Khalifah 'Umar bin Al-Khaththab
1. Nasabnya
Di dalam kitab Ahsanul Qashash disebutkan bahwa nasab 'Umar bin Khaththab adalah sebagai berikut :
هُوَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ، بْنِ نُفَيْلٍ، بْنِ عَبْدِ الْعُزَّى، بْنِ رَيَاحٍ، بْنِ عَبْدِ اللهِ، بْنِ قُرْطٍ، بْنِ رِزَاحٍ، بْنِ عَدِىّ، بْنِ كَعْبٍ، بْنِ لُؤَيّ، بْنِ غَالِبٍ، بْنِ فِهْرٍ الْعَدَوِيُّ الْقُرَشِىُّ. وَ يَجْتَمِعُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ ص فِى كَعْبٍ، فَهُوَ مِنْ اَشْرَافِ مَكَّةَ وَ عُظَمَاءِ قُرَيْشٍ، وَ اُمُّهُ حَنْتَمَةُ بِنْتُ هَاشِمٍ، بِنْ الْمُغِيْرَةِ ابْنِ عَبْدِ اللهِ، بْنِ عُمَرَ بْنِ مَخْزُوْمٍ، وَ هِيَ اُخْتُ اَبِى جَهْلٍ، وَ بِنْتُ عَمّ خَالِدِ ابْنِ الْوَلِيْدِ. احسن القصص 3: ?2
'Umar bin Al-Khaththab bin Nufail, bin 'Abdul 'Uzza, bin Rayaah, bin 'Abdullah, bin Qurthin, bin Rizaah, bin 'Adiy, bin Ka'ab, bin Luaiy, bin Ghaalib, bin Fihr, Al-'Adawiy Al-Qurasyiy. Bertemu nasabnya dengan Rasulullah SAW pada kakeknya yang bernama Ka'ab. Beliau termasuk bangsawan Makkah dan Pembesar Quraisy. Ibunya bernama Hantamah binti Hasyim bin Al-Mughiirah, bin 'Abdullah bin 'Umar bin Makhzum, saudara perempuannya Abu Jahl, anak perempuan pamannya Khalid bin Walid. [Ahsanul Qashash juz 3, hal. 72]
2. Kelahirannya dan namanya.
وُلِدَ رض فِى السَّنَةِ الثَّالِثَةَ عَشْرَةَ مِنْ مِيْلَادِ رَسُوْلِ اللهِ ص بِمَكَّةَ.لَمْ يَزَلِ اسْمُهُ فِى الْجَاهِلِيَّةِ وَ اْلاِسْلَامِ عُمَرُ، وَ كَنَّاهُ الْمُصْطَفَى عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَ السَّلَامُ بِاَبِى حَفْصٍ (وَ هُوَ وَلَدُ اْلاَسَدِ) وَ كَانَ يَوْمَ بَدْرٍ (ذَكَرَهُ ابْنُ اِسْحَاقَ)، وَ سَمَّاهُ رَسُوْلُ اللهِ ص بِالْفَارُوْقِ يَوْمَ اَسْلَمَ فِى دَارِ اْلاَرْقَمِ، وَ بِهِ تَمَّ الْمُسْلِمُوْنَ اَرْبَعِيْنَ، فَخَرَجُوْا وَ اَظْهَرُوا اْلاِسْلَامَ، فَفَرَقَ اللهُ بِعُمَرَ الْحَقَّ مِنَ اْلبَاطِلِ، وَ لِذَا لُقِبَ بِالْفَارُوْقِ. احسن القصص 3: ?2
Beliau ('Umar bin Al-Khaththab) RA dilahirkan di Makkah pada tahun 13 dari kelahiran Rasulullah SAW. Nama beliau di masa jahiliyah maupun ketika Islam adalah 'Umar, kemudian ketika perang Badar, Nabi SAW memberi nama kunyah dengan Abu Hafsh (artinya, anak singa), demikian disebutkan oleh Ibnu Ishaq. Dan Rasulullah SAW menamakannya dengan Al-Faaruuq, yaitu ketika beliau masuk Islam di rumah Al-Arqom. Dan dengan masuk Islamnya 'Umar bin Al-Khaththab pada waktu itu genaplah jumlah kaum muslimin menjadi 40 orang laki-laki. Kemudian kaum muslimin keluar rumah, mereka menampakkan Islam. Maka dengan masuk islamnya 'Umar, Allah memisahkan yang haq dari yang bathil, oleh karena itu beliau diberi gelar Al-Faaruuq (pemisah antara yang haq dari yang bathil). [Ahsanul Qashash juz 3, hal. 72]
3. Keislamannya
Dalam kitab Al-Kaamil fit Taariikh oleh Ibnul Atsiir, disebutkan bahwa 'Umar bin Khaththab masuk Islam (pada tahun ke-6 kenabian), ketika itu jumlah kaum muslimin 39 orang laki-laki dan 23 orang perempuan. (Ada yang mengatakan bahwa 'Umar masuk Islam ketika jumlah kaum muslimin 40 orang laki-laki dan 11 orang perempuan. Ada pula yang mengatakan, ketika jumlah kaum muslimin 45 orang laki-laki dan 21 orang perempuan). 'Umar adalah orang laki-laki yang kuat dan perkasa. Beliau masuk Islam setelah sebagian kaum muslimin hijrah ke Habasyah (yang pertama). Dahulu para shahabat Nabi SAW tidak bisa shalat di dekat Ka'bah, sehingga 'Umar masuk Islam. Setelah 'Umar masuk Islam, beliau menentang orang-orang Quraisy, sehingga beliau dan para shahabat Nabi SAW mengerjakan shalat di dekat Ka'bah. Dan sebelum 'Umar bin Khaththab masuk Islam, telah masuk Islam terlebih dahulu Hamzah bin 'Abdul Muththalib. Maka kaum muslimin menjadi kuat dengan masuk Islamnya mereka berdua. Kaum muslimin mengetahui bahwasanya kedua orang tersebut akan membela Rasulullah SAW dan kaum muslimin.
'Ummu 'Abdillah binti Hatsmah, istri 'Aamir bin Rabi'ah bercerita : Dahulu ketika kami akan pergi ke negeri Habasyah, pada waktu itu 'Aamir (bin Rabi'ah) sedang pergi untuk mencari sebagian keperluannya, tiba-tiba 'Umar (pada waktu itu dia masih musyrik), datang dan berdiri di depanku, dan dahulu kami mendapat gangguan yang keras dan siksaan darinya, lalu 'Umar bertanya, "Apakah kalian akan pergi wahai Ummu 'Abdillah ?". Lalu aku menjawab, "Ya, demi Allah, kami akan keluar di bumi Allah. Sungguh kalian telah menyakiti kami dan memaksa kami sehingga Allah memberi jalan keluar kepada kami". Lalu 'Umar berkata, "Semoga Allah menyertai kalian". 'Ummu 'Abdillah meneruskan ceritanya, "Lalu 'Umar merasa iba dan sedih". Setelah 'Aamir bin Rabi'ah pulang, lalu kejadian itu aku khabarkan kepadanya. Aku berkata kepadanya, "Seandainya kamu melihat waktu itu 'Umar merasa iba dan sedih terhadap kita (tentu kamu merasa iba)". 'Aamir bin Rabi'ah berkata, "Apakah kamu mengharapkan keislamannya ?". Aku menjawab, "Ya". 'Aamir bin Rabi'ah berkata, "Dia tidak mungkin masuk Islam sehingga himarnya Khaththab masuk Islam".(karena 'Aamir melihat sangat kerasnya 'Umar dalam memusuhi kaum muslimin). Kemudian Allah Ta'aalaa memberikan hidayah kepadanya, maka 'Umar masuk Islam, lalu jadilah 'Umar lebih keras terhadap orang-orang kafir daripada ketika memusuhi orang-orang Islam. [Al-Kaamil fit Taarikh juz 1 : 601-602]
4. Sebab-sebab Keislamannya
وَكَانَ سَبَبُ اِسْلَامِهِ اَنَّ اُخْتَهُ فَاطِمَةَ بِنْتَ الْخَطَّابِ كَانَتْ تَحْتَ سَعِيْدِ بْنِ زَيْدِ بْنِ عَمْرِو الْعَدَوِيّ وَكَانَا مُسْلِمَيْنِ يُخْفِيَانِ اِسْلَامَهُمَا مِنْ عُمَرَ، وَكَانَ نُعَيْمُ بْنُ عَبْدِ اللهِ النَّحَّامُ الْعَدَوِيُّ قَدْ اَسْلَمَ اَيْضًا وَهُوَ يُخْفِيْ اِسْلَامَهُ فَرَقًا مِنْ قَوْمِهِ، وَكَانَ خَبَّابُ بْنُ اْلاَرَتّ يَخْتَلِفُ اِلَى فَاطِمَةَ يُقْرِأُهَا اْلقُرْا?نَ. فَخَرَجَ عُمَرُ يَوْمًا وَمَعَهُ سَيْفُهُ يُرِيْدُ النَّبِيَّ وَ الْمُسْلِمِيْنَ وَهُمْ مُجْتَمِعُوْنَ فِي دَارِ اْلاَرْقَمِ عِنْدَ الصَّفَا، وَ عِنْدَهُ مَنْ لَمْ يُهَاجِرْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ فِي نَحْوِ اَرْبَعِيْنَ رَجُلًا، فَلَقِيَهُ نُعَيْمُ بْنُ عَبْدِ اللهِ، فَقَالَ: اَيْنَ تُرِيْدُ يَا عُمَرُ؟ فَقَالَ: اُرِيْدُ مُحَمَّدًا الَّذِيْ فَرَّقَ اَمْرَ قُرَيْشٍ وَ عَابَ دِيْنَهَا وَ سَبَّ ا?لِهَتَهَا فَاَقْتُلُهُ. فَقَالَ نُعَيْمٌ: وَ اللهِ لَقَدْ غَرَّتْكَ نَفْسُكَ، اَتَرَى بَنِي عَنْدِ مَنَافٍ تَارِكِيْكَ تَمْشِي عَلَى اْلاَرْضِ وَقَدْ قَتَلْتَ مُحَمَّدًا؟ اَفَلَا تَرْجِعُ اِلَى اَهْلِكَ فَتُقِيْمُ اَمْرَهُمْ؟ قَالَ وَأَيُّ اَهْلِي؟ قَالَ: خَتَنُكَ وَ ابْنُ عَمّكَ سَعِيْدُ بْنُ زَيْدٍ وَ اُخْتُكَ فَاطِمَةُ، فَقَدْ وَ اللهِ اَسْلَمَا.
Adapun sebab-sebab masuk Islamnya 'Umar, bahwasanya saudara perempuannya yang bernama Fathiman binti Khaththab, ia adalah istri Sa'id bin Zaid bin 'Amr Al-'Adawiy, mereka suami-istri ini telah masuk Islam, tetapi mereka berdua merahasiakan keislamannya dari 'Umar. Sedangkan Nu'aim bin 'Abdullah An-Nahhaam Al-'Adawiy juga telah masuk Islam, dan ia merahasiakan keislamannya dengan memisahkan diri dari kaumnya, sedangkan Khabbaab bin Al-Aratt datang dan pergi ke rumah Fathimah untuk membacakan Al-Qur'an. Pada suatu hari 'Umar keluar dengan membawa pedang untuk mencari Nabi SAW dan kaum muslimin, sedangkan pada waktu itu mereka sedang berkumpul di rumah Al-Arqam di dekat bukit Shafa, di situ ada kaum muslimin yang belum berhijrah kira-kira 40 orang laki-laki.Kemudian di tengah perjalanan, 'Umar bin Khaththab bertemu dengan Nu'aim bin 'Abdullah. Nu'aim bertanya, "Hai 'Umar, hendak kemanakah kamu ?". 'Umar menjawab, "Aku akan mencari Muhammad yang telah mencerai-beraikan urusan kaum Quraisy, ia telah mencela agama orang-orang Quraisy dan telah mencaci tuhan-tuhannya, maka aku akan membunuhnya". Lalu Nu'aim berkata, "Demi Allah, kamu telah tertipu oleh dirimu. Apakah kamu kira Bani 'Abdu Manaf akan membiarkan kamu hidup berjalan di muka bumi, kalau kamu sampai membunuh Muhammad ? Apakah kamu tidak pulang saja kepada keluargamu, lalu kamu urusi urusan mereka ?". 'Umar bertanya, "Siapa keluargaku ?".Nu'aim menjawab, "Iparmu yang juga anak pamanmu, yaitu Sa'id bin Zaid dan saudaramu perempuan Fathimah. Demi Allah, keduanya telah masuk Islam".
فَرَجَعَ عُمَرُ اِلَيْهِمَا وَ عِنْدَهُمَا خَبَّابُ بْنُ اْلاَرَتّ يُقْرِأُهُمَا اْلقُرْا?نَ. فَلَمَّا سَمِعُوْا حَسَّ عُمَرَ تَغَيَّبَ خَبَّابٌ، وَ اَخَذَتْ فَاطِمَةُ الصَّحِيْفَةَ فَاَلْقَتْهَا تَحْتَ فَخِذَيْهَا، وَقَدْ سَمِعَ عُمَرُ قِرَاءَةَ خَبَّابٍ. فَلَمَّا دَخَلَ قَالَ: مَا ه?ذِهِ الْهَيْنَمَةُ؟ قَالَا: مَا سَمِعْتَ شَيْئًا؟ قَالَ: بَلَى، وَقَدْ اُخْبِرْتُ اَنَّكُمَا تَابَعْتُمَا مُحَمَّدًا عَلَى دِيْنِهِ، وَ بَطَشَ بِخَتَنِهِ سَعِيْدِ بْنِ زَيْدٍ، فَقَامَتْ اِلَيْهِ اُخْتُهُ لِتَكُفَّهُ فَضَرَبَهَا فَشَجَّهَا، فَلَمَّا فَعَلَ ذ?لِكَ، قَالَتْ لَهُ اُخْتُهُ وَ خَتَنُهُ: قَدْ اَسْلَمْنَا وَ ا?مَنَّا بِاللهِ وَ رَسُوْلِهِ، فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ.
Kemudian 'Umar pulang, lalu datang ke rumah saudara perempuannya, yang pada waktu itu Khabbaab bin Al-Aratt sedang membacakan Al-Qur'an kepada mereka berdua. Setelah mereka mendengar 'Umar datang, Khabbaab bersembunyi, dan Fathimah menyembunyikan lembaran shahifah itu di bawah kedua pahanya, dan 'Umar telah mendengar bacaan Khabbaab tersebut. Setelah 'Umar masuk, ia bertanya, "Suara apa ini tadi ?". Mereka berdua balik bertanya, "Apakah kamu mendengar sesuatu ?". 'Umar menjawab, "Ya, aku diberitahu bahwa kalian berdua telah mengikuti Muhammad, mengikuti agamanya", dan 'Umar memukul iparnya, ya'ni Sa'id bin Zaid, lalu saudara perempuannya melerainya, maka 'Umar pun memukulnya, sehingga saudara perempuannya itu terluka. Setelah 'Umar berbuat demikian itu, lalu saudara perempuan 'Umar dan suaminya itu berkata, "Benar, kami telah masuk Islam, kami beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka lakukanlah apa yang akan kamu lakukan".
وَلَمَّا رَأَى عُمَرُ مَا بِاُخْتِهِ مِنَ الدَّمِ نَدِمَ، وَقَالَ لَهُمَا: اَعْطِيْنِي ه?ذِهِ الصَّحِيْفَةَ الَّتِي سَمِعْتُكُمْ تَقْرَأُوْنَ فِيْهَا اْلآنَ حَتَّى اَنْظُرَ اِلَى مَا جَاءَ بِهِ مُحَمَّدٌ. قَالَتْ: اِنَّا نَخْشَاكَ عَلَيْهَا، فَحَلَفَ اَنَّهُ يُعِيْدُهَا. قَالَتْ لَهُ وَقَدْ طَمِعَتْ فِي اِسْلَامِهِ: اِنَّكَ نَجَسٌ عَلَى شِرْكِكَ وَلَا يَمَسُّهَا اِلَّا الْمُطَهَّرُوْنَ. فَقَامَ فَاغْتَسَلَ. فَاَعْطَتْهُ الصَّحِيْفَةَ وَقَرَأَهَا وَفِيْهَا ط?ه? وَكَانَ كَاتِبًا. فَلَمَّا قَرَأَ بَعْضَهَا قَالَ: مَا اَحْسَنَ ه?ذَا الْكَلَامَ وَ اَكْرَمَهُ. فَلَمَّا سَمِعَ خَبَّابٌ خَرَجَ اِلَيْهِ، وَقَالَ: يَا عُمَرُ اِنّي وَاللهِ لَاَرْجُوْ اَنْ يَكُوْنَ اللهُ قَدْ خَصَّكَ بِدَعْوَةِ نَبِيّهِ، فَاِنّي سَمِعْتُهُ اَمْسِ وَهُوَ يَقُوْلُ: اَللّ?هُمَّ اَيّدِ اْلاِسْلَامَ بِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ اَوْ بِاَبِي الْحَكَمِ بْنِ هِشَامٍ. فَاللهُ اللهُ يَا عُمَرُ
Setelah 'Umar melihat saudara perempuannya itu berdarah, ia menyesal dan berkata, "Sekarang berikanlah kepadaku lembaran itu yang tadi aku mendengar kalian membacanya, sehingga aku bisa melihat apa yang dibawa Muhammad". Saudara perempuan 'Umar itu menjawab, "Sungguh kami khawatir kamu akan merusaknya". Lalu 'Umar bersumpah bahwa ia akan mengembalikannya. Saudara perempuan 'Umar itu berkata, (sedangkan ia mengharapkan keislamannya), "Sesungguhnya kamu najis, karena kamu masih musyrik. Sedangkan tidak menyentuh shahifah ini melainkan orang-orang yang disucikan". Kemudian 'Umar bangkit, lalu mandi.
Kemudian saudara perempuan 'Umar itu memberikan lembaran shahifah itu kepada 'Umar. Lalu 'Umar membacanya, dan pada shahifah itu terdapat surat Thoohaa, dan 'Umar adalah orang yang bisa menulis. Setelah 'Umar membaca sebagiannya, ia berkata, "Alangkah bagusnya kalimat ini dan alangkah mulianya". Setelah Khabbaab bin Al-Aratt mendengar perkataan 'Umar itu, lalu ia keluar menemui 'Umar dan berkata, "Hai 'Umar, demi Allah, sesungguhnya aku berharap bahwa Allah mengkhususkan kamu karena do'a Nabi-Nya. Sesungguhnya kemarin aku mendengar beliau berdo'a, "Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan 'Umar bin Khaththab atau dengan Abul Hakam bin Hisyam", maka Allah, Allah (telah memperkenankannya) ya 'Umar.
فَقَالَ عُمَرُ عِنْدَ ذ?لِكَ: فَدُلَّنِي يَا خَبَّابُ عَلَى مُحَمَّدٍ حَتَّى آتِيَهُ فَاُسْلِمَ. فَدَلَّهُ خَبَّابٌ، فَاَخَذَ سَيْفَهُ وَجَاءَ اِلَى النَّبِيّ ص وَ اَصْحَابِهِ، فَضَرَبَ عَلَيْهِ اْلبَابَ، فَقَامَ رَجُلٌ مِنْهُمْ فَنَظَرَ مِنْ خِلَلِ الْبَابِ، فَرَآهُ مُتَوَشّحًا سَيْفَهُ فَاَخْبَرَ النَّبِيَّ ص بِذ?لِكَ، فَقَالَ حَمْزَةُ: اِئْذَنْ لَهُ، فَاِنْ كَانَ جَاءَ يُرِيْدُ خَيْرًا بَذَّلْنَاهُ لَهُ، وَ اِنْ اَرَادَ شَرًّا قَتَلْنَاهُ بِسَيْفِهِ. فَاُذِنَ لَهُ، فَنَهَضَ اِلَيْهِ النَّبِيُّ ص حَتَّى لَقِيَهُ، فَاَخَذَ بِمَجَامِعِ رِدَائِهِ ثُمَّ جَذَبَهُ جَذْبَةً شَدِيْدَةً وَقَالَ: مَا جَاءَ بِكَ؟ مَا أَرَاكَ تَنْتَهِي حَتَّى يُنْزِلَ اللهُ عَلَيْكَ الْقَارِعَةَ. فَقَالَ عُمَرُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ جِئْتُ لِاُوْمِنَ بِاللهِ وَ بِرَسُوْلِهِ. فَكَبَّرَ ص تَكْبِيْرَةً عَرَفَ مَنْ فِي الْبَيْتِ اَنَّ عُمَرَ اَسْلَمَ. الكامل فى التاريخ 1: 602-603
Kemudian seketika itu 'Umar berkata, "Hai Khabbaab, tunjukkanlah aku kepada Muhammad, aku akan datang kepadanya dan masuk Islam". Kemudian Khabbaab menunjukkannya, maka 'Umar lalu mengambil pedangnya dan datang kepada Nabi SAW dan para shahabatnya. 'Umar mengetuk pintu, lalu ada orang laki-laki diantara para shahabat bangkit, lalu mengintip dari celah-celah pintu. Ia melihat 'Umar datang dengan berselempang pedang. Lalu ia memberitahukan yang demikian itu kepada Nabi SAW. Maka Hamzah berkata, "Ijinkanlah dia masuk. Jika ia datang dengan maksud menginginkan kebaikan, kita sambut dia dengan baik. Dan jika dia datang dengan maksud keburukan, akan kita bunuh dia dengan pedangnya". Kemudian 'Umar dipersilahkan masuk, lalu Nabi SAW bangkit menyambutnya dan menemuinya. Lalu Nabi SAW memegang rida'nya, kemudian dengan tarikan yang keras beliau bersabda, "Apa yang membuatmu datang kemari ?. Aku tidak melihatmu berhenti sehingga Allah menurunkan ketakutan". Lalu 'Umar berkata, "Ya Rasulullah, aku datang untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya". Kemudian Rasulullah SAW bertakbir, sehingga diketahui oleh orang yang di dalam rumah, bahwa 'Umar masuk Islam. [Al-Kaamil fit Taariikh juz 1, hal. 602-603]
5. Keutamaan-keutamaan 'Umar bin Al-Khaththab RA
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: اُرِيْتُ فِي الْمَنَامِ اَنّي اَنْزِعُ بِدَلْوِ بَكْرَةٍ عَلَى قَلِيْبٍ، فَجَاءَ اَبُوْ بَكْرٍ فَنَزَعَ ذَنُوْبًا اَوْ ذَنُوْبَيْنِ نَزْعًا ضَعِيْفًا، وَ اللهُ يَغْفِرُ لَهُ، ثُمَّ جَاءَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ فَاسْتَحَالَتْ غَرْبًا، فَلَمْ اَرَ عَبْقَرِيًّا يَفْرِيْ فَرِيَّهُ حَتَّى رَوِيَ النَّاسُ وَضَرَبُوْا بِعَطَنٍ. البخارى 4: 198
Dari 'Abdullah bin 'Umar RA, bahwasanya Nabi SAW bersabda, "Aku diperlihatkan di dalam mimpi bahwasanya aku menimba air di sebuah sumur dengan memakai timba kerekan, lalu datanglah Abu Bakar, ia menimba satu timba atau dua timba dengan susah payah, semoga Allah mengampuninya. Kemudian 'Umar bin Khaththab datang, dan ember itu berubah menjadi besar, lalu ia menimba sebanyak-banyaknya. Aku belum pernah melihat seorang pemimpin yang bekerja keras melakukan seperti itu, sehingga orang-orang semuanya dapat minum sepuasnya dan membuat bendungan untuk memberi minum unta-unta mereka". [HR. Bukhari juz 4, hal. 198]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: بَيْنَا اَنَا نَائِمٌ رَاَيْتُنِى عَلَى قَلِيْبٍ عَلَيْهَا دَلْوٌ فَنَزَعْتُ مِنْهَا مَا شَاءَ اللهُ، ثُمَّ اَخَذَهَا ابْنُ اَبِى قُحَافَةَ فَنَزَعَ بِهَا ذَنُوْبًا اَوْ ذَنُوْبَيْنِ وَفِىْ نَزْعِهِ، وَاللهُ يَغْفِرُ لَهُ، ضَعْفٌ، ثُمَّ اِسْتَحَالَتْ غَرْبًا فَاَخَذَهَا ابْنُ الْخَطَّابِ، فَلَمْ اَرَ عَبْقَرِيًّا مِنَ النَّاسِ يَنْزِعُ نَزْعَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ حَتَّى ضَرَبَ النَّاسُ بِعَطَنٍ. مسلم 4:1860
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Ketika aku sedang tidur, aku bermimpi aku berada di pinggir sumur yang ada timbanya, lalu aku menimba air dari sumur itu, maa syaa-Allah. Kemudian timba itu diambil oleh putra Abu Quhafah (Abu Bakar), lalu ia menimba satu kali atau dua kali dan ia menimba dengan susah payah. Kemudian ember itu berubah menjadi besar. Lalu 'Umar bin Khaththab mengambilnya, maka aku belum pernah melihat seorang pemimpin yang menimba seperti 'Umar bin Khaththab, sehingga orang-orang membuat bendungan untuk memberi minum unta". [HR. Muslim juz 4, hal. 1860]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ ص قَالَ: بَيْنَا اَنَا نَائِمٌ اُرِيْتُ اَنّى اَنْزِعُ عَلَى حَوْضِى اَسْقِى النَّاسَ، فَجَاءَنِىْ اَبُوْ بَكْرٍ فَاَخَذَ الدَّلْوَ مِنْ يَدِىْ لِيُرَوّحَنِىْ فَنَزَعَ دَلْوَيْنِ وَفِى نَزْعِهِ ضَعْفٌ. وَاللهُ يَغْفِرُ لَهُ فَجَاءَ ابْنُ الْخَطَّابِ فَاَخَذَ مِنْهُ فَلَمْ اَرَ نَزْعَ رَجُلٍ قَطُّ اَقْوَى مِنْهُ حَتَّى تَوَلَّى النَّاسُ وَالْحَوْضُ مَلْآنُ يَتَفَجَّرُ. مسلم 4: 1861
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, "Ketika aku tidur, aku bermimpi mengambil air dengan timba dari telagaku untuk memberi minum orang banyak, lalu Abu Bakar datang kepadaku, lalu mengambil timba itu dari tanganku supaya aku bisa istirahat. Lalu ia menimba dua kali, dan ia menimba dengan susah payah, semoga Allah mengampuninya. Lalu datang Ibnul Khaththab, lalu mengambil timba itu dari Abu Bakar,maka aku sama sekali belum pernah melihat orang laki-laki yang menimba sekuat dia, sehingga orang-orang merasa puas semua sedangkan telaga tersebut penuh memancarkan air". [HR. Muslim juz 4, hal. 1861]
عَنِ الزُّهْرِيّ اَخْبَرَنِيْ حَمْزَةُ، عَنْ اَبِيْهِ، اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: بَيْنَا اَنَا نَائِمٌ شَرِبْتُ، يَعْنِي اللَّبَنَ، حَتَّى اَنْظُرُ اِلَى الرّيّ يَجْرِيْ فِيْ ظُفُرِيْ اَوْ فِيْ اَظْفَارِيْ، ثُمَّ نَاوَلْتُ عُمَرَ. قَالُوْا: فَمَا اَوَّلْتَهُ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: اَلْعِلْمَ. البخارى 4:198
Dari Az-Zuhriy, ia berkata :Hamzah memberitahukan kepadaku dari ayahnya, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Ketika aku tidur, aku bermimpi minum susu sehingga rasa segar terasa mengalir sampai ke kuku-kuku saya. Kemudian aku berikan kepada 'Umar". Para shahabat bertanya, "Lalu engkau ta'wilkan apa ya Rasulullah ?". Beilau bersabda, "Itu adalah ilmu". [HR. Bukhari juz 4, hal. 198]
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: رَاَيْتُ كَاَنّي اُتِيْتُ بِقَدَحِ لَبَنٍ فَشَرِبْتُ مِنْهُ فَاَعْطَيْتُ فَضْلِيْ عُمَرَ بْنَ الخَطَّابِ. قَالُوْا: فَمَا اَوَّلْتَهُ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: اَلعِلْمَ. الترمذى 5: 282) رقم: 3??0، هذا حديث حسن صحيح غريب
Dari Ibnu 'Umar, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Aku bermimpi seolah-olah aku diberi semangkok susu, lalu aku meminumnya, lalu selebihnya aku berikan kepada 'Umar bin Khaththab". Para shahabat bertanya, "Apa ta'wilnya, ya Rasulullah ?". Beliau SAW bersabda, "Ilmu". [HR. Tirmidzi juz 5, hal. 282, no. 3770, ia berkata : Ini hadits hasan shahih gharib]
عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سَعْدِ بْنِ اَبِي وَقَّاصٍ، عَنْ اَبِيهِ، قَالَ: اِسْتَأْذَنَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ ص وَعِنْدَهُ نِسْوَةٌ مِنْ قُرَيْشٍ يُكَلّمْنَهُ وَ يَسْتَكْثِرْنَهُ عَالِيَةً اَصْوَاتُهُنَّ عَلَى صَوْتِهِ، فَلَمَّا اسْتَأْذَنَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ قُمْنَ فَبَادَرْنَ الْحِجَابَ، فَاَذِنَ لَهُ رَسُوْلُ اللهِ ص، فَدَخَلَ عُمَرُ وَرَسُوْلُ اللهِ ص يَضْحَكُ، فَقَالَ عُمَرُ: اَضْحَكَ اللهُ سِنَّكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ ص: عَجِبْتُ مِنْ ه?ؤُلَاءِ اللَّاتِي كُنَّ عِنْدِي، فَلَمَّا سَمِعْنَ صَوْتَكَ اِبْتَدَرْنَ الْحِجَابَ. فَقَالَ عُمَرُ: فَاَنْتَ اَحَقُّ اَنْ يَهَبْنَ يَا رَسُوْلَ اللهِ. ثُمَّ قَالَ عُمَرُ: يَا عَدُوَّاتِ اَنْفُسِهِنَّ اَتَهَبْنَنِي، وَلَا تَهَبْنَ رَسُوْلَ اللهِ ص. فَقُلْنَ: نَعَمْ اَنْتَ اَفَظُّ وَاَغْلَظُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ ص. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِيْهًا يَا ابْنَ الْخَطَّابِ، وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ، مَا لَقِيَكَ الشَّيْطَانُ سَالِكًا فَجًّا قَطُّ اِلَّا سَلَكَ فَجًّا غَيْرَ فَجّكَ. البخارى 4: 199
Dari Muhammad bin Sa'ad bin Abu Waqqoosh, dari ayahnya, ia berkata : 'Umar bin Khaththab pernah datang ke rumah Rasulullah SAW dan meminta ijin beliau untuk masuk, pada waktu itu ada beberapa orang wanita Quraisy sedang berbincang-bincang dengan Rasulullah SAW, para wanita itu berbicara dengan suara keras yang melebihi suara beliau. Setelah 'Umar bin Khaththab meminta izin untuk masuk, para wanita itu berdiri dan segera menurunkan hijab. Kemudian Rasulullah SAW mengizinkan 'Umar untuk masuk, lalu 'Umar masuk. Pada waktu itu Rasulullah SAW tertawa. Maka 'Umar bertanya, "Apa yang membuat engkau tertawa, ya Rasulullah ?". Nabi SAW bersabda, "Saya heran dengan para wanita yang tadi berada di sisiku. Ketika mereka mendengar suaramu, mereka segera menurunkan hijab". Maka 'Umar berkata, "Engkau yang lebih berhak untuk mereka takuti, ya Rasulullah". Kemudian 'Umar berkata kepada para wanita tersebut, "Hai para wanita yang memusuhi dirinya sendiri, apakah kalian tidak takut kepada Rasulullah SAW ?". Para wanita itu menjawab, "Ya, karena engkau lebih keras dan dan lebih kasar dari Rasulullah SAW". Lalu Rasulullah SAW bersabda, "Benar, wahai Ibnul Khaththab, demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, tidaklah syaithan berjalan, lalu bertemu denganmu di satu jalan, melainkan ia mencari jalan lain yang tidak kamu lewati". [HR. Bukhari juz 4, hal. 199]
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رض قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ص: رَأَيْتُنِيْ دَخَلْتُ الْجَنَّةَ فَاِذَا اَنَا بِالرُّمَيْصَاءِ امْرَأَةِ اَبِي طَلْحَةَ وَسَمِعْتُ خَشْفَةً، فَقُلْتُ: مَنْ ه?ذَا؟ فَقَالَ: ه?ذَا بِلَالٌ. وَ رَأَيْتُ قَصْرًا بِفِنَائِهِ جَارِيَةٌ فَقُلْتُ: لِمَنْ ه?ذَا؟ فَقَالَ: لِعُمَرَ. فَأَرَدْتُ اَنْ اَدْخُلَهُ فَاَنْظُرَ اِلَيْهِ فَذَكَرْتُ غَيْرَتَكَ. فَقَالَ عُمَرُ: بِاَبِيْ وَاُمّيْ يَا رَسُوْلَ اللهِ، اَعَلَيْكَ اَغَارُ. البخارى 4: 198
Dari Jabir bin 'Abdullah RA, ia berkata : Nabi SAW bersabda, "Sewaktu tidur aku bermimpi masuk ke surga, tiba-tiba aku bertemu dengan Rumaishoo' (Ummu Sulaim), istri Abu Thalhah. Dan aku mendengar suara orang berjalan, lalu aku bertanya, "Siapa ini ?". Lalu ia menjawab, "Ini Bilal". Dan aku melihat sebuah istana, di terasnya ada seorang wanita, lalu aku bertanya,"Kepunyaan siapa istana ini ?". Lalu ia menjawab, "Kepunyaan 'Umar". Lalu aku akan masuk untuk melihatnya, teapi aku teringat kecemburuannya. Maka 'Umar berkata, "Aku tebusi dengan ayah dan ibuku, ya Rasulullah. Apakah kepadamu aku cemburu ?":. [HR. Bukhari juz 4, hal. 198]
عَنِ سَعِيْدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ اَنَّ اَبَا هُرَيْرَةَ رض قَالَ: بَيْنَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ ص اِذْ قَالَ: بَيْنَا اَنَا نَائِمٌ رَأَيْتُنِيْ فِي الْجَنَّةِ فَاِذَا امْرَأَةٌ تَتَوَضَّأُ اِلَى جَانِبِ قَصْرٍ، فَقُلْتُ: لِمَنْ ه?ذَا الْقَصْرُ؟ فَقَالُوْا: لِعُمَرَ. فَذَكَرْتُ غرَيْرَتَهُ فَوَلَّيْتُ مُدْبِرًا. فَبَكَى عُمَرُ وَقَالَ: اَعَلَيْكَ اَغَارُ يَا رَسُوْلَ اللهِ. البخارى 4: 198
Dari Sa'id bin Al-Musayyab, bahwasanya Abu Hurairah RA berkata : Ketika kami berada di sisi Rasulullah SAW, beliau bersabda, "Sewaktu aku sedang tidur, aku bermimpi berada di surga, tiba-tiba ada seorang wanita yang sedang berwudlu di samping sebuah istana, maka aku bertanya, "Kepunyaan siapakah istana ini ?". Lalu orang-orang menjawab, "Kepunyaan 'Umar". Lalu aku teringat kecemburuannya, maka aku berpaling dan pergi. Maka 'Umar menangis dan berkata, "Apakah kepadamu aku cemburu ya Rasulullah ?". [HR. Bukhari juz 4, hal. 198]
عَنْ اَنَسٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: دَخَلْتُ الجَنَّةَ فَاِذَا اَنَا بِقَصْرٍ مِنْ ذَهَبٍ، فَقُلْتُ: لِمَنْ ه?ذَا القَصْرُ؟ قَالُوْا: لِشَابّ مِنْ قُرَيْشٍ، فَظَنَنْتُ اَنّيْ اَنَا هُوَ، فَقُلْتُ: وَمَنْ هُوَ؟ قَالُوْا: عُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ. الترمذى 5: 282، رقم: 3??1، هذا حديث حسن صحيح
Dari Anas, bahwasanya Nabi SAW bersabda, "(Aku bermimpi) masuk ke surga, tiba-tiba aku melihat sebuah istana dari emas, lalu aku bertanya, :Kepunyaan siapakah istana ini ?". Orang-orang menjawab, "Kepunyaan seorang pemuda Quraisy", aku menduga bahwa yang dimaksudkan itu adalah aku, lalu aku bertanya lagi, "Siapa orang tersebut ?". Lalu orang-orang menjawab, " 'Umar bin Khaththab". [HR. Tirmidzi juz 5, hal. 282, no. 3771, ia berkata : Ini hadits hasan shahih]
عَنْ اَبِي مُوْسَى رض قَالَ : كُنْتُ مَعَ النَّبِيّ ص فِيْ حَائِطٍ مِنْ حِيْطَانِ الْمَدِيْنَةِ فَجَاءَ رَجُلٌ فَاسْتَفْتَحَ، فَقَالَ النَّبِيُّ ص: اِفْتَحْ لَهُ وَبَشّرْهُ بِالْجَنَّةِ! فَفَتَحْتُ لَهُ فَاِذَا اَبُوْ بَكْرٍ، فَبَشَّرْتُهُ بِمَا قَالَ النَّبِيُّ ص، فَحَمِدَ اللهَ. ثُمَّ جَاءَ رَجُلٌ فَاسْتَفْتَحَ، فَقَالَ النَّبِيُّ ص: اِفْتَحْ لَهُ وَبَشّرْهُ بِالْجَنَّةِ! فَفَتَحْتُ لَهُ، فَاِذَا هُوَ عُمَرُ، فَاَخْبَرْتُهُ بِمَا قَالَ النَّبِيُّ ص، فَحَمِدَ اللهَ. ثُمَّ اسْتَفْتَحَ رَجُلٌ، فَقَالَ لِي: اِفْتَحْ لَهُ وَبَشّرْهُ بِالْجَنَّةِ عَلَى بَلْوَى تُصِيْبُهُ! فَاِذَا عُثْمَانُ، فَاَخْبَرْتُهُ بِمَا قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص، فَحَمِدَ اللهَ، ثُمَّ قَالَ: اَللهُ الْمُسْتَعَانُ. البخارى 4: 201
Dari Abu Musa RA, ia berkata : Dahulu ketika saya bersama Nabi SAW sedang berada di sebuah kebun diantara kebun-kebun di Madinah, lalu datang seorang laki-laki minta dibukakan pintu. Lalu Nabi SAW bersabda, "Bukakanlah pintu untuknya dan sampaikan khabar gembira kepadanya dengan surga". Lalu aku membukakan pintu untuknya, ternyata dia adalah Abu Bakar. Lalu aku sampaikan khabar gembira kepadanya sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi SAW. Maka diapun memuji Allah. Kemudian datang lagi seorang laki-laki minta dibukakan pintu, lalu Nabi SAW bersabda, "Bukakanlah pintu untuknya dan sampaikanlah khabar gembira kepadanya dengan surga". Lalu aku membukakan pintu untuknya, ternyata dia adalah 'Umar, lalu aku sampaikan khabar gembira kepadanya sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi SAW. Maka diapun memuji Allah. Kemudian datang lagi seorang laki-laki minta dibukakan pintu, lalu Nabi SAW bersabda, "Bukakanlah pintu untuknya dan sampaikanlah khabar gembira kepadanya dengan surga atas cobaan-cobaan yang menimpanya". Ternyata dia adalah 'Utsman. Lalu aku sampaikan kepadanya sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW. Maka diapun memuji Allah, kemudian dia berkata, "Aloohummal musta'aan" (Allah adalah Tuhan yang dimohon pertolongan-Nya). [HR. Bukhari juz 4 hal. 201]
عَنْ اَنَسٍ رض اَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ ص عَنِ السَّاعَةِ، فَقَالَ: مَتَى السَّاعَةُ؟ قَالَ: وَمَاذَا اَعْدَدْتَ لَهَا؟ قَالَ: لَا شَيْءَ اِلَّا اَنّيْ اُحِبُّ اللهَ وَرَسُوْلَهُ ص. فَقَالَ: اَنْتَ مَعَ مَنْ اَحْبَبْتَ. قَالَ اَنَسٌ: فَمَا فَرِحْنَا بِشَيْءٍ فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِيّ ص اَنْتَ مَعَ مَنْ اَحْبَبْتَ. قَالَ اَنَسٌ: فَاَنَا اُحِبُّ النَّبِيَّ ص وَ اَبَا بَكْرٍ وَ عُمَرَ وَ اَرْجُوْ اَنْ اَكُوْنَ مَعَهُمْ بِحُبّيْ اِيَّاهُمْ وَاِنْ لَمْ اَعْمَلْ بِمِثْلِ اَعْمَالِهِمْ. البخارى 4: 200
Dari Anas RA, bahwasanya ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi SAW tentang datangnya hari qiyamat, orang laki-laki tersebut bertanya, "Kapan datangnya qiyamat ?". Nabi SAW balik bertanya, "Apa yang telah kamu persiapkan untuknya ?". Ia menjawab, "Tidak ada sesuatu yang saya persiapkan selain bahwa saya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya SAW". Maka beliau bersabda, "Kamu bersama dengan orang yang kamu cintai". Anas berkata : Maka tidak pernah kami merasa gembira dengan sesuatu sebagaimana kami merasa gembira ketika mendengar sabda Nabi SAW, "Kamu bersama dengan orang yang kamu cintai". Anas berkata, "Saya mencintai Nabi SAW, Abu Bakar, 'Umar, dan saya berharap bisa bersama mereka karena cinta saya kepada mereka itu, walaupun saya tidak beramal seperti amal-amal mereka". [HR. Bukhari juz 4, hal. 200]
عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اللّ?هُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلَامَ بِاَحَبّ ه?ذَيْنِ الرَّجُلَيْنِ اِلَيْكَ، بِاَبِي جَهْلٍ اَوْ بِعُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ. قَالَ: وَكَانَ اَحَبَّهُمَا اِلَيْهِ عُمَرُ. الترمذى 5: 2?9، رقم: 3?64، هذا حديث حسن صحيح غريب
Dari Nafi' dari Ibnu 'Umar, bahwasanya Rasulullah SAW pernah berdo'a (yang artinya) "Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan salah satu diantara dua orang laki-laki ini yang Engkau cintai, yaitu dengan Abu Jahl atau dengan 'Umar bin Khaththab". Dan ternyata 'Umar yang lebih dicintai oleh Allah. [HR. Tirmidzi juz 5. Juz. 279, no. 3764, ia berkata : Ini hadits hasan shahih gharib]
Keutamaan-keutamaan 'Umar bin Al-Khaththab RA
عَنْ اَبِيْ سَعِيْدٍ الْخُدْرِيّ رض قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: بَيْنَا اَنَا نَائِمٌ رَأَيْتُ النَّاسَ عُرِضُوْا عَلَيَّ وَعَلَيْهِمْ قُمُصٌ فَمِنْهَا مَا يَبْلُغُ الثُّدِيَّ، وَمِنْهَا مَا يَبْلُغُ دُوْنَ ذ?لِكَ، وَعُرِضَ عَلَيَّ عُمَرُ وَعَلَيْهِ قَمِيْصٌ اجْتَرَّهُ. قَالُوْا: فَمَا اَوَّلْتَهُ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: اَلدّيْنَ. البخارى 4: 201
Dari Abu Sa'id Al-Khudriy RA, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Ketika aku sedang tidur, aku bermimpi melihat beberapa orang dihadapkan kepadaku, mereka itu memakai baju gamis. Diantara mereka ada yang sampai buah dada, diantaranya lagi ada yang kurang dari itu. Dan 'Umar dihadapkan kepadaku dengan memakai baju gamis dengan menyeretnya". Lalu para shahabat bertanya, "Apa ta'wilnya, ya Rasulullah ?". Beliau bersabda, "Itu adalah agama"..[HR. Bukhari juz 4, hal. 201]
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رض قَالَ: صَعِدَ النَّبِيُّ ص اِلَى اُحُدٍ وَمَعَهُ اَبُوْ بَكْرٍ وَعُمَرُ وَعُثْمَانُ فَرَجَفَ بِهِمْ، فَضَرَبَهُ بِرِجْلِهِ قَالَ: اُثْبُتْ اُحُدُ، فَمَا عَلَيْكَ اِلَّا نَبِيٌّ، اَوْ صِدّيْقٌ، اَوْ شَهِيْدٌ. البخارى 4: 199
Dari Anas bin Malik RA, ia berkata : Nabi SAW beserta Abu Bakar, 'Umar dan 'Utsman pernah mendaki gunung Uhud. Kemudian gunung Uhud mengguncang mereka. Maka Nabi SAW menghentaknya dengan kaki beliau dan bersabda, "Tetaplah wahai Uhud, karena tidaklah ada diatasmu melainkan seorang Nabi atau orang yang sangat benar, atau orang yang mati syahid. [HR. Bukhari juz 4, hal. 199]
عَنْ اَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ص: لَقَدَ كَانَ فِيْمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ مِنْ بَنِيْ اِسْرَائِيْلَ رِجَالٌ يُكَلَّمُوْنَ مِنْ غَيْرِ اَنْ يَكُوْنُوْا اَنْبِيَاءَ فَاِنْ يَكُنْ مِنْ اُمَّتِيْ مِنْهُمْ اَحَدٌ فَعُمَرُ. البخارى 4: 200
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya dahulu sebelum kalian, dikalangan Bani Israil ada orang-orang yang diajak bicara (oleh para malaikat), padahal mereka bukan para Nabi, maka jika ada seseorang dari ummatku yang seperti mereka, maka itu adalah 'Umar". [HR. Bukhari juz 4, hal. 200]
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لَوْ كَانَ نَبِيٌّ بَعْدِيْ لَكَانَ عُمَرَ بْنَ الخَطَّابِ. الترمذى 5: 281، رقم: 3769، هذا حديث حسن غريب
Dari 'Uqbah bin 'Aamir, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Seandainya ada Nabi susudahku, tentu ia adalah 'Umar bin Khaththab"..[HR. Tirmidzi juz 5, hal. 281, no. 3769], ia berkata : Ini hadits hasan gharib]
عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اِنَّ اللهَ جَعَلَ الحَقَّ عَلَى لِسَانِ عُمَرَ وَقَلْبِهِ. قَالَ: وقَالَ ابْنُ عُمَرَ: مَا نَزَلَ بِالنَّاسِ اَمْرٌ قَطُّ فَقَالُوْا فِيْهِ وَقَالَ فِيْهِ عُمَرُ اَوْ قَالَ ابْنُ الخَطَّابِ فِيْهِ، شَكَّ خَارِجَةُ، اِلَّا نَزَلَ فِيْهِ القُرْآنُ عَلَى نَحْوِ مَا قَالَ عُمَرُ. الترمذى 5: 280، رقم: 3765، وهذا حديث حسن صحيح غريب
Dari Nafi', dari Ibnu 'Umar, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah menjadikan kebenaran atas lisan 'Umar dan hatinya". Dan Ibnu 'Umar berkata, "Tidaklah terjadi sesuatu perkara yang orang-orang membicarakannya dan 'Umar atau Ibnul Khaththab mengatakannya (Kharijah, perawi ragu-ragu) melainkan turun ayat Al-Qur'an yang sesuai dengan pendapatnya 'Umar. [HR. Tirmidzi juz 5, hal. 280, no. 3765, ini hadits hasan shahih gharib]
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ عُمَرُ: وَافَقْتُ رَبّى فِىْ ثَلَاثٍ. فِى مَقَامِ اِبْرَاهِيْمَ وَفِى الْحِجَابِ وَفِى اُسَارَى بَدْرٍ. مسلم 4: 1865
Dari Ibnu 'Umar, ia berkata : 'Umar pernah berkata : Pendapatku bersesuaian dengan kehendak Allah Tuhanku dalam tiga hal : 1). Tentang maqam Ibrahim, 2). Tentang hijab 3). Tentang tawanan perang Badr". [HR. Muslim juz 4, hal. 1865]
Keterangan :
Walaupun di dalam hadits ini disebutkan bahwa pendapat 'Umar yang sesuai dengan kehendak Allah itu dalam tiga hal, namun tidak berarti hanya dalam tiga hal itu saja pendapatnya 'Umar yang sesuai dengan kehendak Allah, karena ternyata banyak pendapat 'Umar bin Khaththab yang sesuai dengan kehendak Allah.
عَنْ اَنَسٍ قَالَ: قَالَ عُمَرُ رض: وَافَقْتُ اللهَ فِي ثَلَاثٍ اَوْ وَافَقَنِيْ رَبّي فِيْ ثَلَاثٍ. قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، لَوِ اتَّخَذْتَ مِنْ مَقَامِ اِبْرَاهِيْمَ مُصَلًّى. وَقُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ يَدْخُلُ عَلَيْكَ الْبَرُّ وَالْفَاجِرُ، فَلَوْ اَمَرْتَ اُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ بِالْحِجَابِ. فَاَنْزَلَ اللهُ آيَةَ الْحِجَابِ. قَالَ: وَبَلَغَنِي مُعَاتَبَةُ النَّبِيّ ص بَعْضَ نِسَائِهِ، فَدَخَلْتُ عَلَيْهِنَّ، قُلْتُ: اِنِ انْتَهَيْتُنَّ اَوْ لَيُبَدّلَنَّ اللهُ رَسُوْلَهُ ص خَيْرًا مِنْكُنَّ، حَتَّى اَتَيْتُ اِحْدَى نِسَائِهِ، قَالَتْ: يَا عُمَرُ اَمَا فِي رَسُوْلِ اللهِ ص مَا يَعِظُ نِسَاءَهُ حَتَّى تَعِظَهُنَّ اَنْتَ؟ فَاَنْزَلَ اللهُ عَس?ى رَبُّه اِنْ طَلَّقَكُنَّ اَنْ يُّبَدّلَه اَزْوَاجًا خَيْرًا مّنْكُنَّ مُسْلِمَاتٍ.... اَلْآيَةَ. البخارى 5: 149
Dari Anas, ia berkata : 'Umar RA pernah berkata, "Aku sesuai dengan kehendak Allah dalam tiga hal atau Tuhanku cocok dengan pendapatku dalam tiga hal, Aku pernah berkata, Ya Rasulullah, sebaiknya engkau jadikan dari maqam Ibrahim itu tempat shalat. (Maka turunlah QS. Al-Baqarah : 125)". Dan aku pernah berkata, "Ya Rasulullah, orang yang baik maupun orang yang buruk datang masuk rumahmu, maka sebaiknya engkau perintahkan kepada para ummahaatul mu'miniin supaya berhijab. Maka Allah menurunkan ayat perintah berhijab (QS. Al-Ahzaab : 53)". 'Umar berkata, "Dan telah sampai khabar kepadaku bahwa Nabi SAW mencela kepada sebagian istri-istri beliau, lalu aku datang kepada para istri Nabi SAW dan aku berkata, "Sesungguhnya kalian berhenti dari permintaan kalian kepada Nabi SAW, atau Allah pasti akan menyuruh rasul-Nya untuk mencari ganti dengan para istri yang lebih baik daripada kalian !", hingga aku mendatangi salah seorang diantara istri Nabi SAW. Lalu Ia berkata, "Hai 'Umar, apakah Rasulullah SAW sudah tidak bisa menasehati istri-istrinya sehingga kamu yang menasehati mereka ?". Maka Allah lalu menurunkan ayat (yang artinya), "Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang tha'at, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadah, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan". (QS. At-Tahriim : 5). [HR. Bukhari juz 5, hal. 149]
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رض قَالَ: اِسْتَشَارَ رَسُوْلُ اللهِ ص فِي اْلاُسَارَى اَبَا بَكْرٍ، فَقَالَ: قَوْمُكَ وَعَشِيْرَتُكَ فَخَلّ سَبِيْلَهُمْ. فَاسْتَشَارَ عُمَرُ، فَقَالَ: اُقْتُلْهُمْ. قَالَ: فَفَدَاهُمْ رَسُوْلُ اللهِ ص، فَاَنْزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ مَا كَانَ لِنَبِيّ اَنْ يَّكُوْنَ لَه اَسْر?ى حَتّ?ى يُثْخِنَ فِي اْلاَرْضِ... اِلَى قَوْلِهِ فَكُلُوْا مِمَّا غَنِمْتُمْ حَل?لًا طَيّبًا. قَالَ: فَلَقِيَ النَّبِيُّ ص عُمَرَ، قَالَ: كَادَ اَنْ يُصِيْبَنَا فِيْ خِلاَفِكَ بَلَاءٌ. الحاكم فى المستدرك. 2: 359، هذا حديث صحيح الاِسناد ولم يخرجاه
Dari Ibnu 'Umar RA, ia berkata : Rasulullah SAW pernah meminta pendapat kepada Abu Bakar, mengenai para tawanan perang Badr. Maka Abu Bakar berkata, "Mereka itu juga kaummu dan kerabatmu, maka lepaskan saja mereka (dengan mengambil tebusan)". Lalu beliau SAW meminta pendapat kepada 'Umar (bin Khaththab). Maka 'Umar berkata, "Bunuh saja mereka itu". Kemudian Rasulullah SAW sependapat dengan Abu Bakar, lalu beliau melepaskan para tawanan perang Badar itu dengan mengambil tebusan. Kemudian Allah 'Azza wa Jalla menurunkan ayat (yang artinya), "Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawi sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (67) Kalau sekiranya tidak ada ketetapan yang telah terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar karena tebusan yang kamu ambil. (68) Maka makanlah dari sebagian rampasan perang yang telah kamu ambil itu, sebagai makanan yang halal lagi baik, dan bertaqwalah kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (69)". [Al-Anfaal : 67-69]. Ibnu 'Umar berkata : Kemudian Nabi SAW menemui 'Umar dan berkata, "Hampir-hampir bencana menimpa kami karena menyelisihi pendapatmu". [HR. Hakim dalam Al-Mustadrak juz 2, hal. 359, no. 3270, ia berkata : Ini hadits shahih sanadnya, tetapi Bukhari dan Muslim tidak mengeluarkannya]
عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: لَمَّا تُوُفّىَ عَبْدُ اللهِ بْنُ اُبَىّ ابْنُ سَلُوْلَ جَاءَ ابْنُهُ عَبْدُ اللهِ بْنُ عَبْدِ اللهِ اِلَى رَسُوْلِ اللهِ ص فَسَأَلَهُ اَنْ يُعْطِيَهُ قَمِيْصَهُ اَنْ يُكَفّنَ فِيْهِ اَبَاهُ، فَاَعْطَاهُ، ثُمَّ سَأَلَهُ اَنْ يُصَلّىَ عَلَيْهِ، فَقَامَ رَسُوْلُ اللهِ ص لِيُصَلّىَ عَلَيْهِ، فَقَامَ عُمَرُ فَاَخَذَ بِثَوْبِ رَسُوْلِ اللهِ ص فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اَتُصَلّى عَلَيْهِ وَقَدْ نَهَاكَ اللهُ اَنْ تُصَلّىَ عَلَيْهِ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّمَا خَيَّرَنِىَ اللهُ فَقَالَ: اِسْتَغْفِرْ لَهُمْ اَوْ لَا تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ اِنْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ سَبْعِيْنَ مَرَّةً..... وَسَأَزِيْدُ عَلَى سَبْعِيْنَ. قَالَ: اِنَّهُ مُنَافِقٌ. فَصَلَّى عَلَيْهِ رَسُوْلُ اللهِ ص. وَ اَنْزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ وَلَا تُصَلّ عَلى? اَحَدٍ مّنْهُمْ مَّاتَ اَبَدًا وَّلَا تَقُمْ عَلى? قَبْرِهِ. مسلم 4: 1865
Dari Nafi', dari Ibnu 'Umar, ia berkata : Ketika 'Abdullah bin Ubaiy bin Salul meninggal dunia, putranya yaitu Abdullah bin Abdullah datang kepada Rasulullah SAW meminta supaya diberikan baju gamis beliau untuk mengkafaninya. Maka Rasulullah SAW memberikannya. Kemudian Abdullah memohon kepada Nabi SAW agar menshalatkannya. Maka Rasulullah SAW berdiri untuk menshalatkannya, lalu 'Umar berdiri dan menarik pakaian Rasulullah SAW, dan berkata, "Ya Rasulullah, apakah engkau akan menshalatkannya, sedangkan Allah telah melarang engkau menshalatkannya ?". Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah hanya memberikan pilihan kepadaku, Allah berfirman "Mintakanlah ampun mereka itu atau tidak kamu mintakan ampun, meskipun mereka itu kamu mintakan ampun sampai tujuh puluh kali ….(QS. At-Taubah : 80), dan aku akan menambah memintakan ampun lebih tujuh puluh kali". 'Umar berkata, "Sesungguhnya ia orang munafiq". Kemudian Rasulullah SAW menshalatkannya. Lalu Allah 'Azza wa Jalla menurunkan ayat (yang artinya), "Dan janganlah kamu menshalatkan seseorang dari mereka (orang-orang munafiq) yang mati, selama-lamanya dan janganlah kamu (mendo'akan) di atas quburnya. (QS. At-Taubah : 84). [HR. Muslim juz 4, hal. 1865]
عَنْ عَمْرِو بْنِ شُرَحْبِيْلَ عَنْ عُمَرَ بْنِ اْلخَطَّابِ اَنَّهُ قَالَ: اللّ?هُمَّ بَيّنْ لَنَا فِى اْلخَمْرِ بَيَانَ شِفَاءٍ فَنَزَلَتِ الَّتِى فِى الْبَقَرَةِيَسْأَلُونَكَ عَنِ اْلخَمْرِ وَ الْمَيْسِرِ. اْلآيَةَ فَدُعِىَ عُمَرُ فَقُرِئَتْ عَلَيْهِ فَقَالَ: اللّ?هُمَّ بَيّنْ لَنَا فِى اْلخَمْرِ بَيَانَ شِفَاءٍ فَنَزَلَتِ الَّتِى فِى النّسَاءِ ي??اَيُّهَا الَّذِيْنَ ا?مَنُوْا لَا تَقْرَبُوْا الصَّلَاةَ وَ اَنْتُمْ سُك?ر?ى. فَدُعِىَ عُمَرُ فَقُرِئَتْ عَلَيْهِ فَقَالَ: اللّ?هُمَّ بَيّنْ لَنَا فِى اْلخَمْرِ بَيَانَ شِفَاءٍ فَنَزَلَتِ الَّتِى فِى الْمَائِدَةِ اِنَّمَا يُرِيْدُ الشَّيْط?نُ اَنْ يُّوْقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَ الْبَغْضَآءَ فِى اْلخَمْرِ وَ الْمَيْسِرِ اِلَى قَوْلِهِ فَهَلْ اَنْتُمْ مُّنْتَهُوْنَ. فَدُعِىَ عُمَرُ فَقُرِئَتْ عَلَيْهِ فَقَالَ: اِنْتَهَيْنَا، اِنْتَهَيْنَا. الترمذى 4: 320، رقم: 5042
Dari 'Amr bin Syurahbil, dari ‘Umar bin Al-Khaththab, bahwasanya ia berdo’a, “Ya Allah, berilah keterangan kepada kami tentang khamr dengan keterangan yang jelas”. Maka turunlah ayat pada surat Al-Baqarah “Yas-aluunaka ‘anil khomri wal maisiri, qul fiihimaa itsmun kabiirun…, sampai akhir ayat”. Lalu ‘Umar dipanggil (oleh Rasulullah SAW), lalu ayat tersebut dibacakan kepadanya. Kemudian ‘Umar berdo’a lagi, “Ya Allah, berilah keterangan kepada kami tentang khamr dengan keterangan yang jelas”. Maka turunlah ayat pada surat An-Nisaa’ “Yaa ayyuhalladziina aamanuu laa taqrobush sholaata wa antum sukaaroo…”. Lalu ‘Umar dipanggil (oleh Rasulullah SAW), lalu ayat tersebut dibacakan kepadanya. Kemudian ‘Umar berdo’a lagi, “Ya Allah, berilah keterangan kepada kami tentang khamr dengan keterangan yang jelas”. Maka turunlah ayat pada surat Al-Maaidah, “Innamaa yuriidukumusy syaithoonu ayyuuqi’a bainakumul ‘adaawata wal baghdloo-a fil khomri wal maisiri….. sampai firman Allah ….fahal antum muntahuun”. Lalu ‘Umar dipanggil (oleh Rasulullah SAW), lalu ayat tersebut dibacakan kepadanya. Maka ‘Umar berkata, “Kami berhenti (Ya Allah), kami berhenti”. [HR. Tirmidzi juz 4, hal. 320]
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص اُتِيَ بِرَجُلٍ قَدْ شَرِبَ اْلخَمْرَ فَجَلَدَهُ بِجَرِيْدَتَيْنِ نَحْوَ اَرْبَعِيْنَ. قَالَ: وَ فَعَلَهُ اَبُوْ بَكْرٍ. فَلَمَّا كَانَ عُمَرُ اسْتَشَارَ النَّاسَ، فَقَالَ عَبْدُ الرَّحْمنِ: اَخَفَّ اْلحُدُوْدِ ثَمَانِيْنَ. فَاَمَرَ بِهِ عُمَرُ. مسلم 3: 1330
Dari Anas bin Malik, sesungguhnya pernah dihadapkan kepada Nabi SAW seorang laki-laki yang telah minum khamr. Lalu orang tersebut dipukul dengan dua pelepah kurma sebanyak 40 kali. Anas berkata, "Cara seperti itu dilakukan juga oleh Abu Bakar". Lalu ketika 'Umar (menjadi Khalifah), beliau bermusyawarah dengan para shahabat yang lain, lalu 'Abdur Rahman (bin 'Auf) berkata, "Hukumlah dengan hukuman hadd yang paling ringan yaitu 80 kali. Lalu 'Umar pun memerintahkan dengan hukuman itu (peminum khamr supaya didera 80 kali)". [HR. Muslim juz 3, hal. 1330]
عَنْ اَنَسٍ، عَنِ النَّبِيّ ص اَنَّهُ اُتِيَ بِرَجُلٍ قَدْ شَرِبَ الخَمْرَ فَضَرَبَهُ بِجَرِيْدَتَيْنِ نَحْوَ اْلاَرْبَعِيْنَ، وَفَعَلَهُ اَبُوْ بَكْرٍ، فَلَمَّا كَانَ عُمَرُ اسْتَشَارَ النَّاسَ، فَقَالَ عَبْدُ الرَّحْم?نِ بْنُ عَوْفٍ: كَاَخَفّ الْحُدُوْدِ ثَمَانِيْنَ، فَاَمَرَ بِهِ عُمَرُ. الترمذى 2: 449، 1471، حديث انس حديث حسن صحيح
Dari Anas, dari Nabi SAW bahwasanya pernah didatangkan kepada beliau seorang laki-laki yang telah minum khamr, maka beliau memukul dengan dua pelepah kurma sebanyak 40 kali. Dan Khalifah Abu Bakar juga melaksanakan hukuman peminum khamr seperti itu. Lalu ketika 'Umar menjadi khalifah, beliau bermusyawarah dengan para shahabat, lalu 'Abdur Rahman bin 'Auf mengusulkan, "Hukumlah peminum khamr seperti hukuman hadd yang paling ringan,yaitu didera 80 kali", maka 'Umar pun memerintahkan yang demikian itu. [HR. Tirmidzi juz 2, hal. 449, no. 1471, ia berkata : Haditsnya Anas hadits hasan shahih].
6. Pidatonya Khalifah 'Umar bin Al-Khaththab RA.
Di dalam kitab Al-Kaamil fit Taarikh disebutkan :
وَتُوُفّيَ اَبُوْ بَكْرٍ. فَلَمَّا دُفِنَ، صَعِدَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ فَخَطَبَ النَّاسَ، ثُمَّ قَالَ: اِنَّمَا مَثَلُ الْعَرَبِ مَثَلُ جَمَلٍ آنِفٍ، اِتَّبَعَ قَائِدَهُ. فَلْيَنْظُرْ قَائِدَهُ حَيْثُ يَقُوْدُهُ. وَ اَمَّا اَنَا، فَوَرَبّ الْكَعْبَةِ لَاَحْمِلَنَّكُمْ عَلَى الطَّرِيْقِ. الكامل فى التاريخ 2: 277
Setelah Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq wafat, dan telah dimakamkan, dan 'Umar telah diangkat sebagai Khalifah, kemudian Khalifah 'Umar bin Al-Khaththab naik mimbar, lalu berpidato di hadapan kaum muslimin, beliau mengatakan, "Sesungguhnya perumpamaan bangsa 'Arab adalah seperti unta yang kesakitan hidungnya, yang hanya mengikut saja kepada orang yang menuntunnya. Maka perhatikanlah orang yang menuntunnya, bagaimana ia akan menuntunnya. Adapun aku, demi Allah Tuhan Pemilik Ka'bah, aku akan sungguh-sungguh membawa kalian pada jalan yang benar. [Al-Kaamil fit Taarikh juz 2, hal. 277]
7. Khalifah 'Umar bin Al-Khaththab memberhentikan Khalid bin Walid dari tugasnya.
Di dalam kitab Tarikh Al-Bidaayah wan Nihaayah disebutkan sebagai berikut :
وَقَدْ كَتَبَ بِوَفَاةِ الصّدّيْقِ اِلَى اُمَرَاءِ الشَّامِ مَعَ شَدَّادِ بْنِ اَوْسٍ وَمُحَمَّدِ بْنِ جُرَيْحٍ، فَوَصَلَا وَالنَّاسُ مُصَافُّوْنَ وَجُيُوْشَ الرُّوْمِ يَوْمَ اْليَرْمُوْكِ كَمَا قَدَّمْنَا، وَقَدْ اَمَّرَ عُمَرُ عَلَى الْجُيُوْشِ اَبَا عُبَيْدَةَ حِيْنَ وَلَّاهُ وَعَزَلَ خَالِدَ بْنَ الْوَلِيْدِ. وَذَكَرَ سَلَمَةُ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ اِسْحَاقَ اَنَّ عُمَرَ اِنَّمَا عَزَلَ خَالِدًا لِكَلَامٍ بَلَغَهُ عَنْهُ وَلِمَا كَانَ مِنْ اَمْرِ مَالِكِ بْنِ نُوَيْرَةَ وَمَا كَانَ يَعْتَمِدُهُ فِي حَرْبِهِ. فَلَمَّا وَلِىَ عُمَرُ كَانَ اَوَّلُ مَا تَكَلَّمَ بِهِ اَنْ عَزَلَ خَالِدًا، وَقَالَ: لَا يَلِي لِي عَمَلًا اَبَدًا.
'Umar bin Khaththab mengirim surat memberitahukan wafatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq kepada para Amir di Syam yang di bawa oleh Syaddad bin Aus dan Muhammad bin Juraih (ada yang mengatakan Muhmiyyah bin Zunaim). Kedua utusan itu tiba dalam keadaan pasukan Islam sedang berhadapan dengan pasukan Romawi pada perang Yarmuk, sebagaimana yang telah kami sampaikan terdahulu. 'Umar setelah menjadi Khalifah, langsung mengangkat Abu 'Ubaidah (bin Al-Jarrah) sebagai panglima tertinggi pasukan, dan memberhentikan Khalid bin Walid.
Salamah (bin Fadhl) menyebutkan dari Muhammad bin Ishaq, bahwa 'Umar memberhentikan Khalid disebabkan perkataan darinya yang sampai kepada beliau, dan juga berkenaan dengan terbunuhnya Malik bin Nuwairah, dan hal-hal lainnya yang berkenaan dengan kebijakannya dalam peperangan. Setelah 'Umar menjadi Khalifah, langkah yang pertama kali dilakukannya adalah memberhentikan Khalid bin Walid (dari jabatannya sebagai Panglima tertinggi pasukan), dan 'Umar berkata, "Dia tidak akan bekerja untukku selamanya". [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 7, hal. 22]
وَكَتَبَ عُمَرُ اِلَى اَبِيْ عُبَيْدَةَ، اِنْ اَكْذَبَ خَالِدٌ نَفْسَهُ فَهُوَ اَمِيْرٌ عَلَى مَا كَانَ عَلَيْهِ، وَاِنْ لَمْ يُكْذِبْ نَفْسَهُ فَهُوَ مَعْزُوْلٌ. فَانْزَعْ عِمَامَتَهُ عَنْ رَأْسِهِ وَقَاسِمْهُ مَالَهُ نِصْفَيْنِ. فَلَمَّا قَالَ اَبُوْ عُبَيْدَةَ ذ?لِكَ لِخَالِدٍ، قَالَ لَهُ خَالِدٌ: اَمْهِلْنِي حَتَّى اَسْتَشِيْرَ اُخْتِى. فَذَهَبَ اِلَى اُخْتِهِ فَاطِمَةَ، وَكَانَتْ تَحْتَ الْحَارِثِ بْنِ هِشَامٍ، فَاسْتَشَارَهَا فِي ذ?لِكَ، فَقَالَتْ لَهُ: اِنَّ عُمَرَ لَا يُحِبُّكَ اَبَدًا وَاِنَّهُ سَيَعْزِلُكَ وَاَنْ كَذَّبْتَ نَفْسَكَ. فَقَالَ لَهَا صَدَقْتِ، وَاللهِ. فَقَاسَمَهُ اَبُوْ عُبَيْدَةَ حَتَّى اَخَذَ اِحْدَى نَعْلَيْهِ وَتَرَكَ لَهُ اْلآخِرَةَ وَخَالِدٌ يَقُوْلُ: سَمْعًا وَطَاعَةً لِاَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ.
Khalifah 'Umar menulis surat kepada Abu 'Ubaidah, "Jika Khalid mengakui (kesalahan) dirinya maka ia sebagai Amir apa yang ada padanya. Dan jika ia tidak mengakui (kesalahan) dirinya, maka dia diberhentikan. Lepaskan sorbannya dari kepalanya, dan bagilah hartanya menjadi dua". Setelah Abu 'Ubaidah menyampaikan hal itu kepada Khalid, maka Khalid berkata kepadanya, "Berikanlah waktu kepadaku hingga aku minta pendapat kepada saudara perempuanku". Kemudian Khalid pergi menemui saudara perempuannya yaitu Fathimah, ia adalah istrinya Al-Haarits bin Hisyaam. Lalu Khalid meminta pendapatnya tentang hal itu. Fathimah berkata kepadanya, "Sesungguhnya 'Umar tidak menyukaimu, dan sesungguhnya ia akan memberhentikanmu dan supaya kamu mengakui". Lalu Khalid berkata, "Demi Allah, kamu benar". Kemudian Abu 'Ubaidah membagi hartanya, hingga ia mengambil satu dari dua sandalnya, dan meninggalkan yang satunya lagi untuknya. Dan Khalid berkata "Saya mendengar dan tha'at kepada 'Amiirul Mu'miniin". [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 7. Hal. 22]
8. Pesan Khalifah 'Umar kepada Abu 'Ubaidah
وَقَدْ رَوَى ابْنُ جَرِيْرٍ عَنْ صَالِحِ بْنِ كَيْسَانَ اَنَّهُ قَاَل: اَوَّلُ كِتَابٍ كَتَبَهُ عُمَرُ اِلَى اَبِي عُبَيْدَةَ حِيْنَ وَلَّاهُ وَعَزَلَ خَالِدًا اَنْ قَالَ: وَاُوْصِيْكَ بِتَقْوَى اللهِ الَّذِيْ يَبْقَى وَيَفْنَى مَا سِوَاهُ، الَّذِيْ هَدَانَا مِنَ الضَّلَالَةِ وَاَخْرَجَنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ اِلَى النُّوْرِ، وَقَدِ اسْتَعْمَلْتُكَ عَلَى جُنْدِ خَالِدِ بْنِ الْوَلِيْدِ، فَقُمْ بِاَمْرِهِمُ الَّذِيْ يَحِقُّ عَلَيْكَ، لَا تُقَدّمِ الْمُسْلِمِيْنَ هَلَكَةً رَجَاءَ غَنِيْمَةٍ، وَلَا تُنْزِلْهُمْ مَنْزِلًا قَبْلَ اَنْ تَسْتَرِيْدَهُ لَهُمْ وَتَعْلَمَ كَيْفَ مَأْتَاهُ، وَلَا تَبْعَثْ سَرِيَّةً اِلَّا فِي كَنَفٍ مِنَ النَّاسِ، وَاِيَّاكَ وَاِلْقَاءَ الْمُسْلِمِيْنَ فِي الْهَلَكَةِ، وَقَدْ اَبْلَاكَ اللهُ بِيْ وَاَبْلَانِيْ بِكَ، فَغُضَّ بَصَرَكَ عَنِ الدُّنْيَا وَاَلْهِ قَلْبَكَ عَنْهَا، وَاِيَّاكَ اَنْ تُهْلِكَكَ كَمَا اَهْلَكَتْ مَنْ كَانَ قَبْلَكَ، فَقَدْ رَأَيْتَ مَصَارِعَهُمْ. وَاَمَرَهُمْ بالْمَسِيْرِ اِلَى دِمَشْقَ. وَكَانَ بَعْدَ مَا بَلَغَهُ الْخَبَرُ بِفَتْحِ اْليَرْمُوْكِ وَجَاءَتْهُ بِهِ الْبِشَارَةُ وَحَمْلُ الْخُمُسِ اِلَيْهِ.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Shalih bin Kaisaan, dia berkata : Surat pertama kali yang ditulis oleh 'Umar kepada Abu 'Ubaidah ketika 'Umar mengangkatnya sebagai Panglima dan memberhentikan Khalid, beliau berkata, "Aku pesankan kepadamu agar selalu bertaqwa kepada Allah Yang Maha Kekal, sedangkan selain-Nya akan lenyap. Tuhan yang telah memberi petunjuk kepada kita dari kesesatan, dan mengeluarkan kita dari kegelapan kepada cahaya. Aku telah mengangkatmu menjadi Panglima tertinggi untuk seluruh pasukan Khalid bin Walid. Laksanakanlah tugasmu yang menjadi tanggungjawabmu dan pimpinlah mereka. Jangan sekali-kali engkau bawa pasukan kaum muslimin kepada kehancuran disebabkan tergiur oleh harta rampasan perang. Dan janganlah engkau perintahkan mereka untuk berhenti di suatu tempat sebelum engkau yaqin bahwa tempat tersebut aman bagi mereka dan engkau faham betul situasi di sekitarnya. Janganlah engkau memberangkatkan pasukan-pasukan kecil, kecuali membawa prajurit yang banyak. Hati-hatilah kamu, jangan sampai engkau giring kaum muslimin menuju kehancuran. Sesungguhnya Allah telah mengujimu dengan aku, dan mengujiku dengan dirimu, tundukkan pandanganmu dari keduniaan, jauhkanlah hatimu dari mengingatnya, jangan sampai keduniaan membinasakanmu sebagaimana telah membinasakan orang-orang sebelummu, sedangkan kamu telah menyaksikan tempat kehancuran mereka".
Kemudian 'Umar memerintahkan mereka agar berjalan menuju Damaskus. Dan hal itu terjadi setelah sampai kepada beliau berita kemenangan kaum muslimin dalam perang Yarmuk, dan datang kepada beliau khabar gembira dengan membawa seperlima dari harta rampasan perang. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 7, hal. 22]
وَقَدْ ذَكَرَ ابْنُ اِسْحَاقَ اَنَّ الصَّحَابَةَ قَاتَلُوْا بَعْدَ الْيَرْمُوْكِ اَجْنَادَيْنِ. ثُمَّ بِفِحْلٍ مِنْ اَرْضِ الْغَوْرِ قَرِيْبًا مِنْ بَيْسَانَ بِمَكَانٍ يُقَالُ لَهُ الرَّدَغَةُ، سُمّىَ بِذ?لِكَ لِكَثْرَةِ مَا لَقُوْا مِنَ الْاَوْحَالِ فِيْهَا فَاَغْلَقُوْهَا عَلَيْهِمْ وَاَحَاطَ بِهَا الصَّحَابَةُ. قَالَ: وَحِيْنَئِذٍ جَاءَتِ الْاِمَارَةُ لِاَبِي عُبَيْدَةَ مِنْ جِهَةِ عُمَرَ وَعَزْلُ خَالِدٍ. وَه?ذَا الَّذِيْ ذَكَرَهُ بْنُ اِسْحَاقَ مِنْ مَجِىْءِ اْلاِمَارَةِ لِاَبِي عُبَيْدَةَ فِي حِصَارِ دِمَشْقَ هُوَ الْمَشْهُوْرُ. البداية و النهاية 7: 22
Ibnu Ishaq menyebutkan, bahwasanya setelah perang Yarmuk pasukan muslimin memerangi Ajnadain, kemudian kota Fihl di daerah Al-Ghour dekat Baisaan, di suatu tempat yang disebut Ar-Radaghah (tanah yang becek), dinamakan demikian karena banyaknya lumpur yang mereka dapati di situ, dan kaum muslimin menutup dan mengepung kota itu. (Ibnu Ishaq) berkata, "Dan ketika itu datanglah perintah dari 'Umar mengangkat Abu 'Ubaidah sebagai panglima perang, dan diberhentikannya Khalid sebagai panglima. Dan yang disebutkan oleh Ibnu Ishaq datangnya pengangkatan Abu 'Ubaidah sebagai panglima dalam rangka pengepungan Damaskus, ini yang masyhur. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 7, hal. 22]
9. Penaklukan Damaskus
قَالَ سَيْفُ بْنُ عُمَرَ: لَمَّا ارْتَحَلَ اَبُوْ عُبَيْدَةَ مِنَ الْيَرْمُوْكِ، فَنَزَلَ بِالْجُنُوْدِ عَلَى مَرْجِ الصَّفَّرِ، وَهُوَ عَازِمٌ عَلَى حِصَارِ دِمَشْقَ، اِذْ اَتَاهُ الْخَبَرُ بِقُدُوْمِ مَدَدِهِمْ مِنْ حِمْصَ، وَجَاءَهُ الْخَبَرُ بِاَنَّهُ قَدِ اجْتَمَعَ طَائِفَةٌ كَبِيْرَةٌ مِنَ الرُّوْمِ بِفِحْلٍ مِنْ اَرْضِ فِلِسْطِيْنَ، وَهُوَ لَا يَدْرِي بِاَيّ اْلاَمْرَيْنِ يَبْدَأُ. فَكَتَبَ اِلَى عُمَرَ فِي ذ?لِكَ، فَجَاءَ الْجَوَابُ اَنِ ابْدَأْ بِدِمَشْقَ، فَاِنَّهَا حِصْنُ الشَّامِ وَبَيْتُ مَمْلَكَتِهِمْ، فَانْهَدْ لَهَا وَاَشْغِلُوْا عَنْكُمْ اَهْلَ فِحْلٍ بِخُيُوْلٍ تَكُوْنُ تِلْقَاءَهُمْ، فَاِنْ فَتَحَهَا اللهُ قَبْلَ دِمَشْقَ، فَذ?لِكَ الَّذِيْ نُحِبُّ، وَاِنْ فَتَحْتَ دِمَشْقَ قَبْلَهَا، فَسِرْ اَنْتَ وَمَنْ مَعَكَ، وَاسْتَخْلِفْ عَلَى دِمَشْقَ، فَاِذَا فَتَحَ اللهُ عَلَيْكُمْ فِحْلَ فَسِرْ اَنْتَ وَخَالِدٌ اِلَى حِمْصَ، وَاتْرُكْ عَمْرًا وَشُرَحْبِيْلَ عَلَى اْلاُرْدُنِ وَفِلِسْطِيْنَ
Saif bin 'Umar berkata : Setelah Abu 'Ubaidah berangkat dari Yarmuk, ia membawa tentaranya dan berhenti di Marjush-Shaffar, dan ia berkeinginan kerasuntuk mengepung kota Damaskus. Tiba-tiba sampai kepadanya berita datangnya bala bantuan musuh dari Himsha, dan datang pula kepadanya berita tentang berkumpulnya tentara Romawi yang banyak di Fihl, daerah Palestina. Abu 'Ubaidah bingung yang mana yang harus dihadapinya terlebih dahulu. Maka ia segera mengirim surat kepada 'Umar menanyakan hal itu. Lalu datanglah jawabannya, "Mulailah menyerang Damaskus terlebih dahulu, sebab wilayah itu merupakan benteng negeri Syam dan ibu kota pemerintahan mereka. Berangkatlah segera, dan jangan lupa, kacaukanlah konsentrasi pasukan Romawi yang berkumpul di Fihl dengan menempatkan pasukan berkuda tepat di hadapan pasukan mereka, jika Allah memberi kemenangan pasukan berkuda sebelum Damaskus ditaklukkan, maka itulah yang kita harapkan. Tetapi kalau Damaskus yang terlebih dahulu berhasil ditaklukkan, maka berjalanlah beserta pasukanmu (menuju Fihl), dan tunjuklah wakilmu untuk wilayah Damaskus. Jika Allah memberi kemenangan di Fihl, maka berjalanlah kamu dan Khalid ke Himsha, dan serahkanlah daerah itu kepada 'Amr bersama Syurahbil untuk mengurusi Yordania dan Palestina.
قَالَ: فَسَرَحَ اَبُو عُبَيْدَةَ اِلَى فِحْلٍ عَشْرَةَ اُمَرَاءَ، مَعَ كُلّ اَمِيْرٍ خَمْسَةَ اُمَرَاءَ، وَعَلَى الْجَمِيْعِ عُمَارَةُ بْنُ مَخْشِيّ الصَّحَابِيُّ. فَسَارُوْا مِنْ مَرْجِ الصَّفَّرِ اِلَى فِحْلٍ، فَوَجَدُوا الرُّوْمَ هُنَالِكَ قَرِيْبًا مِنْ ثَمَانِيْنَ اَلْفًا، وَقَدْ اَرْسَلُوا الْمِيَاهَ حَوْلَهُمْ حَتَّى اَرْدَغَتِ اْلاَرْضُ فَسَمَّوْا ذ?لِكَ الْمَوْضِعَ الرَّدَغَةَ، وَفَتَحَهَا اللهُ عَلَى الْمُسْلِمِيْنَ. فَكَانَتْ اَوَّلَ حِصْنٍ فُتِحَ قَبْلَ دِمَشْقَ (عَلَى مَا سَيَأْتِي تَفْصِيْلُهُ). وَبَعَثَ اَبُوْ عُبَيْدَةَ جَيْشًا يَكُوْنُ بَيْنَ دِمَشْقَ وَبَيْنَ فِلِسْطِيْنَ، وَبَعَثَ ذَا الْكَلَاعِ فِي جَيْشٍ يَكُوْنُ بَيْنَ دِمَشْقَ وَبَيْنَ حِمْصَ لِيَرُدَّ مَنْ يَرِدُ اِلَيْهِمْ مِنَ الْمَدَدِ مِنْ جِهَةِ هِرَقْلَ. البداية و النهاية 7: 23
Kemudian Abu 'Ubaidah menugaskan sepuluh komandan pasukan untuk berangkat menuju Fihl. Setiap komandan membawahi lima pemimpin regu, sedangkan pemimpin seluruh pasukan adalah 'Umarah bin Makhsyi, seorang shahabat. Mereka berjalan dari Marjush Shaffar ke Fihl. Sesampainya di Fihl mereka mendapati pasukan Romawi berada di sana kira-kira sebanyak 80.000 orang. Mereka mengalirkan saluran air ke sekitar mereka hingga tanah tempat mereka menjadi becek, karena itulah tempat tersebut dinamai dengan Ar-Radaghah (tanah becek). Dan Allah memberikan kemenangan kepada kaum muslimin sehingga berhasil menaklukkan kota itu. Maka kemenangan itu merupakan benteng yang pertama kali ditaklukkan sebelum Damaskus. (akan datang penjelasannya).
Abu 'Ubaidah juga mengirim pasukan yang ditempatkan antara Damaskus dan Palestina. Ia juga mengirim pasukan ke Dzil Kalaa' dan ditempatkan antara Damaskus dan Himsha, untuk menghalangi datangnya bantuan musuh yang dikirim Heraklius. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 7, hal. 23]
Di dalam kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah disebutkan sebagai berikut :
ثُمَّ سَارَ اَبُو عُبَيْدَةَ مِنْ مَرْجِ الصُّفَّرِ قَاصِدًا دِمَشْقَ، وَقَدْ جَعَلَ خَالِدَ بْنَ الْوَلِيْدِ فِي الْقَلْبِ، وَرَكِبَ اَبُو عُبَيْدَةَ وَعَمْرُو بْنُ الْعَاصِ فِي الْمُجَنّبَتَيْنِ، وَعَلَى الْخَيْلِ عِيَاضُ بْنُ غَنْمٍ. وَعَلَى الرَّجَّالَةِ شُرَحْبِيْلُ بْنُ حَسَنَةَ، فَقَدِمُوْا دِمَشْقَ وَعَلَيْهَا نِسْطَاسُ بْنُ نُسْطُوْسَ. فَنَزَلَ خَالِدُ بْنُ الْوَلِيْدِ عَلَى الْبَابِ الشَّرْقِيّ وَاِلَيْهِ كَيْسَانُ اَيْضًا، وَنَزَلَ اَبُو عُبَيْدَةَ عَلَى بَابِ الْجَابِيَةِ الْكَبِيْرِ، وَنَزَلَ يَزِيْدُ بْنُ اَبِي سُفْيَانَ عَلَى بَابِ الْجَابِيَةِ الصَّغِيْرِ، وَنَزَلَ عَمْرُو بْنُ الْعَاصِ وَشُرَحْبِيْلُ بْنُ حَسَنَةَ عَلَى بَقِيَّةِ اَبْوَابِ الْبَلَدِ، وَنَصَبُوا الْمَجَانِيْقَ وَالدَّبَّابَاتِ. البداية و النهاية 7: 23
Kemudian Abu 'Ubaidah berjalan dari Marjus Shuffar menuju Damaskus. Ia menempatkan Khalid bin Walid di jantung pertahanan, sementara Abu 'Ubaidah dan 'Amr bin Al-'Aash berada di posisi sayap kiri dan sayap kanan. Pasukan berkuda dipimpin oleh 'Iyaadl bin Ghanmin, dan pasukan yang berjalan kaki dipimpin oleh Syurahbil bin Hasanah. Mereka tiba di kota Damaskus, pada waktu itu yang menjadi panglima tertinggi pasukan Romawi di sana adalah Nisthas bin Nusthuus.
Kemudian Khalid bin Walid turun di dekat pintu gerbang sebelah timur, begitu pula Kaisaan berjalan menuju ke pintu tersebut, sementara Abu 'Ubaidah turun di pintu Al-Jabiyah yang besar, dan Yazid bin Abu Sufyan turun di pintu Al-Jabiyah yang kecil, sedangkan 'Amr bin Al-'Aash dan Syurahbil bin Hasanah menempatkan pasukannya di pintu-pintu lainnya di kota itu, dan mereka telah memasang Manjaniq manjaniq (alat pelontar jarak jauh) dan Dabbaabah dabbaabah (kendaraan perang yang orangnya berlindung di dalamnya, seperti tank jaman sekarang). [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 7, hal. 23]
وَقَدْ اَرْصَدَ اَبُو عُبَيْدَةَ اَبَا الدَّرْدَاءِ عَلَى جَيْشٍ بِبَرْزَةَ يَكُوْنُوْنَ رِدْءًا لَهُ، وَكَذَا الَّذِيْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ حِمْصَ، وَحَاصَرُوْهَا حِصَارًا شَدِيْدًا سَبْعِيْنَ لَيْلَةً، وَقِيْلَ اَرْبَعَةَ اَشْهُرٍ، وَقِيْلَ سِتَّةَ اَشْهُرٍ، وَقِيْلَ اَرْبَعَةَ عَشَرَ شَهْرًا، فَاللهُ اَعْلَمُ. وَاَهْلُ دِمَشْقَ مُمْتَنِعُوْنَ مِنْهُمْ غَايَةَ اْلاِمْتِنَاعِ وَيُرْسِلُوْنَ اِلَى مَلِكِهِمْ هِرَقْلَ، وَهُوَ مُقِيْمٌ بِحِمْصَ، يَطْلُبُوْنَ مِنْهُ الْمَدَدَ، فَلَا يُمْكِنُ وُصُوْلُ الْمَدَدِ اِلَيْهِمْ مِنْ ذِي الْكَلَاعِ الَّذِيْ قَدْ اَرْصَدَهُ اَبُو عُبَيْدَةَ رض بَيْنَ دِمَشْقَ وَبَيْنَ حِمْصَ، عَنْ دِمَشْقَ لَيْلَةً. فَلَمَّا اَيْقَنَ اَهْلُ دِمَشْقَ اَنَّهُ لَا يَصِلُ اِلَيْهِمْ مَدَدٌ اَبْلَسُوْا وَفَشِلُوْا وَضَعُفُوْا وَقَوِىَ الْمُسْلِمُوْنَ وَاشْتَدَّ حِصَارُهُمْ. البداية و النهاية 7: 23
Kemudian Abu 'Ubaidah memerintahkan Abud Dardaa' agar menjadi penghubung pasukan di Barzah (sebuah kota di Damaskus), sebagai pasukan bala bantuan bagi pasukan yang berada antara kota itu dengan kota Himsha. Akhirnya pasukan muslimin mengepung Damaskus dari segala penjuru dengan pengepungan yang ketat selama 70 hari (ada yang mengatakan pengepungan terjadi selama 4 bulan, ada yang mengatakan selama 6 bulan, ada pula yang mengatakan selama 14 bulan, Alloohu a'lam). Penduduk Damaskus mempertahankan benteng mereka mati-matian dan mereka mengirim surat kepada raja mereka Heraklius, yang pada waktu itu berada di Himsha, mereka meminta agar bala bantuan segera dikirim kepada mereka. Tetapi mustahil bala bantuan datang dari arah Dzul Kalaa' yang telah ditutup oleh pasukan Abu 'Ubaidah RA yang ditempatkkan antara Damaskus dan Himsha, sedangkan perjalanan dari Himsha ke Damaskus memerlukan waktu satu hari. Setelah penduduk Damaskus yaqin bahwa bala bantuan tidak akan datang kepada mereka, kemudian mereka menjadi putus asa, hilang semangat dan menjadi lemah, sedangkan pengepungan kaum muslimin semakin kuat. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 7, hal. 23]
وَجَاءَ فَصْلُ الشّتَاءِ وَاشْتَدَّ اْلبَرْدُ وَعَسَرَ الْحَالُ وَعَسَرَ الْقِتَالُ، فَقَدَّرَ اللهُ الْكَبِيْرُ الْمُتَعَالِ ذُو الْعِزَّةِ وَالْجَلَالِ، اَنْ وُلِدَ لِبِطْرِيْقِ دِمَشْقَ مَوْلُوْدٌ فِي تِلْكَ اللَّيَالِي، فَصَنَعَ لَهُمْ طَعَامًا وَسَقَاهُمْ بَعْدَهُ شَرَابًا، وَبَاتُوْا عِنْدَهُ فِي وَلِيْمَتِهِ قَدْ اَكَلُوْا وَشَرِبُوْا وَتَعِبُوْا، فَنَامُوْا عَنْ مَوَاقِفِهِمْ وَاشْتُغِلُوْا عَنْ اَمَاكِنِهِمْ. وَفَطِنَ لِذ?لِكَ اَمِيْرُ الْحَرْبِ خَالِدُ بْنُ الْوَلِيْدِ، فَاِنَّهُ كَانَ لَا يَنَامُ وَلَا يَتْرُكُ اَحَدًا يَنَامُ، بَلْ مُرَاصِدٌ لَهُمْ لَيْلًا وَنَهَارًا، وَلَهُ عُيُوْنٌ وَقُصَّادٌ يَرْفَعُوْنَ اِلَيْهِ اَحْوَالَ الْمُقَاتَلَةِ صَبَاحًا وَمَسَاءًا. فَلَمَّا رَاَى حَمَدَةَ تِلْكَ اللَّيْلَةِ وَاِنَّهُ لَا يُقَاتِلُ عَلَى السُّوْرِ اَحَدٌ كَانَ قَدْ اَعَدَّ سَلَالِيْمَ مِنْ حِبَالٍ، فَجَاءَ هُوَ وَاَصْحَابُهُ مِنَ الصَّنَادِيْدِ اْلاَبْطَالِ مِثْلُ اْلقَعْقَاعِ بْنِ عَمْرٍو وَمَذْعُوْرِ بْنِ عَدِيّ، وَقَدْ اَحْضَرَ جَيْشَهُ عِنْدَ اْلبَابِ، وَقَالَ لَهُمْ: اِذَا سَمِعْتُمْ تَكْبِيْرَنَا فَوْقَ السُّوْرِ فَارْقُوْا اِلَيْنَا. البداية و النهاية 7: 23
Kemudian datanglah musim dingin yang sangat dingin, dan kondisi semakin buruk, pertempuran pun semakin sulit, namun Allah Yang Maha Besar, Maha Tinggi, Maha memiliki Kemuliaan dan Maha Perkasa mentaqdirkan seorang istri komandan pasukan Romawi di Damaskus melahirkan pada malam itu. Maka komandan mengadakan pesta makan dan minum dengan mengundang banyak orang, maka pada malam itu semuanya berpesta makan dan minum hingga akhirnya mereka kelelahan, lalu tidur sehingga mereka terlena dan lalai dari menjaga pintu-pintu gerbang pertahanan mereka. Komandan pasukan Khalid bin Walid mengetahui kondisi mereka, karena ia tidak tidur dan tidak membiarkan seorangpun dari pasukannya untuk tidur, Khalid terus-menerus mengintai mereka siang maupun malam, dan mengirimkan mata-mata yang membawa berita keadaan musuh kepadanya setiap pagi dan petang. Ketika Khalid melihat suasana malam itu sudah lengang, sedangkan mustahil berperang dengan melompati benteng-benteng mereka yang tinggi, dan ia telah menyiapkan tangga-tangga dari tali, maka ia dan para pahlawan yang gagah berani seperti Al-Qa'qa' bin 'Amr, dan Madz'uur bin 'Adiy segera maju, sedangkan Khalid telah membawa pasukannya ke dekat pintu, dan Khalid berpesan kepada pasukannya, "Jika kalian mendengar takbir dari atas tembok pagar, maka naiklah, ikuti kami". [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 7, hal. 23]
ثُمَّ نَهَدَ هُوَ وَاَصْحَابُهُ فَقَطَعُوا الْخَنْدَقَ سِبَاحَةً بِقِرَبٍ فِي اَعْنَاقِهِمْ، فَنَصَبُوْا تِلْكَ السَّلَالِمَ وَاَثْبَتُوْا اَعَالِيَهَا بِالشَّرَفَاتِ وَاَكَّدُوْا اَسَافِلَهَا خَارِجَ الْخَنْدَقِ، وَصَعِدُوْا فِيْهَا. فَلَمَّا اسْتَوَوْا عَلَى السُّوْرِ رَفَعُوْا اَصْوَاتَهُمْ بِالتَّكْبِيْرِ، وَجَاءَ الْمُسْلِمُوْنَ فَصَعِدُوْا فِي تِلْكَ السَّلَالِمِ، وَانْحَدَرَ خَالِدٌ وَاَصْحَابُهُ الشُّجْعَانُ مِنَ السُّوْرِ اِلَى اْلبَوَّابِيْنَ فَقَتَلُوْهُمْ، وَقَطَعَ خَالِدٌ وَاَصْحَابُهُ اَغَالِيْقَ اْلبَابِ بِالسُّيُوْفِ وَفَتَحُوا اْلبَابَ عُنْوَةً، فَدَخَلَ الْجَيْشُ الْخَالِدِيُّ مِنَ اْلبَابِ الشَّرْقِيّ. وَلَمَّا سَمِعَ اَهْلُ اْلبَلَدِ التَّكْبِيْرَ ثَارُوْا وَذَهَبَ كُلُّ فَرِيْقٍ اِلَى اَمَاكِنِهِمْ مِنَ السُّوْرِ، لَا يَدْرُوْنَ مَا الْخَبَرَ، فَجَعَلَ كُلَّمَا قَدِمَ اَحَدٌ مِنْ اَصْحَابِ اْلبَابِ الشَّرْقِيّ قَتَلَهُ اَصْحَابُ خَالِدٍ، وَدَخَلَ خَالِدٌ اْلبَلَدَ عُنْوَةً، فَقَتَلَ مَنْ وَجَدَهُ. وَذَهَبَ اَهْلُ كُلّ بَابٍ فَسَأَلُوْا مِنْ اَمِيْرِهِمُ الَّذِيْ عِنْدَ الْبَابِ مِنْ خَارِجِ الصُّلْحَ. البداية و النهاية 7: 23
Kemudian Khalid dengan pasukannya maju berenang menyeberangi parit pertahanan mereka dengan membawa peralatan dalam kantong-kantong yang terbuat dari kulit yang digantungkan pada leher mereka. Lalu mereka memasang tangga-tangga yang telah disiapkan. Mereka memasang tangga-tangga yang terbuat dari tali-tali itu dengan mengikat bagian atasnya pada pagar benteng yang tinggi itu, dan mereka mengikat bagian bawahnya di luar parit. Kemudian mereka naik ke atas tembok pagar benteng itu. Setelah mereka berada di atas tembok benteng, lalu mereka menyuarakan takbir dengan suara keras, lalu pasukan muslimin berdatangan dan naik melalui tangga-tangga yang terbuat dari tali-tali tersebut. Kemudian Khalid dan para shahabatnya yang pemberani itu turun menuju para penjaga pintu benteng, dan berhasil membunuh mereka. Kemudian Khalid bersama para shahabatnya memotong kancing-kancing pintu itu dengan pedang pedang mereka sehingga berhasil membuka pintu benteng itu dengan paksa, maka masuklah seluruh pasukan Khalid menyerbu dari pintu bagian timur. Ketika penduduk mendengar suara takbir, mereka bangkit, dan tiap-tiap kelompok pasukan berlari menuju tempat mereka masing-masing di dekat pagar tembok tersebut, sedangkan mereka tidak mengetahui apa yang sedang terjadi. Kemudian setiap pasukan musuh yang datang ke arah pintu benteng bagian timur tersebut pasti dibunuh oleh pasukan Khalid. Dan Khalid memasuki kota tersebut dengan perang, ia membunuh siapa saja musuh yang ia jumpai. Kemudian para penjaga pintu berlari menuju pimpinan mereka yang berada di dekat pintu dengan meneriakkan dari luar pintu memohon untuk berdamai. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 7, hal. 23]
وَقَدْ كَانَ الْمُسْلِمُوْنَ دَعَوْهُمْ اِلَى الْمُشَاطَرَةِ فَيَأْبَوْنَ عَلَيْهِمْ، فَلَمَّا دَعَوْهُمْ اِلَى ذ?لِكَ اَجَابُوْهُمْ. وَلَمْ يَعْلَمْ بَقِيَّةُ الصَّحَابَةِ مَا صَنَعَ خَالِدٌ. وَدَخَلَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ كُلّ جَانِبٍ وَبَابٍ، فَوَجَدُوْا خَالِدًا وَهُوَ يَقْتُلُ مَنْ وَجَدَهُ. فَقَالُوْا لَهُ اِنَّا قَدْ آمَنَّاهُمْ. فَقَالَ: اِنّى فَتَحْتُهَا عُنْوَةً. وَالْتَقَتِ اْلاُمَرَاءُ فِي وَسَطِ الْبَلَدِ عِنْدَ كَنِيْسَةِ الْمِقْسَلَاطِ، بِاْلقُرْبِ مِنْ دَرْبِ الرَّيْحَانِ الْيَوْمَ. ه?كَذَا ذَكَرَهُ سَيْفُ بْنُ عُمَرَ وَغَيْرُهُ وَهُوَ الْمَشْهُوْرُ، اَنَّ خَالِدًا فَتَحَ الْبَابَ قَسْرًا. البداية و النهاية 7: 24
Sebelumnya, pasukan Islam telah mencoba mengajak mereka untuk berdamai dengan syarat mereka menyerahkan separo dari hasil bumi mereka, namun mereka menolaknya. Maka setelah mereka meminta berdamai dan mau menerima persyaratan tersebut, pasukan muslimin pun menerima kesepakatan damai itu. Sebagian pasukan tidak mengetahui apa yang diperbuat Khalid. Akhirnya seluruh pasukan muslimin masuk ke dalam benteng dari segala penjuru dan dari semua pintu untuk berdamai. Namun di dalam benteng mereka melihat Khalid tengah berperang membunuh musuh yang ia jumpai. Para shahabat berkata kepada Khalid, "Sesungguhnya mereka telah kami jamin keamanan jiwanya". Khalid menjawab, "Tidak, aku membuka benteng dan menaklukkannya dengan perang". Kemudian para pemimpin berkumpul di tengah kota itu, tepat di samping gereja Al-Miqsalath (dekat jalan Ar-Raihaan, sekarang).
Demikianlah yang disebutkan oleh Saif bin 'Umar dan lainnya, dan inilah riwayat yang masyhur, sesungguhnya Khalid membuka kota itu dengan perang. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 7, hal. 24]
وَقَدِ اخْتَلَفَ الصَّحَابَةُ، فَقَالَ قَائِلُوْنَ: هِيَ صُلْحٌ، يَعْنِى عَلَى مَا صَالَحَهُمُ اْلاَمِيْرُ فِي نَفْسِ الْاَمْرِ وَهُوَ اَبُو عُبَيْدَةَ، وَقَالَ آخَرُوْنَ: بَلْ عُنْوَةً، لِاَنَّ خَالِدًا اِفْتَتَحَهَا بِالسَّيْفِ اَوَّلًا، كَمَا ذَكَرْنَا. فَلَمَّا اَحَسُّوْا بِذ?لِكَ ذَهَبُوْا اِلَى بَقِيَّةِ الْاُمَرَاءِ وَمَعَهُمْ اَبُو عُبَيْدَةَ فَصَالَحُوْهُمْ، فَاتَّفَقُوْا فِيْمَا بَيْنَهُمْ عَلَى اَنْ جَعَلُوْا نِصْفَهَا صُلْحًا وَنِصْفَهَا عُنْوَةً. فَمَلَكَ اَهْلُهَا نِصْفَ مَا كَانَ بِاَيْدِيْهِمْ وَاَقَرُّوْا عَلَيْهِ، وَاسْتَقَرَّتْ يَدُ الصَّحَابَةِ عَلَى النّصْفِ. وَيُقَوّى ه?ذَا مَا ذَكَرَهُ سَيْفُ بْنُ عَمَرَ مِنْ اَنَّ الصَّحَابَةَ كَانُوْا يَطْلُبُوْنَ اِلَيْهِمْ اَنْ يُصَالِحُوْهُمْ عَلَى الْمُشَاطَرَةِ فَيَأْبَوْنَ. فَلَمَّا اَحَسُّوْا بِاْليَأْسِ اَنَابُوْا اِلَى كَانَتِ الصَّحَابَةُ دَعَوْهُمْ اِلَيْهِ، فَبَادَرُوْا اِلَى اِجَابَتِهِمْ. وَلَمْ تَعْلَمِ الصَّحَابَةُ بِمَا كَانَ مِنْ خَالِدٍ اِلَيْهِمْ، وَاللهُ اَعْلَمُ. البداية و النهاية 7: 24
Para shahabat berselisih pendapat, ada yang mengatakan bahwa benteng kota ini ditaklukkan dengan damai, oleh amir mereka, yaitu Abu 'Ubaidah. Tetapi yang lain berkata bahwa benteng ini ditaklukkan secara paksa lewat peperangan, karena awwalnya Khalid membukanya dengan pedang, sebagaimana telah kami sebutkan. Setelah mereka merasakan bahwa masalah ini belum selesai, lalu mereka menemui para pemimpin pasukan lainnya yang bersama dengan Abu 'Ubaidah. Akhirnya para pemimpin pasukan berdamai dengan mereka, dan mereka sepakat untuk membagi kota itu dengan ketentuan bahwa separonya ditaklukkan dengan damai, dan separo lagi ditaklukkan dengan perang. Dengan demikian penduduk Damaskus memiliki separo dari wilayahnya, dan separo lagi menjadi milik para shahabat. Hal ini diperkuat dengan yang disebutkan oleh Saif bin 'Umar bahwa para shahabat telah mengajak mereka berdamai dengan syarat mereka membayar separo hasil bumi mereka, namun mereka menolaknya. Lalu setelah mereka merasa putus asa, kemudian mereka segera menerima tawaran tersebut, sedangkan sebagian para shahabat tidak mengetahui apa yang diperbuat oleh Khalid terhadap mereka, walloohu a'lam. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 7, hal. 24]
وَلِه?ذَا اَخَذَ الصَّحَابَةُ نِصْفَ اْلكَنِيْسَةِ الْعُظْمَى الَّتِى كَانَتْ بِدِمَشْقَ وَتُعْرَفُ بِكَنِيْسَةِ يُوْحَنَّا. فَاتَّخَذُوا الْجَانِبَ الشَّرْقِيَّ مِنْهَا مَسْجِدًا، وَاَبْقَوْا لَهُمُ النّصْفَ الْغَرْبِيَّ كَنِيْسَةً، وَقَدْ اَبْقَوْا لَهُمْ مَعَ ذ?لِكَ اَرْبَعَ عَشْرَةَ كَنِيْسَةً اُخْرَى مَعَ نِصْفِ الْكَنِيْسَةِ الْمَعْرُوْفَةِ بِيُوْحَنَّا، وَهِيَ جَامِعُ دِمَشْقَ اْليَوْمَ. وَقَدْ كَتَبَ لَهُمْ بِذ?لِكَ خَالِدُ بْنُ اْلوَلِيْدِ كِتَابًا، وَكُتِبَ فِيْهِ شَهَادَتُهُ اَبُوْ عُبَيْدَةَ وَعَمْرُو بْنُ اْلعَاصِ وَيَزِيْدُ بْنُ اَبِي سُفْيَانَ وَشُرَحْبِيْلُ. البداية و النهاية 7: 24
Oleh karena itu para shahabat mengambil separo dari bangunan gereja yang terbesar di Damaskus yang dikenal dengan nama Gereja Yohannes, lalu menjadikan bagian timur gereja ini sebagai masjid, sedangkan separo bagian barat mereka biarkan tetap sebagai gereja penduduk Damaskus. Para shahabat membiarkan 14 gereja tetap menjadi milik mereka, ditambah dengan separo wilayah gereja Yohannes tersebut, yang sekarang menjadi Masjid Jami' Damaskus. Khalid bin Walid menuliskan untuk mereka surat perjanjian damai dan jaminan keamanan, dan ditulis pula sebagai saksinya adalah Abu 'Ubaidah, 'Amr bin Al-'Aash, Yazid bin Abu Sufyan dan Syurahbil. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 7, hal. 24]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar