Peran Orang Tua dalam Membentuk Kepribadian
Anak
Pernahkah Anda
memandang anak-anak Anda dengan penuh rasa dan harapan? Sembari berdoa
agar kelak tumbuh menjadi anak-anak yang shaleh. Ataukah Anda
melihat mereka seakan tidak membawa pesan apapun?
Anak-anak adalah
generasi yang mesti dijaga dan tak boleh disia-siakan.
Lalu langkah apa yang
mesti ditempuh kedua orang tua dalam membentuk kepribadian anak?
Langkah pertama dan
yang paling penting adalah Kesalehan orang tua. Dengan kesalehan keduanya,
anak-anak akan menjadi baik. Anak-anak tumbuh sesuai yang dibiasakan orang
tuanya.
Penyebutan ibu
didahulukan dari ayah karena beban terbesar dalam pendidikan anak berada di
pundak ibu.Kebersamaan seorang ibu bersama anak-anaknya lebih lama dibanding
seorang ayah yang sibuk mencari rezeki. Seorang ibu adalah pendidik pertama
bagi anak-anaknya agar tumbuh mencintai dan mengamalkan agama ini. Generasi
yang demikian haruslah tumbuh dari tanah yang baik dan subur.
Ibulah madrasah
pertama yang menelurkan ulama, dai dan mujahid-mujahid pemberani. Karenanya ibu
(istri) solehah amatlah penting dalam membangun masyarakat dan
melahirkan generasi yang diberkahi. Rasulullah ` pun
mendorong dan memotivasi hal ini dengan sabdanya, “Wanita dinikahi karena
empat hal; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya dan agamanya. Pilihlah
agamanya maka engkau tidak akan menyesal.” (HR. Bukhari).
Benar…
Beruntunglah Anda yang
memilih istri solehah lagi berilmu, sehingga melahirkan untuk umat ini ulama.
Beruntunglah Anda yang
memilih istri mujahidah (pejuang), sehingga melahirkan untuk
umat ini para kesatria.
Beruntunglah Anda yang
memilih istri pendakwah, sehingga melahirkan untuk umat ini para juru dakwah.
Beruntunglah Anda yang
memilih istri yang ahli ibadah, sehingga melahirkan untuk umat ini para ahli
ibadah.
Yah, Anda sangat
beruntung.
Karenanya para ibu
memiliki peran besar dan agung dalam membangun kepribadian anak dan mendidik
mereka agar mengamalkan agama ini. Demikian juga para ayah, yang memiliki peran
besar yang tidak lebih kecil dari peran ibu.
CONTOH PRAKTIS
Pentingnya Kesalehan
Ibu dan Ayah dalam Membangun Kepribadian Anak
Seorang ibu yang
senantiasa menghentikan segala aktivitas ketika mendengar kumandang azan lalu
meminta anak-anak untuk melakukan hal yang sama. Menjelaskan kepada mereka
bahwa Allah l akan mencintai kita jika kita menunaikan shalat tepat
pada waktunya. Kemudian segera berwudhu dan melaksanakan shalat.
Dengan demikian,
anak-anak akan tumbuh sedari dini melaksanakan shalat tepat pada waktunya.
Kenapa? Karena mereka telah belajar sejak kecil bahwa siapa yang melaksanakan
shalat pada waktunya akan dicintai oleh Allah.
Kisah-kisah pentingnya
peran orang tua dalam membangun kepribadian anak:
Sejarah Islam yang
mulia merekam kisah-kisah dan contoh kepribadian anak yang dipengaruhi oleh
kepribadian ayah dan ibu mereka. Di antaranya:
Kisah
Keberanian Ayah Abdullah bin Zubair
Ternyata menurut
berbagai riwayat, keberanian Abdullah Ibn az-ZubairE adalah pengaruh dari
keberanian ayah dan ibunya cyang ditirunya.
Al-Laits meriwayatkan
dari Abul Aswad dari Urwah, katanya, “Az-Zubair memeluk Islam dalam usia 8
tahun. Suatu waktu dia pernah tersugesti oleh setan bahwa
Rasulullah `ditangkap di dataran tinggi Mekkah. Az-Zubair yang masih
kanak-kanak, berusia 12 tahun keluar rumah sambil membawa pedang. Setiap
orang yang melihatnya terheran-heran dan berkata, “Anak kecil menenteng
pedang?!”
Hingga akhirnya
az-Zubair muda bertemu Nabi`. Nabi `turut heran terhadapnya dan bertanya,
“Ada apa denganmu
wahai az-Zubair?!”
Az-Zubair mengabarkan
(sugesti yang terlintas dalam fikirannya) seraya berkata,
“Aku datang untuk
memenggal leher siapa pun yang menangkapmudengan pedangku ini!” (Siar a’lam an-Nubala, I/41-42).
Kisah
Keberanian Ibu Abdullah bin Zubair
Dialah Asma binti Abu
Bakar ,
Imam adz-Zahabi
berkata, “Abu al-Muhayyah bin Ya’la at-Taymi menceritakan kepada kami dari
ayahnya, katanya, “Aku masuk Mekkah setelah tiga hari terbunuhnya Ibnu
az-Zubair yang terpasung. Ibunya yang sudah renta datang dan berkata kepada
al-Hajjaj:
“Bukankah sekarang
saatnya bagi yang terpasung (Abdullah bin Zubair) untuk diturunkan?”
“Si munafik?” Sela
al-Hajjaj.
“Demi Allah, dia
bukanlah orang munafik. Dia adalah anak yang senantiasa berpuasa, shalat malam
dan berbakti pada orang tua,” sergah Ibu Ibnu az-Zubair.
“Pergilah engkau wahai
orang tua, engkau tengah membual.” Ucap al-Hajjaj.
Ibu Ibnu Zubair
berkata lagi, “Tidak, demi Allah, aku tidaklah membual setelah
Rasulullahr bersabda,
“Di Tsaqif akan ada
pendusta dan orang yang lalim.” (Lihat Siar A’lam
an-Nubala: 2/294).
Sabda Rasulullah ritu
adalah prediksi beliau akan peritiwa yang akan
terjadi setelah kematiannya. Ibu Ibnu az-Zubair cmerupakan salah satu
sahabat Nabi `dari kaum wanita. Al-Hajjaj adalah salah seorang penguasa
yang lalim.
Inilah Buah Keberanian Ayah dan Ibu
Abdullah bin Zubair
“Keberanian
Abdullah bin Zubair c”
Ishaq Ibn Abu Ishaq
berkata, “Aku hadir pada peristiwa terbunuhnya Ibnu az-Zubair, dimana para
tentara masuk mengepungnya dari setiap pintu masjid. Ketika sekelompok pasukan
masuk dari suatu pintu, Abdullah Ibn az-Zubair menghalau dan mengeluarkan
mereka. Dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba jatuh plafon masjid dan menimpanya
sehingga membuatnya tersungkur. Dia membaca bait syair:
Asma,
wahai Asma(nama ibunya, red. janganlah menangisiku
Tidak
akan tertinggal selain kemuliaan dan agamaku
serta
pedang yang tergenggam di tangan kananku(Lihat Siar a’lam an-Nubala: 3/377).
~~~
Habib
Ibn Zaid Terpengaruh Oleh Kedua Orang Tuanya
Pengorbanan
Ibu
Anas Eberkata,
“Abu Tolhah melamar Ummu Sulaim. Ummu Sulaim berkata kepada Abu Tolhah,
“Tidaklah layak bagiku menikahi lelaki musyrik (politeisme). Tidakkah kamu tahu
wahai Abu Tolhah bahwa tuhan-tuhanmu dibuat oleh Abdu Alu Fulan. Jika engkau
bakar tuhan-tuhan itu niscaya akan terbakar?”
Abu Tolhah pun
berlalu, sedangkan dalam hatinya terngiang-ngiang apa yang dikatakan Ummu
Sulaim. Berselang dari itu dia datang lagi kepada Ummu Sulaim dan berkata, “Apa
yang telah engkau ajukan kepadaku aku terima. Tidak ada mahar bagimu selain
memeluk Islam.”
Pengorbanan
Seorang Ayah
Anas Eberkata,
“Ketika perang Uhud kaum muslimin terdesak dan terpisah dari Rasulullah `,
sedangkan Abu Tolhah tetap bersama Rasulullah melindung beliau dengan
tombaknya. Abu Tolhah adalah seorang yang mahir memanah dan bertubuh kekar. Dia
mampu mematahkan dua atau tiga busur sekaligus. Ketika ada seorang yang lewat
membawa sekumpulan anak panah ada yang mengatakan,
“Berikan anak-anak
panah itu kepada Abu Tolhah.”Nabi ` mendongak melihat siapa mereka,
namun Abu Tolhah berkata,
“Demi ibu dan ayahku,
janganlah mendongak sehingga terkena sasaran panah mereka. Biarlah tubuhku
menjadi pelindungmu.(HR. Bukhari).
Inilah
Buah Keberanian Ibu dan Ayah Habib
“Anak
Yang Mati Syahid”
Ibnu Kasir menyebutkan
dalam kitab al-Bidâyah wa an-Nihâyah, “Habib Ibn Zaid dibunuh oleh Musailamah
al-Kazdzab (seorang yang mengaku nabi sepeninggal
Rasulullah ` -red.).
Ketika Musailamah
menginterogasi Habib, dia bertanya, “Apakah engkau bersaksi bahwa Muhammad
Rasulullah?”“Ya.” Jawab Habib. “Apakah engkau bersaksi bahwa aku Rasulullah?”
Tanya Musailamah lagi.Habib menjawab, “Aku tidak mendengar perkataanmu!”
(Musailamah berang)
dan memutilasi Habib sambil mengulang-ulang pertanyaannya. Habib tidak menjawab
lebih dari yang dikatakannya semula hingga menghembuskan nafas terakhirnya.
(Lihat Siar
a’lam an-Nubala 8/444).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar