadah”. Maka ‘Umar berkata, “Semoga Allah yang membinasakannya”. [HR. Bukhari juz 4, hal. 194]
Dalam riwayat lain disebutkan sebagai berikut :
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ اَنَّ اَبَا بَكْرٍ خَرَجَ وَ عُمَرُ بْنُ اْلخَطَّابِ يُكَلّمُ النَّاسَ فَقَالَ: اِجْلِسْ يَا عُمَرُ. فَاَبَى عُمَرُ اَنْ يَجْلِسَ. فَاَقْبَلَ النَّاسُ اِلَيْهِ وَ تَرَكُوْا عُمَرَ، فَقَالَ اَبُوْ بَكْرٍ: اَمَّا بَعْدُ، فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ يَعْبُدُ مُحَمَّدًا ص فَاِنَّ مُحَمَّدًا قَدْ مَاتَ، وَ مَنْ كَانَ مِنْكُمْ يَعْبُدُ اللهَ فَاِنَّ اللهَ حَيٌّ لاَ يَمُوْتُ. قَالَ اللهُ تَعَالَى (وَ مَا مُحَمَّدٌ اِلاَّ رَسُوْلٌ، قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ (اِلَى قَوْلِهِ الشَّاكِرِيْنَ) وَ قَالَ: وَ اللهِ لَكَاَنَّ النَّاسَ لَمْ يَعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ اَنْزَلَ هذِهِ اْلآيَةَ حَتَّى تَلاَهَا اَبُوْ بَكْرٍ، فَتَلَقَّاهَا النَّاسُ مِنْهُ كُلُّهُمْ، فَمَا اَسْمَعُ بَشَرًا مِنْ النَّاسِ اِلاَّ يَتْلُوْهَا. البخارى 5: 143
Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas, bahwasanya Abu Bakar keluar, sedangkan ‘Umar waktu itu berbicara dengan orang banyak. Kemudian Abu Bakar berkata (kepada ‘Umar), “Duduklah wahai ‘Umar”, ‘Umar tidak mau duduk. Maka orang-orang menghadap (Abu Bakar) dan membiarkan ‘Umar. Lalu Abu Bakar berkata, “Amma ba’du, barangsiapa diantara kalian yang menyembah Muhammad SAW, maka sesungguhnya Muhammad telah meninggal. Dan barangsiapa diantara kalian yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Hidup, tidak akan mati. Allah Ta’alaa berfirman (yang artinya), “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia meninggal atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad) ? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan madlarat kepada Allah sedikitpun. Dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur”. [QS. Ali ‘Imran : 144]. Perawi berkata, “Demi Allah, seolah-olah orang-orang belum mengetahui bahwa Allah telah menurunkan ayat ini sehingga Abu Bakar membacanya. Maka masing-masing orang lalu membacanya, sehingga aku dengar setiap orang tentu membacanya”. [HR. Bukhari juz 5, hal. 143]
فَاَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ اَنَّ عُمَرَ قَالَ: وَ اللهِ مَا هُوَ اِلاَّ اَنْ سَمِعْتُ اَبَا بَكْرٍ تَلاَهَا فَعَقِرْتُ حَتَّى مَا تُقِلُّنِي رِجْلاَيَ وَ حَتَّى اَهْوَيْتُ اِلَى اْلاَرْضِ حِيْنَ سَمِعْتُهُ تَلاَهَا اَنَّ النَّبِيَّ ص قَدْ مَاتَ. البخارى 5: 143
Perawi (Az-Zuhriy) berkata : Sa’id bin Musayyab mengkhabarkan kepadaku bahwasanya ‘Umar berkata, “Demi Allah, seolah-olah aku belum pernah mendengarnya sehingga Abu Bakar membacanya. Maka akupun lemas, sehingga kedua kakiku tidak mampu menopangku, sehingga aku jatuh ke tanah ketika aku mendengar dia membacanya, bahwa Nabi telah wafat”. [HR. Bukhari juz 5, hal. 143]
Pidato ‘Umar bin Khaththab setelah pembai’atan Abu Bakar
Ibnu Ishaaq meriwayatkan sebagai berikut :
قَالَ ابْنُ اِسْحَاقَ حَدَّثَنِي الزُّهْرِيُّ قَالَ حَدَّثَنِي اَنَسُ بْنُ مَالِكٍ قَالَ لَمَّا بُوْيِعَ اَبُوْ بَكْرٍ فِي السَّقِيْفَةِ، وَ كَانَ اْلغَدُ جَلَسَ اَبُو بَكْرٍ عَلَى اْلمِنْبَرِ، فَقَامَ عُمَرُ فَتَكَلَّمَ قَبْلَ اَبِي بَكْرٍ، فَحَمِدَ اللهَ وَ اَثْنَى عَلَيْهِ بِمَا هُوَ اَهْلُهُ ثُمَّ قَالَ: اَيُّهَا النَّاسُ اِنّي كُنْتُ قُلْتُ لَكُمْ اَمْسِ مَقَالَةً مَا كَانَتْ مِمَّا وَجَدْتُهَا فِي كِتَابِ اللهِ وَ لاَ كَانَتْ عَهْدًا عَهِدَ اِلَيَّ رَسُوْلُ اللهِ ص، وَ لكِنّي قَدْ كُنْتُ اَرَى اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص سَيُدَبّرُ اَمْرَنَا، يَقُوْلُ يَكُوْنُ آخِرَنَا وَ اَنَّ اللهَ قَدْ اَبْقَى فِيْكُمْ كِتَابَهُ الَّذِي بِهِ هَدَى اللهُ رَسُوْلَهُ ص، فَاِنِ اعْتَصَمْتُمْ بِهِ هَدَاكُمُ اللهُ لِمَا كَانَ هَدَاهُ لَهُ، وَ اِنَّ اللهَ قَدْ جَمَعَ اَمْرَكُمْ عَلَى خَيْرِكُمْ صَاحِبِ رَسُوْلِ اللهِ ص وَ ثَانِي اثْنَيْنِ اِذْ هُمَا فِي اْلغَارِ. فَقُوْمُوْا فَبَايِعُوْهُ، فَبَايَعَ النَّاسُ اَبَا بَكْرٍ بَيْعَةَ اْلعَامَّةِ بَعْدَ بَيْعَةِ السَّقِيْفَةِ. ابن هشام 6: 82
Ibnu Ishaq berkata, Az-Zuhriy menceritakan kepadaku, ia berkata : Anas bin Malik menceritakan kepadaku, “Setelah Abu Bakar dibai’at di Saqifah, pagi harinya beliau duduk di mimbar, lalu ‘Umar berdiri dan berbicara sebelum Abu Bakar. Dia memuji Allah dan menyanjung-Nya dengan pujian yang pantas untuk-Nya, kemudian ‘Umar berkata, “Wahai para manusia, sesungguhnya kemarin aku mengatakan kepada kalian suatu ucapan yang tidak terdapat di dalam kitab Allah, dan bukan pula janji yang dijanjikan kepadaku oleh Rasulullah SAW, akan tetapi sungguh aku melihat bahwasanya Rasulullah akan menjaga urusan kita sampai akhir., sungguh Allah telah menetapkan pada kalian kitab-Nya yang dengan kitab itu Allah menunjuki Rasul-Nya SAW, maka jika kalian berpegang teguh kepadanya, niscaya Allah menunjuki kalian kepada jalan yang Allah telah menunjukkan kepada Rasul-Nya. Dan sesungguhnya Allah telah mengumpulkan urusan kalian pada orang yang terbaik diantara kalian dari shahabat Rasulullah SAW, salah seorang diantara dua orang yang pernah berada di dalam gua. Maka berdirilah kalian dan bai’atlah dia”. Maka orang-orang lalu berdiri dan membai’at Abu Bakar secara umum setelah bai’at di Saqifah. [Ibnu Hisyam juz 6, hal. 82]
Pidato Abu Bakar setelah pembai’atan dirinya
Ibnu Ishaaq meriwayatkan sebagai berikut :
فَتَكَلَّمَ اَبُوْ بَكْرٍ فَحَمِدَ اللهَ وَ اَثْنَى عَلَيْهِ بِالَّذِى هُوَ اَهْلُهُ، ثُمَّ قَالَ: اَمَّا بَعْدُ، اَيُّهَا النَّاسُ فَاِنّيِ قَدْ وُلِيْتُ عَلَيْكُمْ وَ لَسْتُ بِخَيْرِكُمْ، فَاِنْ اَحْسَنْتُ فَاَعِيْنُوْنِي وَ اِنْ اَسَأْتُ فَقَوّمُوْنِي، اَلصّدْقُ اَمَانَةٌ وَالْكَذِبُ خِيَانَةٌ، وَالضَّعِيْفُ فِيْكُمْ قَوِيٌّ عِنْدِي حَتَّى اُرِيْحَ عَلَيْهِ حَقَّهُ اِنْ شَاءَ اللهُ، وَ اْلقَوِيُّ فِيْكُمْ ضَعِيْفٌ عِنْدِي حَتَّى آخُذَ اْلحَقَّ مِنْهُ اِنْ شَاءَ اللهُ، لاَ يَدَعُ قَوْمُ اْلجِهَادَ فِي سَبِيْلِ اللهِ اِلاَّ ضَرَبَهُمُ اللهُ بِالذُّلّ وَ لاَ تَشِيْعُ اْلفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ اِلاَّ عَمَّهُمُ اللهُ بِاْلبَلاَءِ، اَطِيْعُوْنِي مَا اَطَعْتُ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ، فَاِذَا عَصَيْتُ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ فَلاَ طَاعَةَ لِي عَلَيْكُمْ، قُوْمُوْا اِلىَ صَلاَتِكُمْ يَرْحَمُكُمُ اللهُ. ابن هشام 6: 82
Kemudian Abu Bakar berpidato. Dia memuji Allah dan menyanjung-Nya dengan pujian yang pantas untuk-Nya. Kemudian Abu Bakar berkata,“Amma ba’du, wahai para manusia, sesungguhnya saya telah diserahi untuk memimpin kalian, padahal saya bukanlah orang paling baik diantara kalian. Maka jika saya melakukan yang baik, bantulah saya. Dan jika saya melakukan tindakan yang buruk (menyeleweng), luruskanlah saya. Jujur adalah amanah, sedangkan kebohongan adalah pengkhianatan. Orang yang lemah diantara kalian adalah kuat dalam pandangan saya, sehingga saya kembalikan hak-haknya, insyaa Allah. Sedangkan orang yang kuat diantara kalian adalah lemah di hadapan saya, sehingga saya ambilkan hak orang lain darinya, insyaa Allah. Dan tidak ada satu kaumpun yang meninggalkan jihad di jalan Allah kecuali Allah akan menimpakan kehinaan kepada mereka. Dan tidak pula perbuatan keji merajalela pada satu kaum kecuali Allah akan menimpakan bencana kepada mereka. Tha’atlah kalian kepadaku selama aku tha’at kepada Allah dan Rasul-Nya, dan jika aku ma’shiyat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka tidak ada kewajiban thaat kalian kepadaku. Sekarang berdirilah kalian untuk melaksanakan shalat, semoga Allah merahmati kalian”. [Ibnu Hisyam juz 6, hal. 82]
mta 01/30, 02/20 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar