Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
23. Memerangi Musailimah Al-Kadzdzaab di ‘Aqraba, Yamamah.
Musailimah Al-Kadzdzaab ini dahulu pernah datang kepada Nabi SAW bersama rombongan kaum Bani Hanifah, yang menyatakan masuk Islam. Tetapi Musailimah minta supaya ditetapkan sebagai Nabi, menjadi Nabi bersama Nabi SAW, maka permintaan tersebut ditolak oleh Rasulullah SAW.
Setelah mereka kembali ke Yamamah (negeri mereka), Musailimah murtad dari keislamannya, dan dia mengaku menjadi Nabi disamping Nabi Muhammad SAW, dan dia mulai membuat propaganda palsu kepada kaumnya.
Musailimah berkata, “Sesungguhnya aku bersekutu dalam soal kenabian ini dengan Muhammad”.
Dan dia juga pernah berkirim surat kepada Nabi SAW, surat itu berbunyi sebagai berikut :
مِنْ مُسَيْلِمَةَ رَسُوْلِ اللهِ اِلىَ مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ. اَمَّا بَعْدُ: فَاِنّى قَدْ اَشْرَكْتُ فِى اْلاَمْرِ مَعَكَ. وَ اِنَّ لَنَا نِصْفَ اْلاَمْرِ. وَ لَيْسَ قُرَيْشٌ قَوْمًا يَعْدِلُوْنَ. الحلبية 3: 315
Dari Musailimah utusan Allah, kepada Muhammad utusan Allah.
Adapun sesudah itu, sesungguhnya aku telah bersekutu dalam urusan (kenabian) denganmu. Dan bahwasanya bagi kami separuh urusan, akan tetapi kaum Quraisy adalah kaum yang tidak adil. [Sirah Al-Halabiyah juz 3, hal. 315
Setelah surat itu diterima oleh Nabi SAW, maka beliau memberi balasan pada waktu itu juga dengan surat sebagai berikut :
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. مِنْ مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ اِلىَ مُسَيْلِمَةَ اْلكَذَّابِ. سَلاَمٌ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ اْلهُدَى، اَمَّا بَعْدُ: فَاِنَّ اْلاَرْضَ ِللهِ يُوْرِثُهَا مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَ اْلعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ. الحلبية 3: 315
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Dari Muhammad Rasulullah, kepada Musailimah Pendusta. Keselamatan semoga dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk yang benar. Adapun sesudah itu, sesungguhnya bumi ini kepunyaan Allah, Dia mewariskannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya. Dan akibat (kesudahan yang baik) itu bagi orang-orang yang bertaqwa. [Sirah Al-Halabiyah juz 3, hal. 315]
Di dalam tarikh Al-Bidaayah wan Nihaayah disebutkan sebagai berikut :
لَمَّا رَضِيَ الصّدّيْقُ عَنْ خَالِدِ بْنِ اْلوَلِيْدِ وَ عَذَرَهُ بِمَا اعْتَذَرَ بِهِ، بَعَثَهُ اِلىَ قِتَالِ بَنِي حَنِيْفَةَ بِالْيَمَامَةِ، وَ اَوْعَبَ مَعَهُ الْمُسْلِمُوْنَ، وَ عَلَى اْلاَنْصَارِ ثَابِتُ بْنُ قَيْسِ بْنِ شَمَّاسٍ، فَسَارَ لاَ يَمُرُّ بِاَحَدٍ مِنَ الْمُرْتَدّيْنَ اِلاَّ نَكَّلَ بِهِمْ، وَ قَدْ اِجْتَازَ بِخُيُوْلٍ لاَصْحَابِ سَجَاحَ فَشَرَّدَهُمْ وَ اَمَرَ بِاِخْرَاجِهِمْ مِنْ جَزِيْرَةِ الْعَرَبِ.
Setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq memaafkan Khalid bin Walid dan menerima alasannya (berkenaan dengan terbunuhnya Malik bin Nuwairah), kemudian beliau mengutus Khalid bin Walid untuk memerangi Bani Hanifah di Yamamah, dengan mengerahkan pasukan kaum muslimin. Pimpinan kaum Anshar ketika itu adalah Tsabit bin Qais bin Syammas.
Khalid mulai berjalan menuju Bani Hanifah, tidaklah ia melewati kaum yang murtad melainkan pasti membuatnya jera. Ketika melewati pasukan berkuda Sajaah, Khalid menyerbu mereka hingga mereka lari kocar-kacir dan akhirnya Khalid berhasil mengusir mereka dari Jazirah ‘Arab.
وَ اَرْدَفَ الصّدّيْقُ خَالِدًا بِسَرِيَّةٍ لِتَكُنْ رِدَءًا لَهُ مِنْ وَرَائِهِ وَ قَدْ كَانَ بَعَثَ قَبْلَهُ اِلىَ مُسَيْلِمَةَ عِكْرِمَةَ بْنَ اَبِي جَهْلٍ، وَ شُرَحْبِيْلَ بْنَ حَسَنَةَ، فَلَمْ يُقَاوِمَا بَنِي حَنِيْفَةَ، لاَنَّهُمْ فِي نَحْوِ اَرْبَعِيْنَ اَلْفًا مِنَ الْمُقَاتِلَةِ، فَعَجَّلَ عِكْرِمَةُ قَبْلَ مَجِئِ صَاحِبِهِ شُرَحْبِيْلَ، فَنَاجَزَهُمْ فَنُكِبَ، فَانْتَظَرَ خَالِدًا
Kemudian Abu Bakar Ash-Shiddiq menyertakan bala bantuan di belakang Khalid untuk menjaganya dari belakang.
Sebelumnya, Abu Bakar telah mengutus ‘Ikrimah bin Abu Jahl dan Syurahbil bin Hasanah menuju Musailimah. Namun keduanya tidak mampu menghadapi Bani Hanifah disebabkan jumlah personil musuh sangat banyak, yakni sekitar 40.000 personil. Kemudian ‘Ikrimah telah mendahului sebelum Syurahbil datang. Kemudian Syurahbil memerangi mereka, namun juga merasa tidak mampu mengalahkannya, lalu menunggu pasukan Khalid bin Walid.
فَلَمَّا سَمِعَ مُسَيْلِمَةُ بِقُدُوْمِ خَالِدٍ عَسْكَرَ بِمَكَانٍ يُقَالُ لَهُ عَقْرَبَا فِي طَرَفِ الْيَمَامَةِ وَالرّيْفُ وَرَاءَ ظُهُوْرِهِمْ، و نَدَبَ النَّاسَ وَحَثَّهُمْ، فَحَشَدَ لَهُ اَهْلُ الْيَمَامَةِ، وَجَعَلَ عَلَى مُجَنّبَتَيْ جَيْشِهِ الْمُحَكَّمَ بْنَ الطُّفَيْلِ، وَالرَّجَّالَ بْنَ عُنْفُوَةَ بْنِ نَهْشَلٍ، وَكَانَ الرَّجَّالُ هذَا صَدِيْقَهُ الَّذِيْ شَهِدَ لَهُ اَنَّهُ سَمِعَ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ اَنَّهُ قَدْ اُشْرِكَ مَعَهُ مُسَيْلِمَةُ بْنُ حَبِيْبٍ فِي اْلاَمْرِ، وَ كَانَ هذَا الْمَلْعُوْنُ مِنْ اَكْبَرِ مَا اَضَلَّ اَهْلَ الْيَمَامَةِ، حَتَّى اَتْبَعُوْا مُسَيْلِمَةَ، لَعَنَهُمَا اللهُ، وَقَدْ كَانَ الرَّجَّالُ هذَا قَدْ وَفَدَ اِلىَ النَّبِيّ ص وَ قَرَأَ الْبَقَرَةَ، وَجَاءَ زَمَنُ الرّدَّةِ اِلىَ اَبِي بَكْرٍ فَبَعَثَهُ اِلىَ اَهْلِ الْيَمَامَةِ يَدْعُوْهُمْ اِلىَ اللهِ وَ يُثَبّتُهُمْ عَلَى اْلاِسْلاَمِ، فَارْتَدَّ مَعَ مُسَيْلِمَةَ وَ شَهِدَ لَهُ بِالنُّبُوَّةِ.
Setelah Musailimah mendengar kedatangan Khalid dan telah menempatkan pasukannya di suatu tempat yang bernama ‘Aqraba di ujung bumi Yamamah, sedangkan perkampungan tepat di arah punggung mereka, Musailimah lalu membangkitkan semangat fanatisme kesukuan pasukannya, sehingga bangkitlah fanatisme penduduk Yamamah memenuhi ajakannya.
Musailimah menempatkan pada kedua sayap pasukannya masing-masing Al-Muhakkam bin Thufail dan Ar-Rajjal bin ‘Unfuwah bin Nahsyal. Sebelumnya Ar-Rajjal adalah shahabat Musailimah yang pernah bersaksi bahwa dia pernah mendengar Rasulullah SAW menyatakan bahwa Musailimah bin Habib telah mendapatkan wahyu seperti Nabi. Akibat kesaksian palsunya itu orang terla’nat ini memiliki andil besar dalam menyesatkan penduduk Yamamah, sehingga penduduk Yamamah mengikuti Musailimah, semoga Allah mela’nat keduanya. Bahkan Ar-Rajjal pernah datang menghadap Rasulullah SAW dan sempat membaca surat Al-Baqarah.
Pada waktu terjadi pemurtadan besar-besaran, Abu Bakar mengutusnya kepada penduduk Yamamah untuk berda’wah menyeru mereka kepada Allah agar mereka tetap setia pada Islam, namun akhirnya Rajjal ikut murtad bersama Musailimah dan bersaksi bahwa Musailimah adalah Nabi.
وَ قَرُبَ خَالِدٌ وَ قَدْ جَعَلَ عَلَى الْمُقَدّمَةِ شُرَحْبِيْلَ بْنَ حَسَنَةَ، وَ عَلَى الْمُجَنّبَتَيْنِ زَيْدًا وَ اَبَا حُذَيْفَةَ، وَ قَدْ مَرَّتِ الْمُقَدّمَةُ فِي اللَّيْلِ بِنَحْوٍ مِنْ اَرْبَعِيْنَ، وَ قِيْلَ سِتّيْنَ فَارِسًا، عَلَيْهِمْ مَجَّاعَةُ بْنُ مُرَارَةَ، وَكَانَ قَدْ ذَهَبَ لاَخْذِ ثَأْرٍ لَهُ فِي بَنِي تَمِيْمٍ وَ بَنِي عَامِرٍ وَ هُوَ رَاجِعٌ اِلىَ قَوْمِهِ فَاَخَذُوْهُمْ. فَلَمَّا جِيْءَ بِهِمْ اِلىَ خَالِدٍ عَنْ آخِرِهِمْ فَاعْتَذَرُوْا اِلَيْهِ فَلَمْ يُصَدّقْهُمْ، وَ اَمَرَ بِضَرْبِ اَعْنَاقِهِمْ كُلّهِمْ، سِوَى مَجَّاعَةَ فَاِنَّهُ اسْتَبْقَاهُ مُقَيّدًا عِنْدَهُ (لِعِلْمِهِ بِالْحَرْبِ وَ الْمَكِيْدَةِ) وَ كَانَ سَيّدًا فِي بَنِي حَنِيْفَةَ شَرِيْفًا مُطَاعًا
Pasukan Khalid telah dekat, formasi pasukannya, di depan dipimpin Syurahbil bin Hasanah, sementara di sayap kiri dan sayap kanan adalah Zaid bin Khaththab dan Abu Hudzaifah. Dan pasukan Islam yang terdepan telah mendahului bertemu musuh yang berjumlah sebanyak 40 orang penunggang kuda (ada yang mengatakan 60 orang) di malam hari di bawah pimpinan Majja’ah bin Murarah. Waktu itu ia berangkat untuk membalas dendam terhadap Bani Tamim dan Bani ‘Amir, kemudian ketika kembali kepada kaumnya, ia dan teman-temannya ditangkap oleh pasukan kaum muslimin dan dibawa kepada Khalid. Mereka seluruhnya minta pengampunan kepada Khalid, namun Khalid tidak percaya, bahkan memerintahkan agar seluruhnya dibunuh kecuali Majja’ah, ia dibiarkan hidup dalam keadaan terikat di dekat Khalid, karena keahliannya dalam siasat perang, dan ia merupakan pemimpin yang dimuliakan dan dipatuhi oleh kaumnya Bani Hanifah.
وَ يُقَالُ: اِنَّ خَالِدًا لَمَّا عُرِضُوْا عَلَيْهِ قَالَ لَهُمْ: مَاذَا تَقُوْلُوْنَ يَا بَنِي حَنِيْفَةَ ؟ قَالُوْا: نَقُوْلُ مِنَّا نَبِيٌّ وَ مِنْكُمْ نَبِيٌّ، فَقَتَلَهُمْ اِلاَّ وَاحِدًا اِسْمُهُ سَارِيَةُ، فَقَالَ لَهُ: اَيُّهَا الرَّجُلُ اِنْ كُنْتَ تُرِيْدُ عَدًا بِعُدُوْلِ هذَا خَيْرًا اَوْ شَرًّا فَاسْتَبْقِ هذَا الرَّجَلَ (يَعْنِي مَجَّاعَةَ بْنَ مُرَارَةَ) فاسْتَبْقَاهُ خَالِدٌ مُقَيّدًا، وَ جَعَلَهُ فِي الْخَيْمَةِ مَعَ امْرَأَتِهِ، وَ قَالَ: اِسْتَوْصِيْ بِهِ خَيْرًا
Ada yang mengatakan bahwa ketika mereka dihadapkan kepada Khalid, Khalid bertanya kepada mereka, “Bagaimana pendapat kalian wahai Bani Hanifah ?”. Mereka serentak menjawab, “Dari kami seorang Nabi dan dari kalian seorang Nabi pula”.
Khalid lalu membunuh mereka semuanya kecuali seorang yang bernama Sariyah. Sariyah lalu berkata kepada Khalid, “Wahai orang laki-laki, jika anda ingin berperang, bagaimanapun kondisi yang anda temui besok, baik ataupun buruk, namun biarkanlah satu orang ini hidup”. (Yaitu Majja’ah bin Murarah). Oleh karena itulah Khalid membiarkannya hidup dalam keadaan terikat. Khalid menempatkannya di dalam tenda dengan istrinya Khalid. Dan Khalid berpesan kepada istrinya, “Berbuat baiklah kepadanya”.
فَلَمَّا تَوَاجَهَ الْجَيْشَانِ قَالَ مُسَيْلِمَةُ لِقَوْمِهِ: اَلْيَوْمَ يَوْمُ الْغَيْرَةِ، اَلْيَوْمَ اِنْ هُزِمْتُمْ تُسْتَنْكَحُ النّسَاءُ سَبَيَاتٍ، وَ يُنْكَحْنَ غَيْرَ حَظَيَاتٍ، فَقَاتِلُوْا عَلَى اَحْسَابِكُمْ وَ امْنَعُوْا نِسَاءَكُمْ،
Ketika kedua pasukan bertemu, Musailimah berseru kepada kaumnya, Hari ini adalah hari semangat kecemburuan dan penentuan. Hari ini jika kalian kalah, maka istri-istri kalian akan dinikahi orang lain dan ditawan, atau mereka akan dinikahi dengan paksa. Oleh karena itu berperanglah kalian untuk mempertahankan harga diri dan kaum wanita kalian”.
وَ تَقَدَّمَ الْمُسْلِمُوْنَ حَتَّى نَزَلَ بِهِمْ خَالِدٌ عَلَى كَثِيْبٍ يُشْرِفُ عَلَى الْيَمَامَةِ، فَضَرَبَ بِهِ عَسْكَرَهُ، وَ رَايَةُ الْمُهَاجِرِيْنَ مَعَ سَالِمٍ مَوْلىَ اَبِي حُذَيْفَةَ، وَ رَايَةُ اْلاَنْصَارِ مَعَ ثَابِتِ بْنِ قَيْسِ بْنِ شَمَّاسٍ، وَ الْعَرَبُ عَلَى رَايَاتِهَا، وَ مَجَّاعَةُ بْنُ مُرَارَةَ مُقَيّدٌ فِي الْخَيْمَةِ مَعَ اُمّ تَمِيْمٍ اِمْرَأَةِ خَالِدٍ،
Adapun kaum muslimin, mereka telah maju dan Khalid bersama pasukannya membuat pertahanan di tempat yang tinggi di perbatasan Yamamah. Di sana Khalid telah mendirikan tenda-tenda. Panji kaum Muhajirin dipegang oleh Salim Maula Abu Hudzaifah dan panji Anshar dipegang oleh Tsabit bin Qais bin Syammas. Orang-orang ‘Arab yang lain juga membawa panji mereka masing-masing, sementara Majja’ah terikat di dalam tenda, di dalam tenda ia bersama Ummu Tamim (istri Khalid).
فَاصْطَدَمَ الْمُسْلِمُوْنَ وَ الْكُفَّارُ فَكَانَتْ جَوْلَةٌ وَ انْهَزَمَتِ اْلاَعْرَابُ حَتَّى دَخَلَتْ بَنُوْ حَنِيْفَةَ خَيْمَةَ خَالِدِ بْنِ الْوَلِيْدِ وَ هَمُّوْا بِقَتْلِ اُمّ تَمِيْمٍ، حَتَّى اَجَارَهَا مَجَّاعَةُ وَ قَالَ: نِعْمَتِ الْحُرَّةُ هذِهِ، وَ قَدْ قُتِلَ الرَّجَّالُ بْنُ عُنْفُوَةَ لَعَنَهُ اللهُ فِي هذِهِ الْجَوْلَةِ، قَتَلَهُ زَيْدُ بْنُ الْخَطَّابِ
Pertempuran antara kaum muslimin dan orang-orang kafir mulai berkobar, serangan silih berganti, namun tiba-tiba terjadi serangan balik oleh pasukan Musailimah. Kaum muslimin mulai terdesak, hingga Bani Hanifah berhasil memasuki tenda Khalid bin Walid dan hampir membunuh Ummu Tamim, seandainya tidak dilindungi oleh Majja’ah dengan mengatakan, “Sesungguhnya wanita merdeka ini sangat baik dan mulia”.
Pada waktu terjadi serangan balik inilah Ar-Rajjal bin ‘Unfuwah tewas terbunuh, semoga Allah mela’natnya, ia dibunuh oleh Zaid bin Khaththab. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz
6, hal. 716]
24. Kisah terbunuhnya Musailimah Al-Kadzdzaab.
Di dalam tarikh Al-Bidaayah wan Nihaayah disebutkan sebagai berikut :
ثُمَّ تَذَامَرَ الصَّحَابَةُ بَيْنَهُمْ وَ قَالَ ثَابِتُ بْنُ قَيْسِ بْنِ شَمَّاسٍ: بِئْسَ مَا عَوّدْتُمْ اَقْرَانُكُمْ، وَ نَادَوْا مِنْ كُلّ جَانِبٍ: اَخْلِصْنَا يَا خَالِدُ، فَخَلَصَتْ ثُلَّةٌ مِنَ الْمُهَاجِرِيْنَ وَ اْلاَنْصَارِ
Situasi semakin genting, lalu para shahabat saling memberi semangat, Tsabit bin Qais bin Syammas menyerukan, “Alangkah jelek perbuatan kalian terhadap rekan-rekan kalian”. Ia mulai menyeru ke setiap penjuru, “Bantulah kami wahai Khalid”. Lalu sebagian dari kaum Muhajirin dan Anshar berdatangan membantu.
وَ حَمَى الْبَرَاءُ بْنُ مَعْرُوْرٍ، وَ كَانَ اِذَا رَأَى الْحَرْبَ أَخَذَتْهُ الْعِرْوَاءُ فَيَجْلِسُ عَلَى ظَهْرِ الرّحَالِ حَتَّى يَبُوْلَ فِي سَرَاوِيْلِهِ، ثُمَّ يَثُوْرُ كَمَا يَثُوْرُ اْلاَسَدُ. وَ قَاتَلَتْ بَنُوْ حَنِيْفَةَ قِتَالاً لَمْ يَعْهَدْ مِثْلُهُ. وَجَعَلَتِ الصَّحَابَةُ يَتَوَاصَوْنَ بَيْنَهُمْ وَ يَقُوْلُوْنَ: يَا اَصْحَابَ سُوْرَةِ اْلبَقَرَةِ، بَطَلَ السّحْرُ الْيَوْمَ. وَ حَفَرَ ثَابِتُ بْنُ قَيْسٍ لِقَدَمَيْهِ فِي اْلاَرْضِ اِلَى اَنْصَافِ سَاقَيْهِ، وَ هُوَ حَامِلُ لِوَاءِ اْلاَنْصَارِ بَعْدَ مَا تَحَنَّطَ وَ تَكَفَّنَ، فَلَمْ يَزَلْ ثَابِتًا حَتَّى قُتِلَ هُنَاكَ
Disebutkan bahwa Al-Baraa’ bin Ma’rur jika melihat peperangan bergejolak, semangatnya terbakar, dirinya bergetar hebat, lalu ia duduk di atas punggung kendaraannya hingga terkencing-kencing dalam celananya. Kemudian ia menyerang laksana singa. Dan kaum Bani Hanifah pada waktu itu berperang luar biasa. Para shahabat saling berpesan satu dengan lainnya dan saling berkata, “Wahai penghafal surat Al-Baqarah, hari ini sihir akan hancur”. Adapun Tsabit bin Qais telah mengubur kedua kakinya ke dalam lubang hingga pertengahan kedua betisnya, sambil membawa panji Anshar setelah memakai minyak wangi dan kain kafan, dia tetap tegar di tempat itu hingga akhirnya terbunuh di tempat tersebut.
وَقَالَ الْمُهَاجِرُوْنَ لِسَالِمٍ مَوْلَى اَبِي حُذَيْفَةَ: اَ تَخْشَى اَنْ نُؤْتَى مِنْ قِبَلِكَ؟ فَقَالَ: بِئْسَ حَامِلُ اْلقُرْآنِ اَنَا اِذًا، وَ قَالَ زَيْدُ بْنُ الْخَطَّابِ: اَيُّهَا النَّاسُ عَضُّوْا عَلَى اَضْرَاسِكُمْ وَ اضْرِبُوْا فِي عَدُوّكُمْ وَ امْضُوْا قَدَمًا، وَ قَالَ: وَ اللهِ لاَ اَتَكَلَّمُ حَتَّى يَهْزِمَهُمُ اللهُ اَوْ اَلْقَى اللهَ فَاُكَلّمَهُ بِحُجَّتِي، فَقُتِلَ شَهِيْدًا رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
Orang-orang Muhajirin berkata kepada Salim Maula Abu Hudzaifah, “Apakah engkau tidak takut jika musuh berhasil menjebol pertahananmu ?”. Dia menjawab, “Kalau hal itu terjadi, alangkah buruk diriku sebagai pembawa Al-Qur’an”.
Zaid bin Al-Khaththab berkata, “Wahai saudara-saudaraku sekalian, gigitlah dengan geraham kalian, dan bunuhlah musuh-musuh kalian, majulah dan seranglah !”. Ia juga berkata, “Demi Allah, aku bersumpah tidak akan berbicara hingga Allah mengalahkan mereka atau sehingga aku bertemu dengan-Nya dan akan aku sampaikan hujjahku !”. Akhirnya ia terbunuh sebagai syahid, semoga Allah meridlainya.
وَ قَالَ اَبُوْ حُذَيْفَةَ: يَا اَهْلَ اْلقُرْآنِ زَيّنُوْا اْلقُرْآنَ بِالْفِعَالِ، وَ حَمَلَ فِيْهِمْ حَتَّى اَبْعَدَهُمْ وَ اُصِيْبَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ. وَ حَمَلَ خَالِدُ بْنُ الْوَلِيْدِ حَتَّى جَاوَزَهُمْ، وَسَارَ لِجِبَالِ مُسَيْلِمَةَ وَ جَعَلَ يَتَرَقَّبُ اَنْ يَصِلَ اِلَيْهِ فَيَقْتُلُهُ، ثُمَّ رَجَعَ ثُمَّ وَقَفَ بَيْنَ الصَّفَّيْنِ وَ دَعَا الْبَرَازَ، وَ قَالَ: اَنَا ابْنُ الْوَلِيْدِ الْعَوْدِ، اَنَا ابْنُ عَامِرٍ وَ زَيْدٍ، ثُمَّ نَادَى بِشِعَارِ الْمُسْلِمِيْنَ، وَكَانَ شِعَارُهُمْ يَوْمَئِذٍ يَا مُحَمَّدَاهْ، وَ جَعَلَ لاَ يَبْرُزُ لَهُمْ اَحَدٌ اِلاَّ قَتَلَهُ، وَ لاَ يَدْنُوْ مِنْهُ شَيْءٌ اِلاَّ اَكَلَهُ
Abu Hudzaifah berkata, “Wahai ahlil Qur’an, hiasilah Al-Qur’an dengan perbuatan kalian”. Kemudian dia menyerbu musuh hingga masuk ke dalam, dan akhirnya iapun terbunuh, semoga Allah meridlainya.
Khalid bin Walid menyerbu ke tempat musuh hingga melewati mereka, dia terus berjalan sambil mencari tendanya Musailimah, kemudian dia kembali dan berdiri diantara dua pasukan sambil menantang untuk perang tanding , ia berteriak, “Aku adalah putra Al-Walid Al-‘Aud, aku Ibnu ‘Amir dan Zaid”. Kemudian ia memanggil dengan syi’ar kaum muslimin, yang ketika itu adalah, “Ya Muhammadaah”. Setiap kali ada yang maju melayaninya pasti akan terbunuh olehnya, dan tidaklah seorang musuh yang mendekat kecuali pasti akan dihabisinya.
وَدَارَتْ رَحَى الْمُسْلِمِيْنَ ثُمَّ اقْتَرَبَ مِنْ مُسَيْلِمَةَ فَعَرَضَ عَلَيْهِ النّصْفَ وَ الرُّجُوْعَ اِلىَ الْحَقّ، فَجَعَلَ شَيْطَانُ مُسَيْلِمَةَ يُلَوّي عُنُقَهُ، لاَ يَقْبَلُ مِنْهُ شَيْئًا، وَكُلَّمَا اَرَادَ مُسَيْلِمَةُ يُقَارِبُ مِنَ اْلاَمْرِ صَرَفَهُ عَنْهُ شَيْطَانُهُ،
Dan bergantilah situasi dan kaum muslimin menguasai keadaan, kemudian Khalid bin Walid mendekati Musailimah, menawarkan kepadanya separo (bumi Yamamah) dan kembali kepada kebenaran, lalu syaithannya Musailimah menggelengkan lehernya, tidak mau menerima apapun darinya. Setiap kali Musailimah ingin menerima tawaran Khalid, maka syaithannya Musailimah memalingkannya.
فَانْصَرَفَ عَنْهُ خَالِدٌ وَ قَدْ مَيَّزَ خَالِدٌ الْمُهَاجِرِيْنَ مِنَ اْلاَنْصَارِ مِنَ اْلاَعْرَابِ، وَ كُلُّ بَنِيْ اَبٍ عَلَى رَايَتِهِمْ، يُقَاتِلُوْنَ تَحْتَهَا، حَتَّى يَعْرِفَ النَّاسُ مِنْ اَيْنَ يُؤْتُوْنَ، وَ صَبَرَتِ الصَّحَابَةُ فِي هذَا الْمَوْطِنِ صَبْرًا لَمْ يَعْهَدْ مِثْلُهُ، وَلَمْ يَزَالُوْا يَتَقَدَّمُوْنَ اِلَى نُحُوْرِ عَدُوّهِمْ حَتَّى فَتَحَ اللهُ عَلَيْهِمْ، وَ وَلَّى الْكُفَّارُ اْلاَدْبَارَ، وَاتَّبَعُوْهُمْ يَقْتُلُوْنَ فِي اَقْفَائِهِمْ وَ يَضَعُوْنَ السُّيُوْفَ فِي رِقَابِهِمْ حَيْثُ شَاءُوْا، حَتَّى اَلْجَأُوْهُمْ اِلَى حَدِيْقَةِ الْمَوْتِ،
Kemudian Khalid kembali, dan ia telah memisah-misahkan antara kaum Muhajirin, kaum Anshar, dan orang-orang ‘Arab. Dan tiap-tiap qabilah masing-masing membawa panji dan berperang di bawah panji mereka. Dengan cara itu orang-orang bisa mengetahui dari mana mereka itu datang. Pada peperangan ini tampak keuletan dan keshabaran para shahabat yang tiada tandingannya. Mereka terus menerus maju ke arah musuh hingga Allah menaklukkan musuh dan orang kafir lari tunggang langgang. Kaum muslimin terus mengejar mereka dan menebas leher-leher mereka, dan mengayunkan pedang menurut yang mereka kehendaki. Hingga akhirnya orang kafir terdesak sampai kepada kebun kematian (hadiqatul maut).
وَ قَدْ اَشَارَ عَلَيْهِمْ مُحَكَّمُ الْيَمَامَةُ وَ هُوَ مُحَكَّمُ بْنُ الطُّفَيْلِ لَعَنَهُ اللهُ بِدُخُوْلِهَا فَدَخَلُوْهَا وَ فِيْهَا عَدُوُّ اللهِ مُسَيْلِمَةُ لَعَنَهُ اللهُ. وَ اَدْرَكَ عَبْدُ الرَّحْمنِ بْنُ اَبِي بَكْرٍ مُحَكَّمَ بْنَ الطُّفَيْلِ فَرَمَاهُ بِسَهْمٍ فِي عُنُقِهِ وَ هُوَ يَخْطُبُ فَقَتَلَهُ، وَ اَغْلَقَتْ بَنُوْ حَنِيْفَةَ الْحَدِيْقَةَ عَلَيْهِمْ، وَ اَحَاطَ بِهِمُ الصَّحَابَةُ.
Pemimpin Yamamah, Muhakkam bin thufail, semoga Allah mela’natnya, telah memberi isyarat agar mereka masuk ke dalam kebun, maka masuklah seluruhnya ke dalam kebun yang di dalamnya terdapat Musailimah Al-Kadzdzab musuh Allah. ‘Abdur Rahman bin Abu Bakar melihat Muhakkam bin Thufail, lalu memanahnya dengan anak panah yang menghunjam tepat di lehernya hingga tewas saat sedang berpidato di depan kaumnya. Setelah seluruhnya masuk, Bani Hanifah mengunci pintu kebun tersebut, sementara di luar para shahabat telah mengepung mereka.
وَ قَالَ الْبَرَاءُ بْنُ مَالِكٍ: يَا مَعْشَرَ الْمُسْلِمِيْنَ اَلْقُوْنِيْ عَلَيْهِمْ فِي الْحَدِيْقَةِ، فَاحْتَمَلُوْهُ فَوْقَ الْجُحَفِ وَ رَفَعُوْهَا بِالرّمَاحِ حَتَّى اَلْقَوْهُ عَلَيْهِمْ مِنْ فَوْقِ سُوْرِهَا، فَلَمْ يَزَلْ يُقَاتِلُهُمْ دُوْنَ بَابِهَا حَتَّى فَتَحَهُ، وَدَخَلَ الْمُسْلِمُوْنَ الْحَدِيْقَةَ مِنْ حِيْطَانِهَا وَ اَبْوَابِهَا يَقْتُلُوْنَ مَنْ فِيْهَا مِنَ الْمُرْتَدَّةِ مِنْ اَهْلِ الْيَمَامَةِ، حَتَّى خَلَصُوْا اِلىَ مُسَيْلِمَةَ لَعَنَهُ اللهُ، وَ اِذَا هُوَ وَاقِفٌ فِي ثَلْمَةِ جِدَارٍ كَاَنَّهُ جَمَلٌ اَوْرَقُ، وَ هُوَ يُرِيْدُ يَتَسَانَدُ لاَ يَعْقِلُ مِنَ الْغَيْظِ. وَ كَانَ اِذَا اعْتَرَاهُ شَيْطَانُهُ اَزْبَدَ حَتَّى يَخْرُجَ الزَّبَدُ مِنْ شِدْقَيْهِ، فَتَقَدَّمَ اِلَيْهِ وَحْشِيُّ بْنُ حَرْبٍ مَوْلَى جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ، قَاتِلُ حَمْزَةَ، فَرَمَاهُ بِحَرْبَتِهِ فَاَصَابَهُ وَ خَرَجَتْ مِنَ الْجَانِبِ اْلآخَرِ، وَ سَارَعَ اِلَيْهِ اَبُوْ دُجَّانَةَ سِمَاكُ بْنُ خَرَشَةَ، فَضَرَبَهُ بِالسَّيْفِ فَسَقَطَ، فَنَادَتِ امْرَأَةٌ مِنَ الْقَصْرِ: وَا اَمِيْرَ اْلوَضَاءَةِ، قَتَلَهُ الْعَبْدُ اْلاَسْوَدُ،
Baraa’ bin Malik kemudian berkata, “Wahai kaum muslimin, lemparkan aku ke dalam kebun !”. Lalu mereka membawanya ke atas tameng besi, dan mengangkatnya dengan beberapa tombak, lalu mereka lemparkan beramai-ramai hingga melewati pagar kebun tersebut. Baraa’ bin Malik terus bertempur di dekat pintu sehingga ia berhasil membuka pintunya. Akhirnya kaum muslimin berhasil masuk ke dalam kebun, baik dari pintunya maupun dari dindingnya, membunuh orang-orang murtad penduduk Yamamah yang berada di dalamnya. Hingga akhirnya mereka sampai ke tempat Musailimah yang terla’nat itu. Waktu itu dia sedang berdiri di salah satu pagar kebun yang berlubang, seolah-olah dia seekor unta jantan abu-abu yang gagah. Dia ingin bersandar dalam keadaan tidak tahu apa yang harus dilakukan, karena kemarahannya yang memuncak. Biasanya, jika syaithannya datang, maka dia akan mengeluarkan buih dari mulutnya. Lalu Wahsyi bin Harb Maula Jubair bin Muth’im (pembunuh Hamzah) datang mendekatinya dan dengan cepat ia melemparkan tombaknya ke arah Musailimah tepat mengenai dadanya hingga tembus ke belakang. Dengan cepat Abu Dujanah Simak bin Kharasyah datang dan menebasnya dengan pedangnya hingga Musailimah terjatuh. Perempuan dari dalam istana menjerit, “Aduhai malangnya nasib pemimpin kita, dia dibunuh oleh budak hitam” [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 717-718]
Wahsyiy menceritakan sehubungan dengan terbunuhnya Musailimah Al-Kadzdzaab ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Bukhari sebagai berikut :
فَلَمَّا قُبِضَ رَسُوْلُ اللهِ ص فَخَرَجَ مُسَيْلِمَةُ الْكَذَّابُ، قُلْتُ: لاَخْرُجَنَّ اِلَى مُسَيْلِمَةَ لَعَلّي اَقْتُلُهُ فَاُكَافِئَ بِهِ حَمْزَةَ. قَالَ: فَخَرَجْتُ مَعَ النَّاسِ فَكَانَ مِنْ اَمْرِهِ مَا كَانَ، قَالَ: فَاِذَا رَجُلٌ قَائِمٌ فِي ثَلْمَةِ جِدَارٍ كَاَنَّهُ جَمَلٌ اَوْرَقُ ثَائِرُ الرَّأْسِ. قَالَ: فَرَمَيْتُهُ بِحَرْبَتِي فَاَضَعُهَا بَيْنَ ثَدْيَيْهِ حَتَّى خَرَجَتْ مِنْ بَيْنِ كَتِفَيْهِ. قَالَ: وَ وَثَبَ اِلَيْهِ رَجُلٌ مِنَ اْلاَنْصَارِ فَضَرَبَهُ بِالسَّيْفِ عَلَى هَامَتِهِ. البخارى 5: 37
Setelah Rasulullah SAW wafat, maka muncullah Musailimah Al-Kadzdzaab. Aku berkata, "Aku akan berusaha mencari Musailimah, semoga aku dapat membunuhnya untuk menebus kesalahanku karena telah membunuh Hamzah, "lalu aku keluar bersama orang-orang yang akan memerangi Musailimah. Sebuah kesempatan yang kutunggu-tunggu. Tiba-tiba aku melihat seorang laki-laki berdiri di salah satu dinding yang berlubang, seolah-olah ia unta abu-abu yang berambut kusut." Wahsyi melanjutkan ceritanya, "Lalu aku lempar dengan tombakku hingga tepat mengenai di tengah-tengah dadanya sampai tembus ke belakang". Wahsyi berkata, "Lalu seorang laki-laki Anshar menyerangnya dan memenggal kepalanya dengan pedang”. [HR. Bukhari juz 5, hal. 37]
25. Peristiwa setelah terbunuhnya Musailimah Al-Kadzdzaab.
Di dalam kitab Bidaayah wan Nihaayah disebutkan sebagai berikut :
وَ خَرَجَ خَالِدٌ وَ تَبِعَهُ مَجَّاعَةُ بْنُ مُرَارَةَ يَرْسِفُ فِي قُيُوْدِهِ، فَجَعَلَ يُرِيْهِ الْقَتْلَى لِيُعَرّفَهُ بِمُسَيْلِمَةَ، فَلَمَّا مَرُّوْا بِالرَّجَّالِ بْنِ عُنْفُوَةَ قَالَ لَهُ خَالِدٌ: اَهذَا هُوَ؟ قَالَ: لاَ، وَ اللهِ هذَا خَيْرٌ مِنْهُ، هذَا الرَّجَّالُ بْنُ عُنْفُوَةَ. ثُمَّ مَرُّوْا بِرَجُلٍ اَصْفَرَ اَخْنَسَ، فَقَالَ. هذَا صَاحِبُكُمْ، فَقَالَ خَالِدٌ: قَبَّحَكُمُ اللهُ عَلَى اتّبَاعِكُمْ هذَا.
Setelah Musailimah Al-Kadzdzaab terbunuh, lalu Khalid bin Walid keluar dengan diikuti oleh Majjaa’ah bin Murarah dengan berjalan kaki dalam keadaan tangan terikat, lalu memperlihatkan orang-orang yang telah terbunuh untuk menunjukkan mayatnya Musailimah kepada Khalid. Ketika mereka melewati mayatnya Rajjal bin ‘Unfuwah, Khalid bin Walid bertanya kepada Majjaa’ah, “Apakah ini mayatnya Musailimah ?”. Majjaa’ah menjawab, “Bukan, demi Allah ini lebih baik dari padanya. Ini adalah Rajjal bin ‘Unfuwah”. Kemudian mereka melewati mayat berkulit kuning, hidungnya pesek, Majjaa’ah berkata, “Ini teman kalian”. Khalid berkata, “Semoga Allah memburukkan kalian atas pengikutmu ini”.
ثُمَّ بَعَثَ خَالِدٌ الْخُيُوْلَ حَوْلَ الْيَمَامَةِ يَلْتَقِطُوْنَ مَا حَوْلَ حُصُوْنِهَا مِنْ مَالٍ وَ سَبْيٍ، ثُمَّ عَزَمَ عَلَى غَزْوِ الْحُصُوْنِ وَلَمْ يَكُنْ بَقِيَ فِيْهَا اِلاَّ النّسَاءُ و الصّبْيَانُ وَ الشُّيُوْخُ الْكِبَارُ، فَخَدَعَهُ مَجَّاعَةُ فَقَالَ: اِنَّهَا مَـْلاَى رِجَالاً وَ مُقَاتِلَةً فَهَلُمَّ فَصَالِحْنِي عَنْهَا. فَصَالَحَهُ خَالِدٌ، لَمَّا رَأَى بِالْمُسْلِمِيْنَ مِنَ الْجُهْدِ وَقَدْ كَلُّوْا ِمْن كَثْرَةِ الْحُرُوْبِ وَ الْقِتَالِ. فَقَالَ: دَعْنِي حَتَّى اَذْهَبَ اِلَيْهِمْ لِيُوَافِقُوْنِي عَلَى الصُّلْحِ. فَقَالَ: اِذْهَبْ. فَسَارَ اِلَيْهِمْ مَجَّاعَةُ فَاَمَرَ النّسَاءَ اَنْ يَلْبَسْنَ الْحَدِيْدَ وَ يَبْرُزْنَ عَلَى رُؤُوْسِ الْحُصُوْنِ. فَنَظَرَ خَالِدٌ فَاِذَا الشَّرَفَاتِ مُمْتَلِئَةٌ مِنْ رُؤُوْسِ النَّاسِ، فَظَنَّهُمْ كَمَا قَالَ مَجَّاعَةُ فَانْتَظَرَ الصُّلْحَ.
Setelah itu Khalid memerintahkan pasukan berkuda untuk mengelilingi Yamamah untuk mengambili harta rampasan dan tawanan. Kemudian Khalid berkeinginan menyerbu benteng musuh, padahal benteng itu telah kosong, kecuali tinggal kaum wanita dan anak-anak serta orang-orang yang sudah tua. Hanya saja Khalid berhasil dikelabuhi oleh Majjaa’ah yang berkata kepadanya, “Sesungguhnya benteng itu masih dipenuhi oleh para pasukan, maka lebih baik kita berdamai saja”.
Kemudian Khalid menerima tawaran itu, karena ia melihat pasukan kaum muslimin sudah lelah dan jenuh disebabkan peperangan yang terus-menerus.
Lalu Majjaa’ah berkata, “Biarkan aku masuk ke dalam benteng dulu agar mereka menyetujui kesepakatan damai yang aku buat”. Khalid berkata, “Pergilah !”. Lalu Majjaa’ah segera masuk benteng dan memerintahkan kaum wanita untuk memakai baju besi, lalu menampakkan kepala mereka, oleh karena itu ketika Khalid melihat ke atas benteng, maka terlihat di atas benteng dipenuhi oleh kepala manusia yang sedang mengintip, maka ia mengira bahwa mereka itu adalah pasukan perang sebagaimana yang dikatakan oleh Majjaa’ah. Karena itulah Khalid memilih untuk berdamai.
وَ دَعَاهُمْ خَالِدٌ اِلَى اْلاِسْلاَمِ فَاَسْلَمُوْا عَنْ آخِرِهِمْ وَ رَجَعُوْا اِلَى الْحَقّ وَرَدَّ عَلَيْهِمْ خَالِدٌ بَعْضَ مَا كَانَ اَخَذَ مِنَ السَبْيِ، وَ سَاقَ الْبَاقِيْنَ اِلَى الصّدّيْقِ، وَ قَدْ تَسَرَّى عَلِيُّ بْنُ اَبِي طَالِبٍ بِجَارِيَةٍ مِنْهُمْ، وَ هِيَ اُمُّ ابْنِهِ مُحَمَّدٍ اَلَّذِي يُقَالُ لَهُ: مُحَمَّدُ بْنُ الْحَنَفِيَّةِ.
Setelah itu Khalid mengajak mereka kepada Islam dan kembali kepada kebenaran, dan ternyata mereka seluruhnya mau menerima tawaran tersebut. Oleh karena itu Khalid mengembalikan kepada mereka sebagian dari harta rampasan dan tawanan perang, dan sisanya dibawa kepada Abu bakar ash-Shiddiiq.
Dalam peperangan ini ‘Ali bin Abu Thalib RA mengambil salah seorang wanita mereka untuk diperistri, yang akhirnya mempunyai anak yang bernama Muhammad, yang terkenal dengan nama Muhammad bin Hanafiyyah.
26. Kedatangan utusan Bani Hanifah kepada Abu Bakar
Di dalam kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah disebutkan sebagai berikut :
وَ لَمَّا قَدِمَتْ وُفُوْدُ بَنِي حَنِيْفَةَ عَلَى الصّدّيْقِ قَالَ لَهُمْ: اَسْمِعُوْنَا مِنْ قُرْآنِ مُسَيْلِمَةَ، فَقَالُوْا: اَوَ تُعْفِينْاَ يَا خَلِيْفَةَ رَسُوْلِ اللهِ؟ فَقَالَ: لاَ بُدَّ مِنْ ذلِكَ، فَقَالُوْا: كَانَ يَقُوْلُ:
Ketika datang rombongan Bani Hanifah ke hadapan Abu Bakar Ash-Shiddiiq, maka Abu Bakar berkata kepada mereka, “Tolong perdengarkan kepada kami sebagian dari Qur’annya Musailimah. Mereka bertanya, “Apakah engkau melindungi kami wahai Khalifah Rasulullah ?”. Abu Bakar menjawab, “Pasti yang demikian itu”. Maka mereka berkata, “Diantara wahyunya Musailimah :
يَا ضِفْدَعُ بِنْتُ الضّفْدَعَيْنِ. نَقّى مَا تُنَقّيْنَ،
لاَ الْمَاءَ تَكْدَرِيْنَ، وَ لاَ الشَّارِبَ تَمْنَعِيْنَ،
رَأْسُكِ فِى الْمَاءِ، وَ ذَنَبُكِ فِى الطّيْنِ.
Wahai katak anak dari dua katak, bersihkanlah apa yang harus kamu bersihkan.
Tidak ada air yang kamu kotori, dan tidak ada orang minum yang kamu cegah,
Kepalamu di air, sedangkan ekormu di tanah.
Dan diantaranya pula :
وَ الْمُبَذّرَاتِ زَرْعًا، وَ الْحَاصِدَاتِ حَصْدًا، وَ الذَّارِيَاتِ قَمْحًا، وَ الطَّاحِنَاتِ طَحْنًا، وَ الْخَابِزَاتِ خُبْزًا، وَ الثَّارِدَاتِ ثَرْدًا، وَ اللاَّقِمَاتِ لُقْمًا، اِهَالَةً وَ سَمْنًا.
Demi para wanita penyemai benih,
Dan para wanita yang memanen panenan,
Dan para wanita penabur gandum,
Dan para wanita penggiling gandum,
Dan para wanita pembuat roti,
Dan para wanita pembuat bubur,
Dan para wanita yang memakan makanan,
Menuangkan air dan minyak samin,
لَقَدْ فُضّلْتُمْ عَلَى اَهْلِ الْوَبَرِ، وَ مَا سَبَقَكُمْ اَهْلُ الْمَدَرِ، رَفِيْقُكُمْ فَامْنَعُوْهُ، وَ الْمُعْتَرِ فَآوُوْهُ، وَ النَّاعِى فَوَاسُوْهُ
Sungguh kalian telah dilebihkan di atas penduduk Wabar,
Dan penduduk Madar tidak akan dapat menandingi kalian,
Maka pertahankanlah keramahan kalian,
Dan terhadap orang yang faqir maka lindungilah dia,
Dan terhadap orang yang kesusahan maka tolonglah dia.
وَ ذَكَرُوْا اَشْيَاءَ مِنْ هذِهِ الْخُرَافَاتِ الَّتِي يَأْنَفُ مِنْ قَوْلِهَا الصّبْيَانُ وَ هُمْ يَلْعَبُوْنَ، فَيُقَالُ: اِنَّ الصّدّيْقَ قَالَ لَهُمْ: وَيْحَكُمْ، اَيْنَ كَانَ يَذْهَبُ بِعُقُوْلِكُمْ؟ اِنَّ هذَا الْكَلاَمَ لَمْ يَخْرُجْ مِنْ اَلْ.
Dan mereka menyebutkan banyak hal dari khurafat-khurafat yang anak-anak kecil yang bermainpun enggan untuk mengucapkannya dalam permainan mereka. Kemudian Abu Bakar Ash-Shiddiiq berkata, “Alangkah celakanya kalian, di mana kalian letakkan akal kalian ? Mustahil perkataan seperti ini datangnya dari Tuhan”.
Dan ada lagi yang dikatakan wahyu oleh Musailimah, diantaranya :
وَ الْفِيْلُ وَمَا اَدْرَاكَ مَا الْفِيْلُ، لَهُ زَلُوْمٌ طَوِيْلٌ،
Gajah, tahukah kamu apa gajah itu ? ia binatang yang mempunyai belalai panjang
وَاللَّيْلِ الدَّامِسِ، وَالذّئْبِ الْهَامِسِ، مَا قَطَعَتْ اَسَدٌ مِنْ رُطَبٍ وَلاَ يَابِسٍ،
Demi malam yang gelap, dan serigala yang hitam. Singa tidaklah merusakkan barang yang basah maupun yang kering
لَقَدْ اَنْعَمَ اللهُ عَلَى الْحُبْلَى، اَخْرَجَ مِنْهَا نَسَمَةً تَسْعَى، مِنْ بَيْنِ صِفَاقٍ وَ حَشَي
Sungguh Allah telah memberi keni’matan kepada wanita yang hamil, Allah mengeluarkan darinya jiwa yang bergerak, yang keluar dari antara kulit perut yang bawah dan isi perut.
Para ulama tarikh menyebutkan bahwa Musailimah berusaha meniru-niru Nabi. Sampai khabar kepadanya bahwa Rasulullah SAW pernah meludah di sebuah sumur, maka airnya tiba-tiba menjadi banyak, maka dia juga meludah di sebuah sumur, tetapi air sumurnya malah menjadi kering-kerontang. Dan ia meludah pula pada sumur yang lain, maka airnya berubah menjadi asin, dia pernah berwudlu kemudian sisanya disiramkan ke sebuah batang kurma, maka tiba-tiba kurma tersebut menjadi kering dan mati. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 718]
Dengan terbunuhnya Musailimah Al-Kadzdzaab ini, maka telah lenyaplah kedua orang nabi palsu, karena sebelumnya telah terbunuh pula seorang nabi palsu yang bernama Al-Aswad Al-‘Ansiy. Terbunuhnya Al-Aswad Al-‘Ansiy ini ketika menjelang wafatnya Nabi SAW, namun orang yang membawa berita tentang terbunuhnya Al-Aswad Al-‘Ansiy ini sampai di Madinah setelah Nabi SAW wafat.
Disebutkan dalam kitab Al-Bukhari bahwa Nabi SAW pernah bermimpi sebagaimana riwayat berikut :
قَالَ عُبَيْدُ اللهِ بْنُ عَبْدِ اللهِ، سَأَلْتُ عَبْدَ اللهِ بْنَ عَبَّاسٍ عَنْ رُؤْيَا رَسُوْلِ اللهِ ص الَّتِي ذَكَرَ فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: ذُكِرَ لِي اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: بَيْنَا اَنَا نَائِمٌ اُرِيْتُ اَنَّهُ وُضِعَ فِي يَدَيَّ (يَدِي) سِوَارَانِ (اِسْوَارَانِ) مِنْ ذَهَبٍ فَفُظِعْتُهُمَا وَكَرِهْتُهُمَا فَاُذِنَ لِي فَنَفَخْتُهُمَا فَطَارَا فَاَوَّلْتُهُمَا كَذَّابَيْنِ يَخْرُجَانِ. فَقَالَ عُبَيْدُ اللهِ: اَحَدُهُمَا الْعَنْسِيُّ الَّذِي قَتَلَهُ فَيْرُوْزُ بِالْيَمَنِ وَ اْلآخَرُ مُسَيْلِمَةُ الْكَذَّابُ. البخارى
‘Ubaidullah bin ‘Abdillah pernah bertanya kepada ‘Abdullah bin ‘Abbas tentang mimpi Rasulullah SAW yang ia sebutkan. Maka Ibnu ‘Abbas berkata, “Disebutkan kepadaku bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Ketika aku sedang tidur, aku bermimpi bahwasanya diletakkan di kedua tanganku dua gelang dari emas, maka aku merasa takut dan tidak suka kepada keduanya. Maka diperkenankan padaku untuk menghilangkannya, lalu aku meniup kedua gelang itu, maka terbanglah kedua gelang itu. Maka aku menta’wilkan mimpi itu adalah munculnya dua orang nabi palsu”. ‘Ubaidillah berkata, “Salah satu dari kedua orang nabi palsu itu adalah (Al-Aswad) Al-‘Ansiy yang dibunuh oleh Fairuz di Yaman, sedangkan yang seorang lagi adalah Musailimah Al-Kadzdzaab. [HR. Bukhari]
Muslim juga meriwayatkan, dari Abu Hurairah, ia berkata : Nabi SAW pernah bersabda :
بَيْنَا اَنَا نَائِمٌ رَأَيْتُ فِى يَدَىَّ سِوَارَيْنِ مِنْ ذَهَبٍ فَاَهَمَّنِى شَأْنُهُمَا فَاُوْحِىَ اِلَىَّ فِى الْمَنَامِ اَنِ انْفُخْهُمَا فَنَفَخْتُهُمَا فَطَارَا فَاَوَّلْتُهُمَا كَذَّابَيْنِ يَخْرُجَانِ مِنْ بَعْدِى فَكَانَ اَحَدُهُمَا الْعَنْسِىَّ صَاحِبَ صَنْعَاءَ وَاْلآخَرُ مُسَيْلِمَةَ صَاحِبَ الْيَمَامَةِ. مسلم 4: 1781
Ketika kami sedang tidur, aku bermimpi bahwa di kedua tanganku ada dua gelang emas. Maka kejadian itu membuatku sedih, lalu diwahyukan kepadaku di dalam tidur itu agar aku meniupnya, maka kedua gelang tersebut aku tiup, lalu terbanglah kedua gelang tersebut. Lalu aku menta’wilkannya bahwa kedua gelang tersebut adalah dua orang pendusta (nabi palsu) yang muncul sesudahku, salah satunya adalah (Al-Aswad) Al-‘Ansiy penduduk Shan’aa’ dan yang satunya lagi adalah Musailimah penduduk Yamamah”. [HR. Muslim juz 4, hal. 1781]
26. Murtadnya penduduk Bahrain dan kembalinya mereka kepada Islam.
Di dalam kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah disebutkan sebagai berikut :
كَانَ مِنْ خَبْرِهِمْ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص كَانَ قَدْ بَعَثَ الْعَلاَءَ بْنَ الْحَضْرَمِيّ اِلىَ مُلْكِهَا الُمُنْذِرِ بْنِ سَاوَي الْعَبْدِيّ، وَ اَسْلَمَ عَلَى يَدَيْهِ وَ اَقَامَ فِيْهِمُ اْلاِسْلاَمَ وَ الْعَدْلَ، فَلَمَّا تُوُفّيَ رَسُوْلُ اللهِ ص، تُوُفّيَ الْمُنْذِرُ بَعْدَهُ بِقَلِيْلٍ.
Dahulu pada masa Rasulullah SAW, beliau pernah mengutus Al-'Alaa' bin Hadlramiy ke kerajaan Bahrain , yang pada waktu itu rajanya bernama Al-Mundzir bin Saawaa Al-'Abdiy. Kemudian Raja tersebut masuk Islam di hadapan Al-'Alaa' dan raja tersebut menegakkan Islam dan keadilan terhadap rakyatnya. Setelah Rasulullah SAW wafat, tidak lama kemudian Al-Mundzir juga wafat.
وَ كَانَ قَدْ حَضَرَ عِنْدَهُ فِي مَرَضِهِ عَمْرُو بْنُ الْعَاصِ. فَقَالَ لَهُ: يَا عَمْرُو، هَلْ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يَجْعَلُ لِلْمَرِيْضِ شَيْئًا مِنْ مَالِهِ؟ قَالَ: نَعَمْ، اَلثُّلُثَ. قَالَ: مَاذَا اَصْنَعُ بِهِ؟ قَالَ: اِنْ شِئْتَ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى اَقْرِبَائِكَ، وَ اِنْ شِئْتَ عَلَى الْمَحَاوِيْجِ، وَ اِنْ شِئْتَ جَعَلْتَهُ صَدَقَةً مِنْ بَعْدِكَ حَبْسًا مَحْرَمًا. فَقَالَ: اِنّي اَكْرَهُ اَنْ اَجْعَلَهُ كَالْبَحِيْرَةِ وَ السَّائِبَةِ وَ الْوَصِيْلَةِ وَ الْحَامِ، وَ لكِنّي اَتَصَدَّقُ بِهِ. فَفَعَلَ وَ مَاتَ. فَكَانَ عَمْرُو بْنُ الْعَاصِ يَتَعَجَّبُ مِنْهُ. البداية و النهاية 6: 720
Pada waktu sakit, 'Amr bin 'Aash sempat datang menjenguknya. Al-Mundzir berkata kepada 'Amr, "Ya 'Amr, apakah Rasulullah SAW membolehkan seseorang yang sakit berwashiyat dari sebagian hartanya ?". 'Amr menjawab, "Ya, sepertiga dari hartanya". Kemudian Al-Mundzir berkata, "Apa yang sebaiknya aku perbuat dengan sepertiga itu ?". 'Amr menjawab, "Jika engkau mau, boleh engkau sedeqahkan kepada kerabatmu, dan jika engkau mau boleh juga engkau sedeqahkan kepada orang-orang yang membutuhkannya (faqir-miskin), dan jika engkau mau bisa engkau waqafkan". Lalu Al-Mundzir berkata, "Aku tidak suka jika hartaku dijadikan seperti Bahiirah, Saaibah, Washiilah maupun Haam, tetapi aku akan menyedeqahkan hartaku itu". Akhirnya Al-Mundzir melaksanakannya. Dan setelah itu iapun wafat. Dan 'Amr bin 'Aash sangat kagum kepadanya. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 720]
فَلَمَّا مَاتَ الُمُنْذِرُ ارْتَدَّ اَهْلُ الْبَحْرَيْنِ وَ مَلَّكُوْا عَلَيْهِمُ الْغَرُوْرَ، وَ هُوَ الْمُنْذِرُ بْنُ النُّعْمَانِ بْن الْمُنْذِرِ. وَقَالَ قَائِلُهُمْ: لَوْ كَانَ مُحَمَّدٌ نَبِيًّا مَا مَاتَ. وَ لَمْ يَبْقَ بِهَا بَلْدَةٌ عَلَى الثَّبَاتِ سِوَى قَرْيَةٍ يُقَالُ لَهَا جُوَاثَا، كَانَتْ اَوَّلَ قَرْيَةٍ اَقَامَتِ الْجُمُعَةَ مِنْ اَهْلِ الرّدَّةِ، كَمَا ثَبَتَ ذلِكَ فِي الْبُخَارِي عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ.
Namun setelah Al-Mundzir wafat, penduduk Bahrain berubah menjadi murtad dan mereka mengangkat Al-Gharuur, yaitu Al-Mundzir bin Nu'man bin Mundzir menjadi raja mereka. Ada diantara mereka yang berkata, "Seandainya Muhammad itu betul seorang Nabi, pastilah dia tidak akan mati". Dan tidak ada satupun dari daerah yang berada di Bahrain yang penduduknya tetap memegang keislamannya kecuali satu kota saja, yaitu kota Juwaatsaa. Kota inilah yang pertama kali mengadakan shalat Jum'at dari sekian banyak orang-orang yang murtad, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Ibnu 'Abbas sebagai berikut :
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ اَنَّهُ قَالَ: اِنَّ اَوَّلَ جُمْعَةٍ جُمّعَتْ بَعْدَ جُمْعَةٍ فِى مَسْجِدِ رَسُوْلِ اللهِ ص فِى مَسْجِدِ عَبْدِ الْقَيْسِ بِجُوَاثَى مِنَ الْبَحْرَيْنِ. البخارى 1: 215
Dari 'Ibnu 'Abbas, bahwasanya ia berkata, "Sesungguhnya yang pertama kali diadakan shalat Jum'at setelah di masjidnya Rasulullah SAW adalah masjidnya 'Abdul Qais di kota Juwaatsaa di negeri Bahrain ". [HR. Bukhari juz 1, hal. 215]
وَ قَدْ حَاصَرَهُمُ الْمُرْتَدُّوْنَ وَ ضَيَّقُوْا عَلَيْهِمْ، حَتَّى مَنَعُوْا مِنَ اْلاَقْوَاتِ وَ جَاعُوْا جُوْعًا شَدِيْدًا حَتَّى فَرَّجَ اللهُ، وَ قَدْ قَالَ رَجُلٌ مِنْهُمْ يُقَالُ لَهُ عَبْدُ اللهِ بْنُ حَذْفٍ، اَحَدُ بَنِي بَكْرِ بْنِ كِلاَبٍ، وَ قَدْ اِشْتَدَّ عَلَيْهِ الْجُوْعُ:
Seluruh penduduk yang murtad telah mengepung kota Juwaatsaa ini dan memboikotnya. Sampai-sampai makananpun tidak boleh masuk kepada mereka sehingga membuat mereka menderita kelaparan, sampai Allah memberikan jalan keluar kepada mereka. Ada salah seorang dari mereka, yaitu 'Abdullah bin Hadzaf, seorang laki-laki yang berasal dari Bani Bakar bin Kilaab membacakan sya'irnya dalam keadaan lapar :
اَلاَ اَبْلَغَ اَبَا بَكْرٍ رَسُوْلاً - وَ فِتْيَانَ الْمَدِيْنَةِ اَجْمَعِيْنَا
فَهَلْ لَكُمْ اِلىَ قَوْمٍ كِرَامٍ - قُعُوْدٍ فِي جُوَاثَا مُحْصَرِيْنَا
كَاَنَّ دِمَاءَهُمْ فِي كُلّ فَجّ - شُعَاعَ الشَّمْسِ يَغْشَى النَّاظِرِيْنَا
تَوَكَّلْنَا عَلَى الرَّحْمنِ اِنَّا - قَدْ وَجَدْنَا الصَّبْرَ لِلْمُتَوَكّلِيْنَا
Apakah tidak ada yang dapat membawa berita kepada Abu Bakar,
Dan penduduk Madinah seluruhnya.
Adakah diantara kalian yang memperhatikan suatu kaum yang mulia,
Yang terduduk di kota Juwaatsaa dalam keadaan terkepung.
Seolah-olah darah mereka mengalir di mana-mana,
Laksana cahaya matahari yang menutupi orang yang melihatnya,
Kami bertawakkal kepada Allah yang Maha Pemurah, sungguh kami,
Kami mendapati keshabaran selalu bersama orang-orang yang bertawakkal.
وَ قَدْ قَامَ فِيْهِمْ رَجُلٌ مِنْ اَشْرَافِهِمْ، وَ هُوَ الْجَارُوْدُ بْنُ الْمَعَلّى، وَ كَانَ مِمَّنْ هَاجَرُوْا اِلىَ رَسُوْلِ اللهِ ص خَطِيْبًا وَ قَدْ جَمَعَهُمْ فَقَالَ: يَا مَعْشَرَ عَبْدِ الْقَيْسِ، اِنّي سَائِلُكُمْ عَنْ اَمْرٍ فَاَخْبِرُوْنِي اِنْ عَلِمْتُمُوْهُ، وَ لاَ تُجِيْبُوْنِيْ اِنْ لَمْ تَعْلَمُوْهُ. فَقَالُوْا: سَلْ. قَالَ: اَتَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ كَانَ للهِ اَنْبِيَاءُ قَبْلَ مُحَمَّدٍ؟ قَالُوْا: نَعَمْ. قَالَ: تَعْلَمُوْنَهُ اَمْ تَرَوْنَهُ؟ قَالُوْا: نَعْلَمُهُ. قَالَ: فَمَا فُعِلُوْا؟ قَالُوْا: مَاتُوْا. قَالَ: اِنَّ مُحَمَّدًا ص مَاتَ كَمَا مَاتُوْا، وَ اِنّيْ اَشْهَدُ اَنْ لاَ الهَ اِلاَّ اللهُ وَ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ. فَقَالُوْا: وَ نَحْنُ اَيْضًا نَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَ اَنْتَ اَفْضَلُنَا وَ سَيّدُنَا. وَ ثَبَتُوْا عَلَى اِسْلاَمِهِمْ وَ تَرَكُوْا بَقِيَةَ النَّاسِ فِيْمَا هُمْ فِيْهِ.
Kemudian salah seorang dari pembesar mereka mengumpulkan kaumnya, lalu berdiri berpidato di hadapan mereka, yaitu Al-Jaaruud bin Al-Ma'alliy, dia termasuk orang yang pernah hijrah kepada Rasulullah SAW, dia berkata, "Wahai keturunan 'Abdul Qais, aku bertanya kepada kalian tentang suatu perkara, tolong berikan jawabannya jika kalian mengetahuinya, dan tolong jangan kalian jawab jika kalian tidak mengetahuinya". Mereka berkata, "Ya, silahkan bertanya". Dia berkata, "Tahukah kalian, bahwa Allah mempunyai Nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad SAW ?". Mereka menjawab, "Ya, benar". Kemudian dia bertanya lagi, "Kalian mengetahuinya atau pernah melihatnya ?". Mereka menjawab, "Kami mengetahuinya". Kemudian ia bertanya lagi, "Bagaimana keadaan mereka sekarang ?". Mereka menjawab, "Semuanya telah mati". Dia berkata, "Maka sesungguhnya Muhammad SAW juga telah mati sebagaimana mereka telah mati. Dan aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad itu adalah utusan Allah". Maka serentak mereka juga mengatakan. "Kami juga bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu utusan Allah". "Dan engkaulah orang yang paling mulia diantara kami dan engkaulah pemimpin kami". Akhirnya mereka tetap istiqamah pada keislaman mereka, dan mereka meninggalkan orang-orang banyak yang tersesat. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 720]
وَ بَعَثَ الصّدّيْقُ رض اِلَيْهِمُ الْعَلاَءَ بْنَ الْحَضْرَمِيّ. فَلَمَّا دَنَا مِنَ الْبَحْرَيْنِ جَاءَ اِلَيْهِ ثُمَامَةُ بْنُ اُثَالٍ فِيْ مَحْفَلٍ كَبِيْرٍ، وَجَاءَ كُلُّ اُمَرَاءِ تِلْكَ النَّوَاحِيْ فَانْضَافُوْا اِلىَ جَيْشِ الْعَلاَءِ بْنِ الْحَضْرَمِيّ، فَاَكْرَمَهُمُ الْعَلاَءُ وَ تَرَحَّبَ بِهِمْ وَ اَحْسَنَ اِلَيْهِمْ.
Kemudian Abu Bakar RA mengutus Al-'Alaa' bin hadlramiy kepada mereka. Setelah mendekati Bahrain , datanglah Tsumaamah bin Utsaal dengan membawa tentara yang banyak, dan berdatangan pula seluruh pemimpin yang berada di sekitarnya untuk bergabung dengan tentaranya Al-'Alaa' bin Hadlramiy. Maka 'Alaa' sangat menghormati dan menghargai mereka, serta memperlakukan mereka dengan baik. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 721]
27. Karamah Al-'Alaa' bin Hadlramiy
Al-'Alaa' adalah salah seorang dari sekian banyak shahabat Nabi yang senior dan termasuk orang yang berilmu, banyak beribadah dan mustajab doanya. Dalam peperangan ini terjadi karamah (peristiwa yang luar biasa). Ketika mereka singgah di suatu tempat, yaitu ketika pasukan belum sempat istirahat, tiba-tiba unta-unta mereka menjadi beringas dan lari dengan membawa seluruh perbekalan tentara, baik berupa kemah, makanan dan minuman. Sehingga pasukan berhenti di tempat itu dalam keadaan tidak punya apapun selain pakaian yang melekat di badan saja. Dan peristiwa ini terjadi pada malam hari. Mereka tidak berhasil mengejar seekor untapun. Akhirnya saat itu mereka ditimpa kegelisahan dan kesedihan yang sangat, sehingga sebagian mereka berwashiyat kepada sebagian yang lainnya.
فَنَادَى مُنَادِي الْعَلاَءِ فَاجْتَمَعَ النَّاسُ اِلَيْهِ، فَقَالَ: اَيُّهَا النَّاسُ، اَلَسْتُمُ الْمُسْلِمِيْنَ؟ اَلَسْتُمْ فِي سَبِيْلِ اللهِ؟. اَلَسْتُمْ اَنْصَارَ اللهِ؟ قَالُوْا: بَلَى، قَالَ: فَاَبْشِرُوْا، فَوَاللهِ لاَ يَخْذُلُ اللهُ مَنْ كَانَ فِي مِثْلِ حَالِكُمْ.
Lalu salah seorang pembantu Al-'Alaa' memanggil dan mengumpulkan mereka. Setelah mereka berkumpul kemudian Al-'Alaa' mulai berbicara :
Wahai saudara-saudara sekalian, bukankah kalian orang islam ? Bukankah kalian sedang berperang di jalan Allah ? Bukankah kalian orang-orang yang menolong agama Allah ?". Mereka menjawab, "Ya, benar". Al-'Alaa' melanjutkan lagi, "Bergembiralah. Demi Allah, Allah tidak akan menghinakan orang-orang yang keadaannya seperti kalian ini".
وَ نُوْدِيَ بِصَلاَةِ الصُّبْحِ حِيْنَ طَلَعَ الْفَجْرُ فَصَلَّى بِالنَّاسِ، فَلَمَّا قَضَى الصَّلاَةَ جَثَا عَلَى رُكْبَتَيْهِ وَ جَثَا النَّاسُ، وَ نَصَبَ فِي الدُّعَاءِ وَ رَفَعَ يَدَيْهِ، وَ فَعَلَ النَّاسُ مِثْلَهُ حَتَّى طَلَعَتِ الشَّمْسُ وَ جَعَلَ النَّاسُ يَنْظُرُوْنَ اِلَى سَرَابِ الشَّمْسِ يَلْمَعُ مَرَّةً بَعْدَ اُخْرَى وَ هُوَ يَجْتَهِدُ فِي الدُّعَاءِ، فَلَمَّا بَلَغَ الثَّالِثَةَ اِذَا قَدْ خَلَقَ اللهُ اِلىَ جَانِبِهِمْ غَدِيْرًا عَظِيْمًا مِنَ الْمَاءِ الْقَرَاحِ، فَمَشَى النَّاسُ اِلَيْهِ فَشَرِبُوْا وَ اغْتَسَلُوْا، فَمَا تَعَالَى النَّهَارُ حَتَّى اَقْبَلَتِ اْلاِبِلُ مِنْ كُلّ فَجّ بِمَا عَلَيْهَا، لَمْ يَفْقِدِ النَّاسُ مِنْ اَمْتِعَتِهِمْ سِلْكًا. فَسَقَوُا اْلاِبِلَ عَلَلاً بَعْدَ نَهْلٍ. فَكَانَ هذَا مِمَّا عَايَنَ النَّاسُ مِنْ آيَاتِ اللهِ بِهذِهِ السَّرِيَّةِ.
Kemudian adzan Shubuh dikumandangkan ketika terbit fajar, lalu Al-'Alaa' shalat berjama'ah bersama seluruh pasukan. Setelah selesai shalat, Al-'Alaa' duduk bersimpuh dengan kedua lututnya dan orang-orangpun duduk pula mengikutinya. Lalu ia berdoa dengan bersungguh-sungguh sambil mengangkat tangannya, dan orang-orangpun berbuat hal yang sama, hingga matahari terbit dan orang-orang melihat cahaya matahari semakin terang sedikit demi sedikit, dan Al-'Alaa' terus bersungguh-sungguh dalam berdo'a. Kemudian tiba-tiba Allah ciptakan untuk mereka tepat di samping mereka kolam yang besar, penuh dengan air yang bersih. Maka Al-'Alaa' dan pasukannya segera mendatangi tempat itu, mereka minum dan mandi sepuasnya. Dan ketika matahari mulai meninggi, tiba-tiba seluruh unta-unta mereka kembali berdatangan dari segala penjuru, lengkap dengan perbekalan yang ada di atas punggungnya. Tidak seorangpun dari mereka yang merasa kehilangan walau hanya seutas tali. Kemudian mereka segera memberi minum unta-unta mereka sepuasnya. Dan ini merupakan karamah (peristiwa yang luar biasa) yang disaksikan oleh orang banyak, sekaligus merupakan tanda kebesaran Allah bagi pasukan ini. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 721]
28. Kemenangan kaum muslimin dan kekalahan kaum murtad di Bahrain.
Kemudian datanglah pasukan kaum muslimin di bawah pimpinan Al-'Alaa' bin Hadlramiy yang dikirim oleh Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiiq untuk membebaskan kota Juwaatsaa dari kepungan orang-orang murtad. Ketika mendekati Bahrain pasukan Al-'Alaa' telah diperkuat dengan pasukan Tsumamah bin Utsaal.
Di dalam kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah disebutkan sebagai berikut :
لَمَّا اقْتَرَبَ مِنْ جُيُوْشِ الْمُرْتَدَّةِ وَقَدْ حَشَدُوْا وَجَمَعُوْا خَلْقًا عَظِيْمًا نَزَلَ وَنَزَلُوْا، وَبَاتُوْا مُتَجَاوِرِيْنَ فِي الْمَنَازِلِ. فَبَيْنَمَا الْمُسْلِمُوْنَ فِي اللَّيْلِ اِذْ سَمِعَ الْعَلاَءُ اَصْوَاتًا عَالِيَةً فِي جَيْشِ الْمُرْتَدّيْنَ، فَقَالَ: مَنْ رَجُلٌ يَكْشِفُ لَنَا خَبَرَ هؤُلاَءِِ؟ فَقَامَ عَبْدُ اللهِ بْنُ حَذْفٍ فَدَخَلَ فِيْهِمْ.
Ketika Al-'Alaa' bin Hadlramiy mendekati pasukan orang-orang yang murtad, sedangkan mereka telah mengumpulkan personil yang banyak sekali, lalu Al-'Alaa' memberhentikan pasukannya. Padahal musuh juga berhenti di dekatnya. Mereka bermalam di tempat yang saling berdekatan. Pada suatu malam Al-'Alaa' mendengar suara hiruk pikuk dari pasukan kaum murtad, maka ia berkata, "Siapa diantara kalian yang siap untuk mencari informasi tentang mereka ?". Maka bangkitlah 'Abdullah bin Hadzaf, lalu dia berjalan memasuki sarang musuh.
فَوَجَدَهُمْ سُكَارَى لاَ يَعْقِلُوْنَ مِنَ الشَّرَابِ. فَرَجَعَ اِلَيْهِ فَاَخْبَرَهُ. فَرَكِبَ الْعَلاَءُ مِنْ فَوْرِهِ وَ الْجَيْشُ مَعَهُ فَكَبَسُوْا اُولئِكَ فَقَتَلُوْهُم قَتْلاً عَظِيْمًا، وَقَلَّ مَنْ هَرَبَ مِنْهُمْ، وَاسْتَوْلَى عَلَى جَمِيْعِ اَمْوَالِهِمْ وَحَوَاصِلِهِمْ وَ اَثْقَالِهِمْ، فَكَانَتْ غَنِيْمَةً عَظِيْمَةً جَسِيْمَةً.
Setelah 'Abdullah bin Hadzaf matuk kepada mereka, ternyata ia mendapati musuh dalam keadaan mabuk, mereka tidak sadar karena pengaruh minuman keras. Kemudian 'Abdullah segera kembali dan memberitahukan hal itu kepada Al-'Alaa'. Maka Al-'Alaa' segera menaiki kudanya beserta pasukannya maju menyerang musuh. Maka pada malam itu juga mereka banyak membunuh musuh, dan sedikit sekali yang bisa melarikan diri dari mereka. Dan pasukan Islam berhasil menguasai semua harta musuh, hasil bumi maupun perbekalan mereka. Dan itu merupakan harta rampasan perang yang banyak sekali.
وَ كَانَ الْحُطَمُ بْنُ ضُبَيْعَةَ اَخُوْ بَنِي قَيْسِ بْنِ ثَعْلَبَةَ مِنْ سَادَاتِ الْقَوْمِ نَائِمًا، فَقَامَ دَهْشًا حِيْنَ اقْتَحَمَ الْمُسْلِمُوْنَ عَلَيْهِمْ فَرَكِبَ جَوَادَهُ فَانْقَطَعَ رِكَابُهُ فَجَعَلَ يَقُوْلُ: مَنْ يُصْلِحُ لِي رِكَابِيْ ؟ فَجَاءَ رَجُلٌ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ فِي اللَّيْلِ فَقَالَ: اَنَا اُصْلِحُهَا لَكَ، اِرْفَعْ رِجْلَكَ. فَلَمَّا رَفَعَهَا ضَرَبَهُ بِالسَّيْفِ فَقَطَعَهَا مَعَ قَدَمِهِ، فَقَالَ لَهُ: اَجْهِزْ عَلَيَّ. فَقَالَ: لاَ اَفْعَلُ. فَوَقَعَ صَرِيْعًا. كُلَّمَا مَرَّ بِهِ اَحَدٌ يَسْأَلُهُ اَنْ يَقْتُلَهُ، فَيِأْبَى، حَتَّى مَرَّ بِهِ قَيْسُ بْنُ عَاصِمٍ، فَقَالَ لَهُ: اَنَا الْحُطَمُ فَاقْتُلْنِي! فَقَتَلَهُ. فَلَمَّا وَجَدَ رِجْلَهُ مَقْطُوْعَةً نَدِمَ عَلَى قَتْلِهِ وَقَالَ: وَ اسُوَأْتَاهْ، لَوْ اَعْلَمُ مَا بِهِ لَمْ اُحَرّكْهُ.
Tersebutlah bahwa Al-Hutham bin Dlubai'ah saudara Bani Qais bin Tsa'labah termasuk tokoh kaumnya, pada waktu itu ia sedang tidur. Ketika kaum muslimin menyerbu mereka, ia terbangun dalam keadaan terkejut dan langsung melompat ke atas kudanya, namun sayang tempat pijakannya terputus, maka dia berkata, "Siapa yang bisa memperbaiki tempat pijakanku ini ?". Lalu datanglah seorang dari tentara kaum muslimin pada malam itu dan berkata, "Aku bisa memperbaikinya untukmu, angkatlah kakimu". Ketika ia mengangkat kakinya, maka seketika itu tentara Islam tersebut memenggal kakinya hingga terputus bersama tapak kakinya, lalu dia berteriak, "Bunuhlah saja diriku !", lalu dijawab oleh tentara Islam tersebut, "Tidak, aku tidak mau". Akhirnya ia jatuh tersungkur. Setiap kali ada orang yang melewatinya, ia meminta supaya membunuhnya. Namun orang-orang tidak mau membunuhnya, sehingga Qais bin 'Ashim melewatinya, maka ia berkata kepadanya, "Aku adalah Hutham, maka bunuhlah aku". Maka Qais pun membunuhnya. Ketika Qais melihat bahwa kakinya telah terpotong, maka dia merasa menyesal karena telah membunuhnya, dan ia berkata, "Oh, alangkah buruknya, seandainya aku mengetahui apa yang menimpamu, pasti engkau tidak akan kusentuh".
ثُمَّ رَكِبَ الْمُسْلِمُوْنَ فِي آثَارِ الْمُنْهَزِمِيْنَ، يَقْتُلُوْنَهُمْ بِكُلّ مِرْصَدٍ وَ طَرِيْقٍ، وَ ذَهَبَ مَنْ فَرَّ مِنْهُمْ اَوْ اَكْثَرُهُمْ فِي الْبَحْرِ اِلىَ دَارَيْنِ رَكِبُوْا اِلَيْهَا السُّفُنَ.
Kemudian kaum muslimin mengejar musuh yang melarikan diri. Kaum muslimin berhasil membunuh mereka di berbagai tempat dan jalan. Dan kebanyakan diantara mereka melarikan diri menuju laut menyeberang ke Darain. Mereka naik perahu, lari ke Darain.
ثُمَّ شَرَعَ الْعَلاَءُ بْنُ الْحَضْرَمِيّ فيِ قَسْمِ الْغَنِيْمَةِ. وَ نَقَلَ اْلاَثْقَالَ وَ فَرَغَ مِنْ ذلِكَ وَ قَالَ لِلْمُسْلِمِيْنَ: اِذْهَبُوْا بِنَا اِلىَ دَارَيْنِ لِنَغْزُوَ مَنْ بِهَا مِنَ اْلاَعْدَاءِ، فَاَجَابُوْا اِلىَ ذلِكَ سَرِيْعًا، فَسَارَ بِهِمْ حَتَّى اَتَى سَاحِلَ الْبَحْرِ لِيَرْكَبُوْا فِي السُّفُنِ، فَرَأَى اَنَّ الشُّقَّةَ بَعِيْدَةٌ لاَ يَصِلُوْنَ اِلَيْهِمْ فِي السُّفُنِ حَتَّى يَذْهَبَ اَعْدَاءُ اللهِ.
Kemudian Al-'Alaa' bin Hadlramiy membagi harta rampasan perang. Setelah pembagian ghanimah selesai dan barang-barang telah dinaikkan ke kendaraan, lalu Al-'Alaa' berkata kepada tentaranya, "Mari kita berangkat menuju Darain untuk memerangi musuh yang berada di sana!". Maka semua pasukan mematuhi perintahnya. Mereka mulai bergerak sehingga sampai di tepi pantai dan bersiap-siap untuk mengejar perahu musuh. Namun jarak antara mereka dengan perahu musuh cukup jauh yang tidak mungkin terkejar, hingga musuh-musuh Allah itu berhasil melarikan diri.
فَاقْتَحَمَ الْبَحْرَ بِفَرَسِهِ وَ هُوَ يَقُوْلُ: يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، يَا حَكِيْمُ يَا كَرِيْمُ، يَا اَحَدُ يَا صَمَدُ، يَا حَيُّ يَا مُحْيِ، يَا قَيُّوْمُ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَ اْلاِكْرَامِ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اَنْتَ يَا رَبَّنَا. وَ اَمَرَ الْجَيْشَ اَنْ يَقُوْلُوْا ذلِكَ وَ يَقْتَحِمُوْا، فَفَعَلُوْا ذلِكَ فَاَجَازَ بِهِمُ الْخَلِيْجَ بِاِذْنِ اللهِ يَمْشُوْنَ عَلَى مِثْلِ رَمْلَةٍ دَمْثَةٍ فَوْقَهَا مَاءٌ لاَ يَغْمُرُ اَخْفَافَ اْلاِبِلِ وَلاَ يَصِلُ اِلىَ رُكَبِ الْخَيْلِ، وَ مَسِيْرَتُهُ لِلسُّفُنِ يَوْمٌ وَ لَيْلَةٌ، فَقَطَعَهُ اِلَى السَّاحِلِ اْلآخَرِ، فَقَاتَلَ عَدُوَّهُ وَ قَهَّرَهُمْ وَ احْتَازَ غَنَائِمَهُمْ.
Kemudian Al-'Alaa' segera masuk ke laut dengan kudanya sambil berdo'a, "Ya Allah Yang Maha Penyayang diantara para penyayang, ya Allah Yang Maha Bijaksana, ya Allah yang Maha Mulia, ya Allah Yang Maha Esa, ya Allah Tempat bergantung, ya Allah Yang Maha Hidup, ya Allah Yang Maha Menghidupkan, ya Allah Yang Maha Berdiri sendiri, ya Allah Yang memiliki Keagungan dan Kemuliaan, tidak ada Tuhan selain Engkau, wahai Tuhan kami".
Dan ia memerintahkan tentaranya untuk mengucapkan do'a yang sama dan langsung masuk ke laut bersama kuda mereka. Dan pasukan pun melakukannya. Akhirnya dengan idzin Allah mereka dapat menyeberangi teluk tersebut dengan mengendarai kuda, mereka berjalan seperti berjalan di atas padang pasir yang datar yang di atasnya ada airnya, namun tidak sampai sebatas kaki unta dan tidak sampai sebatas lutut kuda. Padahal perjalanan ini jika ditempuh dengan perahu memakan waktu sehari-semalam, namun pasukan muslimin berhasil sampai di tepi pantai seberang. Mereka lalu memerangi musuh hingga mengalahkan mereka dan mengambil harta rampasan perang mereka.
ثُمَّ رَجَعَ فَقَطَعَهُ اِلىَ الْجَانِبِ اْلآخَرِ فَعَادَ اِلىَ مَوْضِعِهِ اْلاَوَّلِ، وَ ذلِكَ كُلُّهُ فِي يَوْمٍ، وَلَمْ يَتْرُكْ مِنَ الْعَدُوّ مُخْبِرًا، وَ اسْتَاقَ الذَّرَارِيَ وَ اْلاَنْعَامَ وَ اْلاَمْوَالَ، وَلَمْ يَفْقِدُ الْمُسْلِمُوْنَ فِي الْبَحْرِ شَيْئًا سِوَى عُلَيْقَةَ فَرَسٌ لِرَجُلٍ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَمَعَ هذَا رَجَعَ الْعَلاَءُ فَجَاءَهُ بِهَا، ثُمَّ قَسَمَ غَنَائِمَ الْمُسْلِمِيْنَ فِيْهِمْ، فَاَصَابَ الْفَارِسُ اَلْفَيْنِ وَ الرَّاجِلُ اَلْفًا مَعَ كَثْرَةِ الْجَيْشِ.
Kemudan mereka kembali lagi ke sisi pantai pertama. Perjalanan pulang pergi mereka menyeberangi teluk tersebut hanya memakan waktu satu hari saja. Dan Al-'Alaa' tidak menyisakan seorang musuhpun untuk membawa berita.
Kemudian Al-'Alaa' mulai menggiring para tawanan anak-anak dan wanita, binatang ternak dan harta mereka. Tidak seorangpun dari kaum muslimin yang kehilangan di laut tersebut kecuali seekor kuda yang bernama 'Ulaiqah. Namun Al-'Alaa' berhasil membawanya kembali. Kemudian Al-'Alaa' membagi-bagikan harta rampasan perang kepada pasukannya. Setiap penunggang kuda berhasil mendapatkan bagian 2.000 dinar, dan setiap pejalan kaki mendapatkan bagian 1.000 dinar, padahal pasukannya juga banyak. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 721]
Tentang Al-'Alaa' menyeberangi lautan ini, Ibnul Atsiir dalam kitabnya Al-Kaamil fit Taariikh juga menyebutkan sebagai berikut :
وَقَالَ لَهُمْ: قَدْ اَرَاكُمُ اللهُ مِنْ ايتِهِ فِي الْبَرّ لَتَعْتَبِرُوْا بِهَا فِي الْبَحْرِِ، فَانْهَضُوْا اِلىَ عَدُوّكُمْ وَاسْتَعْرِضُوا الْبَحْرَ. وَ ارْتَحَلَ وَ ارْتَحَلُوْا حَتَّى اقْتَحَمَ الْبَحْرَ عَلَى الْخَيْلِ وَ اْلاِبِلِ وَ الْحَمِيْرِ وَ غَيْرِ ذلِكَ، وَ فِيْهِمُ الرَّاجِلُ، وَ دَعَا وَ دَعَوْا. وَ كَانَ مِنْ دُعَائِهِمْ: يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، يَا كَرِيْمُ، يَا حَلِيْمُ، يَا اَحَدُ، يَا صَمَدُ، يَا حَيُّ، يَا مُحْيِي الْمَوْتَى، يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اَنْتَ يَا رَبَّنَا! فَاجْتَازَوْا ذلِكَ الْخَلِيْجَ بِاِذْنِ اللهِ يَمْشُوْنَ عَلَى مِثْلِ رَمْلَةٍ فَوْقَهَا مَاءٌ يَغْمُرُ اَخْفَافَ اْلاِبِلِ.
Dan Al-'Alaa' berkata, "Allah telah memperlihatkan kepada kalian tanda-tanda kekuasaan-Nya di darat, maka hendaklah kalian mengambil pelajaran dengannya di laut, maka kejarlah musuh kalian, dan seberangilah lautan itu. Kemudian Al-'Alaa' berangkat dengan naik kuda menyeberangi lautan. Dan pasukannya pun mengikutinya, sehingga mereka berhasil menyeberangi lautan, ada yang naik kuda, ada yang naik unta, ada yang naik himar dan ada pula yang berjalan kaki. Dan ketika Al-'Alaa' berdoa, merekapun turut berdo'a. Dan diantara do'a mereka ialah (yang artinya), "Ya Allah Yang Maha Penyayang diantara para penyayang, ya ya Allah yang Maha Mulia, ya Allah Yang Maha Penyantun, ya Allah Yang Maha Esa, ya Allah Tempat bergantung, ya Allah Yang Maha Hidup, ya Allah Yang Menghidupkan orang-orang yang mati, ya Allah Yang Maha Hidup dan Berdiri sendiri, tidak ada Tuhan selain Engkau, wahai Tuhan kami".
Dan dengan idzin Allah mereka dapat menyeberangi teluk tersebut seperti berjalan di atas padang pasir yang di atasnya ada air, yang hanya mencapai kaki unta. [Al-Kaamil fit Taariikh juz 2, hal. 227]
وَكَتَبَ اِلَى الصّدّيْقِ فَاَعْلَمَهُ بِذلِكَ، فَبَعَثَ الصّدّيْقُ يَشْكُرُهُ عَلَى مَا صَنَعَ، وَقَدْ قَالَ رَجُلٌ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ فِي مُرُوْرِهِمْ فِي الْبَحْرِ، وَهُوَ عَفِيْفُ بْنُ الْمُنْذِرِ:
* اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللهَ ذَلَّلَ بَحْرَهُ
* وَ اَنْزَلَ بِالْكُفَّارِ اِحْدَى الْجَلاَئِلِ
* دَعَوْنَا اِلىَ شِقّ الْبِحَارِ
* فَجَاءَنَا بِاَعْجَبَ مِنْ فَلَقِ الْبِحَارِ اْلاَوَائِلِ
Kemudian Al-'Alaa' mengirim surat kepada Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiiq memberitahukan kemenangan ini. Lalu Abu Bakar Ash-Shiddiiq mengirim utusan sebagai tanda terima kasihnya kepada Al-'Alaa' atas apa yang telah ia capai. Dan salah satu diantara pasukan muslimin, yaitu 'Afiif bin Mundzir membuat sya'ir yang artinya :
Tidakkah kamu lihat bagaimana Allah telah menaklukkan laut-Nya,
Dan menurunkan kepada orang-orang kafir hukuman-Nya,
Kami berdo'a kepada Tuhan yang pernah membelah lautan,
Maka Dia mendatangkan kepada kami keajaiban yang lebih hebat dari yang terdahulu. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 721]
Walloohu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar