Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
41. Perang Dumatul Jandal.
Ketika Abu Bakar memberangkatkan Khalid ke 'Iraq, beliau memerintahkan Khalid berjalan dari arah selatan 'Iraq. Sementara 'Iyadl bin Ghanmin diperintahkan berjalan dari arah utara 'Iraq, dan kelak keduanya sepakat untuk bertemu di Hiirah, maka siapa yang terlebih dahulu sampai di Hiirah, dia yang menjadi pemimpin. Tetapi ketika 'Iyadl sampai di Dumatul Jandal, ia melakukan pengepungan terhadap kota ini, namun ia tidak berhasil untuk menguasainya.
Ketika Al-Walid bin 'Uqbah datang menemui Abu Bakar sebagai utusan Khalid dengan membawa seperlima rampasan perang, Abu Bakar memerintahkan agar menyusul 'Iyadl bin Ghanmin untuk membantu pasukannya yang sedang mengepung Dumatul Jandal. Sesampainya di sana, ia mendapati 'Iyadl tengah berada di salah satu tempat di daerah 'Iraq sedang mengepung musuh, tetapi musuh berhasil membuat jalan keluar untuk balik mengepungnya. Kemudian 'Iyadl berkata kepada Al-Walid, "Sesungguhnya pemikiran yang baik, lebih baik dari pada tentara yang jumlahnya banyak. Bagaimana pendapatmu sebagai jalan keluar dari permasalahan ini ?". Maka Al-Walid berkata, "Tulislah surat kepada Khalid, mintalah agar ia membantumu dengan pasukannya".
Maka 'Iyadl segera menulis surat memohon bantuan kepada Khalid. Kemudian Khalid membalas surat 'Iyadl.
Dari Khalid, kepada 'Iyadl.
Aku akan segera menyusulmu,
akan segera datang pasukan unta yang membawa singa-singa ganas,
yang dengannya jiwa menjadi takut
pasukan yang diikuti dengan pasukan lainnya
Ibnu Katsir di dalam kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah menyebutkan sebagai berikut :
لَمَّا فَرَغَ خَالِدٌ مِنْ عَيْنِ التَّمْرِ قَصَدَ اِلَى دُوْمَةِ الْجَنْدَلِ وَ اسْتَخْلَفَ عَلَى عَيْنِ التَّمْرِ عُوَيْمِرَ بْنَ الْكَاهِنِ اْلاَسْلَمِيَّ. فَلَمَّا سَمِعَ اَهْلُ دُوْمَةِ الْجَنْدَلِ بِمَسِيْرِهِ اِلَيْهِمْ بَعَثُوْا اِلَى اَحْزَابِهِمْ مِنْ بَهْرَاءَ وَ تَنُوْخَ وَ كَلْبٍ وَ غَسَّانَ وَ الضَّجَاعِمِ. فَاَقْبَلُوْا اِلَيْهِمْ وَ عَلَى غَسَّانَ وَ تَنُوْخَ ابْنُ اْلاَيْهَمِ وَ عَلَى الضَّجَاعِمِ ابْنُ الْحَدْرَجَانِ. وَ جِمَاعُ النَّاسِ بِدُوْمَةٍ اِلَى رَجُلَيْنِ اُكَيْدِرِ بْنِ عَبْدِ الْمَلِكِ وَ الْجَوْدِيّ بْنِ رَبِيْعَةَ، فَاخْتَلَفَا، فَقَالَ اُكَيْدِرٌ: اَنَا اَعْلَمُ النَّاسِ بِخَالِدٍ لاَ اَحَدَ اَيْمَنِ طَائِرٍ مِنْهُ فِي حَرْبٍ وَلاَ اَحَدَ مِنْهُ وَلاَ يَرَى وَجْهَ خَالِدٍ قَوْمٌ اَبَدًا قَلُّوْا اَمْ كَثُرُوْا اِلاَّ اِنْهَزَمُوْا عَنْهُ، فَاَطِيْعُوْنِي وَ صَالِحُوا الْقَوْمَ. فَاَبَوْا عَلَيْهِ. فَقَالَ: لَنْ اُمَالِئَكُمْ عَلَى حَرْبِ خَالِدٍ. وَ فَارَقَهُمْ.
Setelah Khalid selesai menaklukkan 'Ainut Tamr, kemudian Khalid menuju ke Dumatul Jandal. Khalid menunjuk 'Uwaimir bin Al-Kahin Al-Aslamiy untuk memimpin wilayah 'Ainut Tamr. Ketika penduduk Dumatul Jandal mengetahui kedatangan pasukan Khalid, mereka segera mengirim surat minta bantuan kepada sekutu mereka, yaitu Bani Bahraa', Tanukh, Kalb, Ghassaan dan Adl-Dlajaa'im. Kemudian mereka berdatangan. Dari Ghassaan dan Tanukh dipimpin Ibnu Aiham, sedangkan dari Dlajaa'im dipimpin oleh Ibnul Hadrajaan. Kemudian seluruh pasukan di Dumatul Jandal berkumpul dibawah dua pimpinan, yaitu Ukaidir bin 'Abdul Malik dan Al-Jaudiy bin Rabi'ah. Namun keduanya berselisih, Ukaidir berkata, "Aku yang paling mengerti karakter Khalid, tidak ada orang yang lebih sigap dalam berperang dari dirinya, dan tidak ada yang lebih keras dalam berperang daripada dirinya, dan tidak satupun pasukan yang melihat wajah Khalid, baik jumlah mereka sedikit ataupun banyak, kecuali akan kalah. Oleh karena itu, ikutilah perkataanku. Lebih baik kita berdamai saja dengan mereka". Namun pasukannya menolak pendapatnya. Lalu dia berkata kepada mereka, "Aku tidak akan ikut kalian memerangi Khalid". Lalu dia pergi meninggalkan mereka.
فَبَعَثَ اِلَيْهِ خَالِدٌ عَاصِمَ بْنَ عَمْرٍو فَعَارَضَهُ فَاَخَذَهُ. فَلَمَّا اَتَى بِهِ خَالِدًا اَمَرَ فَضُرِبَتْ عُنُقُهُ وَ اُخِذَ مَا كَانَ مَعَهُ. ثُمَّ تَوَاجَهَ خَالِدٌ وَ اَهْلُ دُوْمَةِ الْجَنْدَلِ وَ عَلَيْهِمُ الْجَوْدِيُّ بْنُ رَبِيْعَةَ وَ كُلُّ قَبِيْلَةٍ مَعَ اَمِيْرِهَا مِنَ اْلاَعْرَابِ. وَ جَعَلَ خَالِدٌ دُوْمَةً بَيْنَهُ وَ بَيْنَ جَيْشِ عِيَاضِ بْنِ غَنْمٍ. وَ افْتَرَقَ جَيْشُ اْلاَعْرَابِ فِرْقَتَيْنِ، فِرْقَةٌ نَحْوَ خَالِدٍ وَ حَمَلَ خَالِدٌ عَلَى مَنْ قِبَلَهُ وَ حَمَلَ عِيَاضٌ عَلَى اُولئِكَ. فَاَسَرَ خَالِدٌ الْجَوْدِيَّ وَ اَسَرَ اْلاَقْرَعُ بْنُ حَابِسٍ وَدِيْعَةً. وَ فَرَّتِ اْلاَعْرَابُ اِلىَ الْحِصْنِ فَمَلَأُوْهُ وَ بَقِيَ مِنْهُمْ خَلْقٌ ضَاقَ عَلَيْهِمْ، فَعَطَفَتْ بَنُوْ تَمِيْمٍ عَلَى مَنْ هُوَ خَارِجُ الْحِصْنِ فَاَعْطَوْهُمْ مِيْرَةً فَنَجَا بَعْضُهُمْ.
Kemudian Khalid mengirim utusan kepadanya yang bernama 'Ashim bin 'Amr untuk menangkapnya. Ketika dibawa ke hadapan Khalid, Khalid memerintahkan agar membunuhnya, lalu dipenggal lehernya, lalu seluruh harta miliknya diambil. Kemudian Khalid dan pasukannya berhadapan dengan pasukan Dumatul Jandal yang dipimpin oleh Al-Jaudiy bin Rabi'ah. Setiap qabilah dipimpin oleh seorang pemimpin dari kalangan 'Arab. Kemudian Khalid membagi wilayah yang akan diserbu menjadi dua bagian, sebagian Dumatul Jandal akan ditanganinya dan sebagian yang lainnya akan ditangani oleh 'Iyadl bin Ghanmin, sehingga pasukan musuh terpecah menjadi dua bagian. Sebagian menghadapi pasukan Khalid, dan sebagian lagi menghadapi pasukan 'Iyadl. Masing-masing pasukan bergerak menyerbu pasukan musuh. Khalid berhasil menawan Al-Jaudiy, sedangkan Al-Aqra' bin Habis berhasil menawan Wadi'ah. Melihat peristiwa itu para pasukan musuh dari warga 'Arab berlarian memasuki benteng dan memenuhinya. Namun jumlah mereka yang begitu banyak tidak dapat tertampung dalam benteng tersebut. Melihat yang demikian itu, Bani Tamim merasa kasihan terhadap orang-orang yang berada di luar benteng, lalu berusaha menyelamatkan mereka dengan memberikan makanan hingga akhirnya sebagian dari mereka selamat.
وَ جَاءَ خَالِدٌ فَضَرَبَ اَعْنَاقَ مَنْ وَجَدَهُ خَارِجَ الْحِصْنِ وَ اَمَرَ بِضَرْبِ عُنُقِ الْجَوْدِيّ وَ مَنْ كَانَ مَعَهُ مِنَ اْلاُسَارَى اِلاَّ اُسَارَى بَنِيْ كَلْبٍ فَاِنَّ عَاصِمَ بْنَ عَمْرٍو وَ اْلاَقْرَعَ بْنَ حَابِسٍ وَ بَنِي تَمِيْمٍ اَجَارُوْهُمْ. فَقَالَ لَهُمْ خَالِدُ: مَالِي وَ مَالَكُمْ اَتَحْفَظُوْنَ اَمْرَ الْجَاهِلِيَّةِ وَ تُضَيّعُوْنَ اَمْرَ اْلاِسْلاَمِ؟ فَقَالَ لَهُ عَاصِمُ بْنُ عَمْرٍو: اَتَحْسُدُوْنَهُمُ الْعَافِيَةَ وَ تُحَوّذُوْنَهُمُ الشَّيْطَانَ.
Kemudian Khalid datang, ia membunuh pasukan musuh yang berada di luar benteng. Setelah itu ia memerintahkan agar membunuh Al-Jaudiy dan orang-orang yang ditawan bersamanya, kecuali tawanan dari Bani Kalb karena telah diberikan jaminan keamanan oleh 'Ashim bin 'Amr, Aqra' bin Habis dan Bani Tamim. Kemudian Khalid bertanya kepada mereka, "Kenapa kalian berbuat begini ? Apakah kalian masih berpegang teguh dengan ikatan jahiliyyah dan meninggalkan ikatan Islam ?". Namun 'Ashim bin 'Amr menjawab, "Apakah kamu cemburu kepada keselamatan mereka dan menyerahkan mereka menjadi mangsa syaithan ?".
ثُمَّ اَطَافَ خَالِدٌ بِالْبَابِ فَلَمْ يَزَلْ عَنْهُ حَتَّى اِقْتَلَعَهُ. وَ اقْتَحَمُوا الْحِصْنَ فَقَتَلُوْا مَنْ فِيْهِ مِنَ الْمُقَاتِلَةِ وَسَبَّوْا الذَّرَارِيَ. فَبَايَعُوْهُمْ بَيْنَهُمْ فِيْمَنْ يَزِيْدَ وَ اشْتَرَى خَالِدٌ يَوْمَئِذٍ ابْنَةَ الْجَوْدِيّ وَ كَانَتْ مَوْصُوْفَةً بِالْجَمَالِ. وَ اَقَامَ بِدُوْمَةِ الْجَنْدَلِ وَرَدَّ اْلاَقْرَعَ اِلَى اْلاَنْبَارِ ثُمَّ رَجَعَ خَالِدٌ اِلَى الْحِيْرَةِ، فَتَلَقَّاهُ اَهْلَهَا مِنْ اَهْلِ اْلاَرْضِ بِالتّقْلِيْسِ، فَسَمِعَ رَجُلاً مِنْهُمْ يَقُوْلُ لِصَاحِبِهِ مَرَّ بِنَا فَهذَا يَوْمٌ فَرِحَ الشَّرُّ. البداية و النهاية 6: 745
Kemudian Khalid berjalan mendekati pintu benteng dan berusaha untuk merobohkannya, dan akhirnya pintu tersebut pun roboh. Mulailah pasukan menyerbu benteng dan membunuh pasukan musuh yang berada di dalamnya, dan menawan para wanita dan anak-anak. Kemudian pasukan tersebut memperjual-belikan tawanan diantara sesama mereka. Pada waktu itu Khalid membeli putri Al-Jaudiy yang terkenal sangat cantik.
Setelah penaklukan Dumatul Jandal, Khalid tinggal sejenak di tempat tersebut, dan memerintahkan Aqra' untuk kembali ke Al-Anbar. Kemudian Khalid kembali ke Hiirah dan ia disambut oleh penduduknya dengan memukul rebana. Khalid mendengar salah seorang dari mereka berkata kepada kawannya, "Singgahilah kami, hari ini adalah hari gembira yang diliputi bencana". [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 745]
42. Perang Al-Hushaid
Tentang peperangan Al-Hushaid, Ibnu Katsir dalam kitabnya Al-Bidaayah wan Nihaayah menyebutkan sebagai berikut :
قَالَ سَيْفٌ عَنْ مُحَمَّدٍ وَ طَلْحَةَ وَ الْمُهَلَّبِ قَالُوْا: وَ كَانَ خَالِدٌ اَقَامَ بِدُوْمَةِ الْجَنْدَلِ فَظَنَّ اْلاَعَاجِمُ بِهِ وَ كَاتَبُوْا عَرَبَ الْجَزِيْرَةِ فَاجْتَمَعُوْا لِحَرْبِهِ وَ قَصَدُوا اْلاَنْبَارَ يُرِيْدُوْنَ انْتِزَاعَهَا مِنَ الزَّبْرَقَانِ وَ هُوَ نَائِبُ خَالِدٍ عَلَيْهَا. فَلَمَّا بَلَغَ ذلِكَ الزَّبْرَقَانَ كَتَبَ اِلىَ الْقَعْقَاعِ بْنِ عَمْرٍو نَائِبِ خَالِدٍ عَلَى الْحِيْرَةِ. فَبَعَثَ الْقَعْقَاعُ اَعْبَدَ ابْنَ فَدَكِي السَّعْدِيَّ وَ اَمَرَهُ بِالْحُصَيْدِ وَ بَعَثَ عُرْوَةَ بْنَ اَبِي الْجَعْدِ اَلْبَارِقِيَّ وَ اَمَرَهُ بِالْخَنَافِسِ
Ketika Khalid bermukim di Dumatul Jandal, orang-orang 'Ajam mengira bahwa Khalid akan bermukim lama di sana. Kemudian mereka menulis surat kepada warga 'Arab Jazirah untuk bersama-sama memeranginya. Dan mereka berjalan menuju Anbar dengan maksud merebutnya dari tangan Az-Zabraqan, wakil Khalid di sana. Ketika Az-Zabraqan mendengar berita itu, ia menulis surat kepada Al-Qa'qaa' bin 'Amr (wakil Khalid di Hiirah), lalu Al-Qa'qaa' segera memerintahkan A'bad bin Fadaki As-Sa'diy untuk berangkat menuju Hushaid, dan mengirim 'Urwah bin Abul Ja'diy Al-Bariqiy menuju Al-Khanaafis.
وَ رَجَعَ خَالِدٌ مِنْ دُوْمَةٍ اِلَى الْحِيْرَةِ وَ هُوَ عَازِمٌ عَلَى مُصَادَمَةِ اَهْلِ الْمَدَائِنِ مَحَلَّةِ كِسْرَى لَكِنَّهُ يَكْرَهُ اَنْ يَفْعَلَ ذلِكَ بِغَيْرِ اِذْنِ اَبِي بَكْرِ الصّدّيْقِ وَ شَغَلَهُ مَا قَدِ اجْتَمَعَ مِنْ جُيُوْشِ اْلاَعَاجِمِ مَعَ نَصَارَى اْلاَعْرَابِ يُرِيْدُوْنَ حَرْبَهُ، فَبَعَثَ الْقَعْقَاعَ بْنَ عَمْرٍو اَمِيْرًا عَلَى النَّاسِ فَالْتَقَوْا بِمَكَانٍ يُقَالُ لَهُ الْحُصَيْدُ
Setelah Khalid kembali dari Dumatul Jandal dan tiba di Hiirah dan ia berkeinginan keras untuk menaklukkan Madaain, tempat bermukim raja Kisra, namun ia merasa segan melakukan hal itu tanpa ijin Abu Bakar Ash-Shiddiiq terlebih dahulu. Dan ia juga disibukkan menghadapi pasukan 'Ajam yang telah bersekutu dengan pasukan Nashrani 'Arab yang ingin memerangi dirinya. Maka Khalid mengutus Al-Qa'qaa' bin 'Amr sebagai pimpinan pasukan. Kemudian mereka berhadapan dengan pasukan musuh di suatu tempat yang benama Al-Hushaid.
وَ عَلَى الْعَجَمِ رَجُلٌ مِنْهُمْ يُقَالُ لَهُ رُوزْبَهْ وَ اَمَدَّهُ اَمِيْرٌ آخَرُ يُقَالُ لَهُ زَرْمَهِرُ فَاقْتَتَلُوْا قِتَالاً شَدِيْدًا وَ هُزِمَ الْمُشْرِكُوْن فَقَتَلَ مِنْهُمُ الْمُسْلِمُوْنَ خَلْقًا كَثِيْرًا وَ قَتَلَ الْقَعْقَاعُ بِيَدِهِ زَرْمَهِرَ وَ قَتَلَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ عِصْمَةُ بْنُ عَبْدِ اللهِ الضَّبّيُّ رُوزْبَهْ وَ غَنِمَ الْمُسْلِمُوْنَ شَيْئًا كَثِيْرًا وَ هَرَبَ مَنْ هَرَبَ مِنَ الْعَجَمِ فَلَجَأُوْا اِلىَ مَكَانٍ يُقَالُ لَهُ خَنَافِسُ. فَسَارَ اِلَيْهِمْ اَبُوْ لَيْلَى بْنُ فَدَكِي السَّعْدِيُّ. فَلَمَّا اَحَسُّوْا بِذلِكَ سَارُوْا اِلىَ الْمُضَيَّحِ. البداية و النهاية 6: 746
Pasukan 'Ajam dipimpin oleh Ruzbah, yang dibantu panglima lain bernama Zarmahir. Maka terjadilah pertempuran yang dahsyat. Dan akhirnya orang-orang musyrik berhasil dikalahkan. Waktu itu tentara Islam berhasil membunuh pasukan musuh dalam jumlah besar, dan ada Al-Qa'qaa' berhasil membunuh Zarmahir dengan tangannya sendiri. Dan seseorang yang bernama 'Ishmah bin 'Abdullah Ad-Dlabbiy berhasil membunuh Ruzbah.
Kaum muslimin berhasil mendapatkan harta rampasan perang yang banyak. Sebagian dari tentara 'Ajam berhasil melarikan diri ke suatu tempat yang bernama Khanaafis. Kemudian Abu Laila bin Fadaki As-Sa'diy berangkat mengejar mereka. Setelah musuh mengetahui yang demikian itu akhirnya mereka melarikan diri menuju Al-Mudloyyah. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 746]
43. Perang Mudloyyah.
Ibnu Katsir menyebutkan di dalam Kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah sebagai berikut :
فَلَمَّا اسْتَقَرُّوْا بِهَا بِمَنْ مَعَهُمْ مِنَ اْلاَعَاجِمِ وَ اْلاَعَارِبِ قَصَدَهُمْ خَالِدُ بْنُ الْوَلِيْدِ بِمَنْ مَعَهُ مِنَ الْجُنُوْدِ، وَ قَسَمَ الْجَيْشَ ثَلاَثَ فِرَقٍ، وَ اَغَارَ عَلَيْهِمْ لَيْلاً وَ هُمْ نَائِمُوْنَ فَاَنَامَهُمْ وَلَمْ يَفْلِتْ مِنْهُمْ اِلاَّ الْيَسِيْرُ فَمَا شُبّهُوْا اِلاَّ بِغَنَمٍ مُصَرَّعَةٍ. البداية و النهاية 6: 746
Setelah pasukan musuh yang terdiri dari orang-orang 'Ajam dan orang-orang 'Arab berkumpul (di Mudloyyah), lalu Khalid segera berangkat mengejar mereka dengan membawa pasukannya. Ia membagi tentaranya menjadi tiga bagian. Pada malam hari secara tiba-tiba pasukan Khalid menyerang tentara musuh yang sedang tidur. Khalid benar-benar membuat mereka tidur selamanya. Dan tidak ada yang selamat kecuali sedikit sekali, mereka tidak ubahnya seperti kambing-kambing yang disembelih. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 746]
وَقَدْ رَوَى ابْنُ جَرِيْرٍ عَنْ عَدِيّ بْنِ حَاتِمٍ قَالَ: اِنْتَهَيْنَا فِي هذِهِ الْغَارَةِ اِلىَ رَجُلٍ يُقَالُ لَهُ حَرْقُوْصُ بْنُ النُّعْمَانِ النَّمِرِيُّ وَ حَوْلَهُ بَنُوْهُ وَ بَنَاتُهُ وَ امْرَأَتُهُ، وَقَدْ وُضِعَ لَهُمْ جَفْنَةٌ مِنْ خَمْرٍ وَهُمْ يَقُوْلُوْنَ: اَحَدٌ يَشْرَبُ هذِهِ السَّاعَةَ وَ هذِهِ جُيُوْشُ خَالِدٍ قَدْ اَقْبَلَتْ. فَقَالَ لَهُمْ: اِشْرَبُوْا شُرْبَ وِدَاعٍ فَمَا اَرَى اَنْ تَشْرَبُوْا خَمْرًا بَعْدَهَا، فَشَرِبُوْا. وَ جَعَلَ يَقُوْلُ اَلاَ يَا اَسْقِيَانِي قَبْلَ نَائِرَةِ الْفَجْرِ، لَعَلَّ مَنَايَانَا قَرِيْبٌ وَلاَ نَدْرِي. قَالَ: فَهَجَمَ النَّاسُ عَلَيْهَ فَضُرِبَ رَجُلٌ رَأْسُهُ فَاِذَا هُوَ فِي جَفْنَتِهِ وَ اَخَذَتْ بَنُوْهُ وَ بَنَاتُهُ وَ امْرَأَتُهُ. البداية و النهاية 6: 746
Ibnu Jarir meriwayatkan dari 'Adiy bin Haatim, ia berkata, "Dalam penyerbuan ini kami mendapati seorang laki-laki yang bernama Harqush bin Nu'man An-Namiriy, ia sedang dikelilingi oleh para putra-putrinya dan juga istrinya. Dan disuguhkan di tengah-tengah mereka satu panci berisi khomr. Mereka berkata, "Seseorang minum pada saat ini, dan tentara Khalid telah datang". Lalu orang laki-laki itu berkata kepada mereka, "Minumlah kalian sebagai minum perpisahan, dan aku tidak akan melihat kalian minum khomr sesudah itu", lalu mereka meminumnya. Lalu seorang laki-laki berkata, "Wahai saudaraku, berilah minum aku sebelum fajar menyingsing, barangkali kematian kita telah dekat, sedang kita tidak mengetahui". Kemudian tentara Khalid menyerbu, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang dipenggal kepalanya masuk ke panci tersebut, lalu diambil oleh putra-putrinya dan istrinya. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 746]
وَقَدْ قُتِلَ فِي هذِهِ الْمَعْرَكَةِ رَجُلاَنِ كَانَا قَدْ اَسْلَمَا وَ مَعَهُمَا كِتَابٌ مِنَ الصّدّيْقِ بِاْلاَمَانِ وَلَمْ يَعْلَمْ بِذلِكَ الْمُسْلِمُوْنَ، وَ هُمَا عَبْدُ الْعُزَّى بْنُ اَبِي رُهْمِ بْنِ قَرَاوِشَ قَتَلَهُ جَرِيْرُ بْنُ عَبْدِ اللهِ الْبَجَلِيُّ، وَ اْلآخَرُ لَبِيْدُ بْنُ جَرِيْرٍ قَتَلَهُ بَعْضُ الْمُسْلِمِيْنَ. فَلَمَّا بَلَغَ خَبَرُهُمَا الصّدّيْقَ وَدَاهُمَا وَ بَعَثَ بِالْوُصَاةِ بِاَوْلاَدِهِمَا. وَ تَكَلَّمَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ فِي خَالِدٍ بِسَبَبِهِمَا كَمَا تَكَلَّمَ فِيْهِ بِسَبَبِ مَالِكِ بْنِ نُوَيْرَةَ، فَقَالَ لَهُ الصّدّيْقُ: كَذلِكَ يُلْقَي مَنْ يُسَاكِنُ اَهْلَ الْحَرْبِ فِي دِيَارِهِمْ. البداية و النهاية 6: 746
Pada pertempuran itu ada dua orang laki-laki yang telah masuk Islam dan telah mendapat jaminan keamanan oleh Abu Bakar Ash-shiddiq, tetapi tidak diketahui oleh pasukan muslimin. Mereka adalah 'Abdul 'Uzza bin Abi Ruhmin Qoroowisy yang dibunuh oleh Jarir bin 'Abdullah Al-Bajaliy. Dan yang seorang lagi bernama Labiid bin Jarir, yang dibunuh oleh sebagian pasukan muslimin. Setelah berita terbunuhnya dua orang tersebut sampai kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq, lalu Abu Bakar Ash-Shiddiq membayar diyat mereka, dan beliau mengirim utusan untuk menyampaikan pesan kepada anak-anak mereka. Dengan sebab terbunuhnya dua orang tersebut, maka 'Umar bin Khaththab menegur Khalid sebagaimana dulu 'Umar pernah menegur dengan keras kepada Khalid karena terbunuhnya Malik bin Nuwairah. Kemudian Abu Bakar Ash-Shiddiq berkata kepada 'Umar, "Begitulah terjadi pada orang yang di negeri musuh yang sedang diperangi". [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 746]
44. Peperangan Ats-Tsaniy dan Az-Zumail
Ibnu Katsir menyebutkan dalam kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah sebagai berikut :
ثُمَّ كَانَتْ وَقْعَةُ الثَّنِى وَ الزُّمَيْلِ وَقَدْ بَيَّتُوْهُمْ فَقَتَلُوْا مَنْ كَانَ هُنَالِكَ مِنَ اْلاَعْرَابِ وَ اْلاَعَاجِمِ، فَلَمْ يَفْلِتْ مِنْهُمْ اَحَدٌ وَلاَ انْبَعَثَ بِخَبَرٍ. ثُمَّ بَعَثَ خَالِدٌ بِالْخُمُسِ مِنَ اْلاَمْوَالِ وَ السَّبْيِ اِلىَ الصّدّيْقِ. وَقَدْ اِشْتَرَى عَلِيُّ بْنُ اَبِي طَالِبٍ مِنْ هذَا السَّبْيِ جَارِيَةً مِنَ الْعَرَبِ وَ هِيَ ابْنَةُ رَبِيْعَةَ بْنِ بُجَيْرٍ التَّغْلِبِيّ، فَاسْتَوْلَدَهَا عُمَرَ وَ رُقَيَّةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ اَجْمَعِيْنَ. البداية و النهاية 6: 747
Kemudian terjadi peperangan Ats-Tsaniy dan Az-Zumail. Kaum muslimin menyerang mereka di waktu malam. Akhirnya berhasil membunuh orang-orang 'Arab dan orang-orang 'Ajam yang berada di sana. Tidak seorangpun yang bisa meloloskan diri dan tidak bisa minta bantuan. Setelah peperangan selesai, Khalid lalu mengirimkan seperlima dari hasil rampasan perang dan para tawanan wanita dan anak-anak kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq. Pada waktu itu 'Ali bin Abu Thalib membeli tawanan seorang wanita dari kalangan 'Arab, yaitu putri Rabi'ah bin Bujair At-Taghlibiy, yang dari wanita ini nantinya terlahir putra-putri beliau yang bernama 'Umar dan Ruqoyyah, semoga Allah meridlai mereka semuanya. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 747]
45. peperangan Al-Firaadl
Ibnu Katsir menyebutkan dalam kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah sebagai berikut :
ثُمَّ سَارَ خَالِدٌ بِمَنْ مَعَهُ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ اِلىَ وَقْعَةِ الْفِرَاضِ وَ هِيَ تَخُوْمُ الشَّامَ وَ الْعِرَاقَ وَ الْجَزِيْرَةَ. فَاَقَامَ هُنَالِكَ شَهْرَ رَمَضَانَ مُفْطِرًا لِشُغْلِهِ بِاْلاَعْدَاءِ. وَلَمَّا بَلَغَ الرُّوْمَ اَمْرُ خَالِدٍ وَ مُضِيْرُهُ اِلىَ قُرْبِ بِلاَدِهِمْ حَمَوْا وَ غَضَبُوْا وَ جَمَعُوْا جُمُوْعًا كَثِيْرَةً، وَاسْتَمَدُّوْا تَغْلِبَ وَ اِيَادَ وَ النَّمِرَ، ثُمَّ نَاهَدُوْا خَالِدًا. فَحَالَتِ الْفُرَاتُ بَيْنَهُمْ. فَقَالَتِ الرُّوْمُ لِخَالِدٍ: اُعْبُرْ اِلَيْنَا. وَ قَالَ خَالِدٌ لِلرُّوْمِ: بَلِ اعْبُرُوْا اَنْتُمْ. فَعَبَرَتِ الرُّوْمُ اِلَيْهِمْ. وَ ذلِكَ لِلنّصْفِ مِنْ ذِي الْقَعْدَةِ سَنَةَ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ، فَاقْتَتَلُوْا هُنَالِكَ قِتَالاً عَظِيْمًا بَلِيْغًا. ثُمَّ هَزَمَ اللهُ جُمُوْعَ الرُّوْمِ وَ تَمَكَّنَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ اِقْتِفَائِهِمْ، فَقُتِلَ فِي هذِهِ الْمَعْرَكَةِ مِائَةُ اَلْفٍ.
Kemudian Khalid berjalan beserta pasukannya menuju Al-Firaadl, yaitu daerah yang berbatasan dengan negeri Syam, 'Iraq dan Jazirah. Di sana beliau bermukim selama bulan Ramadlan dalam keadaan berbuka (tidak berpuasa) karena kesibukannya memerangi musuh.
Setelah berita kedatangan Khalid sampai ke kerajaan Romawi dan pasukan Islam telah mendekati daerah kekuasaannya, mereka geram dan marah. Dan langsung mengumpulkan pasukan dalam jumlah besar. Mereka juga minta bantuan kepada qabilah Taghlib, Iyaad, dan Namir. Kemudian mereka segera menyongsong Khalid. Namun kedua pasukan ini dipisahkan oleh sungai Eufrat. Pasukan Romawi berkata kepada Khalid, "Menyeberanglah kemari". Namun Khalid menjawab, "Kalianlah yang seharusnya menyeberang kemari !". Akhirnya tentara Romawi menyeberangi sungai dan menyerang kaum muslimin. Peristiwa itu terjadi pada pertengahan bulan Dzulqa'dah tahun 12 H. Maka terjadilah peperangan yang amat dahsyat antara kedua pasukan tersebut. Kemudian Allah mengalahkan tentara Romawi tersebut, dan kaum muslimin berhasil mendapat kemenangan dan menguasai mereka. Dalam peperangan ini yang terbunuh sebanyak 100.000 jiwa.
وَ اَقَامَ خَالِدٌ بَعْدَ ذلِكَ بِالْفِرَاضِ عَشْرَةَ اَيَّامٍ، ثُمَّ اَذِنَ بِالْقُفُوْلِ اِلىَ الْحِيْرَةِ لِخَمْسٍ بَقِيْنَ مِنْ ذِي الْقَعْدَةِ، وَ اَمَرَ عَاصِمَ بْنَ عَمْرٍو اَنْ يَسِيْرَ فِي الْمُقَدَّمَةِ وَ اَمَرَ شَجَرَةَ بْنَ اْلاَعَزّ اَنْ يَسِيْرَ فِي السَّاقَةِ، وَ اَظْهَرَ خَالِدٌ اَنَّهُ يَسِيْرُ فِي السَّاقَةِ. البداية و النهاية 6: 747
Setelah itu Khalid tinggal di Al-Firaadl selama sepuluh hari, kemudian beliau menginstruksikan kepada pasukannya untuk kembali ke Hiirah lima hari sebelum berakhirnya bulan Dzulqo'dah. Kemudian ia memerintahkan 'Aashim bin 'Amr agar berangkat terlebih dahulu sebagai rombongan depan, dan Khalid memerintahkan Syajarah bin Al-A'azzi agar berjalan di rombongan belakang, dan Khalid memperlihatkan seolah-olah ia berjalan di rombongan belakang. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 747]
46. Keberangkatan Khalid ke Makkah untuk ibadah Hajji pada tahun 12 H
وَ سَارَ خَالِدٌ فِي عِدَّةٍ مِنْ اَصْحَابِهِ وَ قَصَدَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَسَارَ اِلىَ مَكَّةَ فِي طَرِيْقٍ لَمْ يَسْلُكْ قَبْلَهُ قَطُّ، وَ يَأْتِي لَهُ فِي ذلِكَ اَمْرٌ لَمْ يَقَعْ لِغَيْرِهِ، فَجَعَلَ يَسِيْرُ مُتَعَسّفًا عَلَى غَيْرِ جَادَّةٍ حَتَّى انْتَهَى اِلىَ مَكَّةَ فَاَدْرَكَ الْحَجَّ فِي هذِهِ السَّنَةِ.
Kemudian Khalid dengan beberapa shahabatnya berangkat menuju Masjidil Haraam, beliau berjalan ke Makkah melalui jalan yang belum pernah ditempuh sebelumnya, jadi beliau berhasil melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh orang lain sebelumnya. Khalid berjalan santai tanpa rintangan hingga sampai ke kota Makkah, dan melaksanakan hajji tahun ini.
ثُمَّ عَادَ فاَدْرَكَ اَمْرَ السَّاقَةِ قَبْلَ اَنْ يَصِلُوْا اِلَى الْحِيْرَةِ. وَ لَمْ يَعْلَمْ اَحَدٌ بِحَجّ خَالِدٍ هذِهِ السَّنَةِ اِلاَّ الْقَلِيْلُ مِنَ النَّاسِ مِمَّنْ كَانَ مَعَهُ، وَلَمْ يَعْلَمْ اَبُوْ بَكْرٍ الصّدّيْقُ بِذلِكَ اَيْضًا اِلاَّ بَعْدَمَا رَجَعَ اَهْلُ الْحَجّ مِنَ الْمَوْسِمِ. فَبَعَثَ يَعْتُبُ عَلَيْهِ فِي مُفَارَقَتِهِ الْجَيْشَ. وَ كَانَتْ عُقُوْبَتُهُ عِنْدَهُ اَنْ صَرَفَهُ مِنْ غَزْوِ الْعِرَاقِ اِلىَ غَزْوِ الشَّامِ، وَ قَالَ لَهُ فِيْمَا كَتَبَ اِلَيْهِ يَقُوْلُ لَهُ:
وَ اِنَّ الْجُمُوْعَ لَمْ تَشْجُ بِعَوْنِ اللهِ شَجْيَكَ فَلَنُهَنّئَكَ اَبَا سُلَيْمَانَ النّيَّةَ وَ الْحَظْوَةَ، فَاَتْمِمْ يُتْمِمِ اللهُ لَكَ وَلاَ يَدْخُلَنَّكَ عَجَبٌ فَتَخْسُرُ وَ تَخْذُلُ، وَ اِيَّاكَ اَنْ تَدُلَّ بِعَمَلٍ فَاِنَّ اللهَ لَهُ الْمَنُّ وَ هُوَ وَلِيُّ الْجَزَاءِ. البداية و النهاية 6: 747
Setelah selesai (menunaikan ibadah hajji), kemudian Khalid kembali ke tengah-tengah pasukan yang sedang menuju Hiirah. Dan tidak ada yang tahu mengenai hajjinya Khalid pada tahun ini kecuali beberapa orang saja yang berangkat bersamanya. Abu Bakar Ash-Shiddiq sendiri juga tidak tahu yang demikian itu, kecuali setelah orang-orang yang mengerjakan hajji pada musim itu pulang ke Madinah. Kemudian Abu Bakar mengirimkan surat kecaman kepadanya karena telah meninggalkan pasukan. Dan sebagai hukumannya, Khalid ditarik dari medan peperangan di 'Iraq, kemudian ditempatkan di negeri Syam. Abu Bakar menulis dalam suratnya :
Sesungguhnya dengan pertolongan Allah pasukanmu tidak merasa sedih atas kepergianmu, maka kami ucapkan selamat atas niatmu dan langkahmu wahai Abu sulaiman. Maka sempurnakanlah perjalananmu, niscaya Allah pun akan menyempurnakannya. Dan jangan sekali-kali kamu merasa bangga dan kagum pada dirimu yang menyebabkan engkau rugi dan terhina. Dan janganlah kamu merasa bangga dengan menunjukkan hasil perbuatanmu, karena sesungguhnya Allah lah yang telah memberikan ni'mat dan kemudahan kepadamu. Dan Dia lah Tuhan yang Maha Memberi balasan. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 747]
Beberapa peristiwa yang terjadi pada tahun 12 H
1. Pengumpulan Al-Qur'an.
Pada tahun tersebut Abu Bakar Ash-Shiddiq memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an yang tertulis di lempengan-lempengan batu, pelepah-pelepah kurma, dan yang dihafal oleh para shahabat. Yang demikian itu setelah terjadi perang Yamamah yang sangat dahsyat, yang banyak menelan korban jiwa.
Ketika Nabi SAW wafat, Al-Qur'an sudah lengkap dan tersusun sebagaimana sekarang ini dan dihafal oleh para shahabat, namun belum terkumpul dalam satu mushhaf, baru pada zaman Khalifah Abu Bakar itulah Al-Qur'an dikumpulkan menjadi satu mushhaf.
Terjadinya pengumpulan Al-Qur'an itu berawal dari usul (pemikiran) 'Umar bin Khaththab yang terus-menerus mengusulkan kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq supaya Al-Qur'an dihimpun menjadi satu nuskhoh.
Usul 'Umar ini pada mulanya ditolak oleh Abu Bakar dengan alasan karena tidak dilakukan oleh Rasulullah SAW, tetapi 'Umar terus mendesak, sehingga akhirnya Abu Bakar memanggil Zaid bin Tsabit, salah seorang penulis wahyu di zaman Nabi SAW. Abu Bakar lalu menyampaikan pemikiran beliau kepadanya. Setelah Zaid bin Tsabit mendengarkan apa yang disampaikan oleh Abu Bakar, pada mulanya Zaid bin Tsabit menolak pemikiran itu dengan alasan yang sama seperti yang dikemukakan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq ketika menolak usulnya 'Umar bin Khaththab. Namun akhirnya Zaid bin Tsabit bisa menerima pemikiran beliau.
Kemudian mulailah Abu Bakar mengumpulkan para shahabat yang betul-betul hafal Al-Qur'an dan juga shahabat-shahabat yang telah menulisnya menurut imla' dari Nabi SAW.
Beliau meminta kepada sidang supaya berunding untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an tersebut. Maka dengan senang hati dan patuh para shahabat bekerja bersama-sama menyatukan pendapat antara orang-orang yang menghafal Al-Qur'an dengan orang-orang yang menulisnya.
Ketika pekerjaan mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an itu sampai kepada firman Allah surat At-Taubah : 128-129, ternyata ayat tersebut ketika diperiksa dari tulisan-tulisan yang terkumpul tidak ada, padahal dalam hafalan-hafalan ayat tersebut ada. Kejadian tersebut cukup menyibukkan para shahabat dalam sidang penulisan itu. Kemudian para shahabat menyelidiki lebih lanjut, dan akhirnya ditemukan juga tulisan ayat tersebut ada pada seorang shahabat yang bernama Abu Huzaimah bin Aus Al-Anshariy. Begitu pula tentang ayat 23 surat Al-Ahzaab yang berbunyi :
مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ رِجَالٌ صَدَقُوْا مَا عَاهَدُوا اللهَ عَلَيْهِ، فَمِنْهُمْ مَّنْ قَضى نَحْبَه، وَ مِنْهُمْ مَّنْ يَّنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوْا تَبْدِيْلاً. الاحزاب: 23
Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya), [QS. Al-Ahzaab : 23]
Ayat Al-Qur'an tersebut mereka dapati tulisannya pada Khuzaimah bin Tsabit.
Demikianlah para shahabat bekerja dengan teliti dan cermat dalam menulis dan mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an sampai selesai di bawah pengawasan Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Tentang pengumpulan Al-Qur'an ini Bukhari meriwayatkan sebagai berikut :
عَنْ عُبَيْدِ بْنِ السَّبَّاقِ اَنَّ زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ رض قَالَ: اَرْسَلَ اِلَيَّ اَبُو بَكْرٍ مَقْتَلَ اَهْلِ الْيَمَامَةِ، فَاِذَا عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ عِنْدَهُ. قَالَ أَبُو بَكْرٍ رض: اِنَّ عُمَرَ اَتَانِي فَقَالَ: اِنَّ الْقَتْلَ قَدِ اسْتَحَرَّ يَوْمَ الْيَمَامَةِ بِقُرَّاءِ الْقُرْآنِ، وَ اِنّي اَخْشَى اَنْ يَسْتَحِرَّ الْقَتْلُ بِالْقُرَّاءِ بِالْمَوَاطِنِ فَيَذْهَبَ كَثِيْرٌ مِنَ الْقُرْآنِ، وَ اِنّي اَرَى اَنْ تَأْمُرَ بِجَمْعِ الْقُرْآنِ. قُلْتُ لِعُمَرَ: كَيْفَ تَفْعَلُ شَيْئًا لَمْ يَفْعَلْهُ رَسُوْلُ اللهِ ص؟ قَالَ عُمَرُ: هذَا وَ اللهِ خَيْرٌ. فَلَمْ يَزَلْ عُمَرُ يُرَاجِعُنِي حَتَّى شَرَحَ للهُ صَدْرِي لِذلِكَ وَ رَأَيْتُ فِي ذلِكَ الَّذِيْ رَأَى عُمَرُ.
Dari 'Ubaid bin As-Sabbaaq bahwasanya Zaid bin Tsabit RA berkata : Abu Bakar mengutus seseorang kepadaku setelah perang Yamamah. Dan (setelah saya datang kepada beliau) ternyata 'Umar bin Khaththab berada di sisinya. Abu Bakar RA berkata, "Sesungguhnya 'Umar datang kepadaku dan berkata, "Sesungguhnya perang Yamamah sangat berat, yang menyebabkan gugurnya para penghafal Al-Qur'an, dan sungguh aku khawatir peperangan di berbagai tempat akan menyebabkan gugurnya para penghafal Al-Qur'an, sehingga dengan demikian banyak dari ayat-ayat Al-Qur'an juga akan hilang. Maka aku berpendapat, sebaiknya engkau segera memerintahkan untuk mengumpulkan Al-Qur'an".
Aku berkata kepada 'Umar, "Bagaimana kamu akan melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW ?". 'Umar menjawab, "Demi Allah, ini adalah ide yang baik". 'Umar terus-menerus membujukku hingga Allah melapangkan dadaku untuk hal itu, dan akhirnya aku sependapat dengan 'Umar".
قَالَ زَيْدٌ: قَالَ أَبُو بَكْرٍ: اِنَّكَ رَجُلٌ شَابٌّ عَاقِلٌ، لاَ نَتَّهِمُكَ وَقَدْ كُنْتَ تَكْتُبُ الْوَحْيَ لِرَسُوْلِ اللهِ ص. فَتَتَبَّعِ الْقُرْآنَ فَاجْمَعْهُ. فَوَاللهِ لَوْ كَلَّفُوْنِيْ نَقْلَ جَبَلٍ مِنَ الْجِبَالِ مَا كَانَ اَثْقَلَ عَلَيَّ مِمَّا اَمَرَنِيْ مِنْ جَمْعِ الْقُرْآنِ. قُلْتُ: كَيْفَ تَفْعَلُوْنَ شَيْئًا لَمْ يَفْعَلْهُ رَسُوْلُ اللهِ ص؟ قَالَ: هُوَ وَ اللهِ خَيْرٌ.
Zaid bin Tsabit berkata : Abu Bakar berkata (kepadaku), "Sesungguhnya kamu adalah seorang pemuda yang cerdas, kami sama sekali tidak meragukanmu. Dan dahulu kamulah yang menulis wahyu untuk Rasulullah SAW. Karena itu, carilah (tulisan-tulisan) ayat-ayat Al-Qur'an dan kumpulkanlah". Zaid berkata, "Demi Allah, seandainya mereka memerintahkanku untuk memindahkan sebuah gunung diantara gunung-gunung itu, niscaya hal itu tidaklah lebih berat bagiku daripada mengerjakan apa yang beliau perintahkan kepadaku untuk mengumpulkan Al-Qur'an". Aku berkata, "Bagaimana kalian melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW ?". Abu Bakar menjawab, "Demi Allah, hal itu sangat baik".
فَلَمْ يَزَلْ اَبُو بَكْرٍ يُرَاجِعُنِي حَتَّى شَرَحَ اللهُ صَدْرِيْ لِلَّذِي شَرَحَ لَهُ صَدْرَ اَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ رض. فَتَتَبَّعْتُ الْقُرْآنَ اَجْمَعُهُ مِنَ الْعُسُبِ وَ اللّخَافِ وَ صُدُوْرِ الرّجَالِ حَتَّى وَجَدْتُ آخِرَ سُورَةِ التَّوْبَةِ مَعَ اَبِي خُزَيْمَةَ اْلاَنْصَارِيّ، لَمْ اَجِدْهَا مَعَ اَحَدٍ غَيْرِهِ: لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُوْلٌ مّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ.... حَتَّى خَاتِمَةِ بَرَاءَةَ. فَكَانَتِ الصُّحُفُ عِنْدَ اَبِي بَكْرٍ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللهُ، ثُمَّ عِنْدَ عُمَرَ حَيَاتَهُ، ثُمَّ عِنْدَ حَفْصَةَ بِنْتِ عُمَرَ رض. البخارى 6: 98
Abu Bakar terus-menerus membujukku, hingga Allah pun melapangkan dadaku, sebagaimana melapangkan dada Abu Bakar dan 'Umar RA, lalu aku pun mulai mencari tulisan-tulisan ayat-ayat Al-Qur'an, dan mengumpulkannya dari pelepah-pelepah kurma, lempengan-lempengan batu dan dari hafalan para shahabat, sehingga aku mendapatkan akhir dari surat At-Taubah pada Abu Khuzaimah Al-Anshariy, yang aku tidak mendapatkannya pada seorang pun selainnya. Yakni ayat Laqod jaa-akum rosuulum min anfusikum 'aziizun 'alaihi maa 'anittum … hingga akhir surat Al-Barooah (yang artinya) "Sungguh, telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu…..", hingga akhir surat Al-Barooah. Kemudian (setelah terkumpul) mushhaf Al-Qur'an itu, lalu disimpan pada Abu Bakar hingga Allah mewafatkannya. Kemudian beralih kepada 'Umar semasa hidupnya, lalu berpindah lagi ke tangan Hafshah binti 'Umar RA. [HR. Bukhari juz 6, hal. 98]
Tirmidzi juga meriwayatkan sebagai berikut :
عَنْ عُبَيْدِ بْنِ السَّبَّاقِ اَنَّ زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ حَدَّثَهُ قَالَ: بَعَثَ اِلَيَّ اَبُو بَكْرٍ الصّدّيْقُ مَقْتَلَ اَهْلِ اليَمَامَةِ فَاِذَا عُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ عِنْدَهُ، فَقَالَ: اِنَّ عُمَرَ بْنَ الخَطَّابِ قَدْ اَتَانِي فَقَالَ: اِنَّ القَتْلَ قَدْ اِسْتَحَرَّ بِقُرَّاءِ القُرْآنِ يَوْمَ اليَمَامَةِ، وَ اِنّي لاَخْشَى اَنْ يَسْتَحِرَّ القَتْلُ بِالقُرَّاءِ فِي الْمَوَاطِنِ كُلّهَا فَيَذْهَبَ قُرْآنٌ كَثِيْرٌ، وَاِنّي اَرَى اَنْ تَأْمُرَ بِجَمْعِ القُرْآنِ. قَالَ اَبُو بَكْرٍ لِعُمَرَ: كَيْفَ اَفْعَلُ شَيْئًا لَمْ يَفْعَلْهُ رَسُوْلُ اللهِ ص؟ فَقَالَ عُمَرُ: هُوَ وَ اللهِ خَيْرٌ. فَلَمْ يَزَلْ يُرَاجِعُنِي فِي ذلِكَ حَتَّى شَرَحَ اللهُ صَدْرِي لِلَّذِي شَرَحَ لَهُ صَدْرَ عُمَرَ، وَ رَأَيْتُ فِيْهِ الَّذِي رَأَى.
Dari 'Ubaid bin As-Sabbaaq bahwasanya Zaid bin Tsabit menceritakan kepadanya, ia berkata : Abu Bakar Ash-Shiddiq mengutus seseorang kepadaku setelah perang Yamamah. Dan (setelah saya datang kepada beliau) ketika itu 'Umar bin Khaththab berada di sisi beliau. Abu Bakar berkata, "Sungguh 'Umar bin Khaththab datang kepadaku dan berkata, "Sungguh perang Yamamah sangat berat yang menyebabkan gugurnya para penghafal Al-Qur'an, dan aku sangat khawatir peperangan di berbagai tempat akan menimpa para penghafal Al-Qur'an, lalu banyak yang gugur, sehingga ayat-ayat Al-Qur'an banyak yang hilang. Maka aku berpendapat sebaiknya engkau segera memerintahkan untuk mengumpulkan Al-Qur'an". Abu Bakar berkata kepada 'Umar, "Bagaimana aku akan melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW ?". 'Umar berkata, "Demi Allah, hal itu sangat baik". 'Umar terus-menerus membujukku sehingga Allah melapangkan dadaku sebagaimana Allah melapangkan dada 'Umar, dan akupun sependapat dengan 'Umar".
قَالَ زَيْدٌ: قَالَ اَبُو بَكْرٍ: اِنَّكَ شَابٌّ عَاقِلٌ لاَ نَتَّهِمُكَ، قَدْ كُنْتَ تَكْتُبُ لِرَسُوْلِ اللهِ ص الْوَحْيَ فَتَتَبَّعِ القُرْآنَ. قَالَ: فَوَاللهِ لَوْ كَلَّفُوْنِيْ نَقْلَ جَبَلٍ مِنَ الجِبَالِ مَا كَانَ اَثْقَلَ عَلَيَّ مِنْ ذلِكَ. قُلْتُ: كَيْفَ تَفْعَلُوْنَ شَيْئًا لَمْ يَفْعَلْهُ رَسُوْلُ اللهِ ص؟ قَالَ اَبُو بَكْرٍ: هُوَ وَاللهِ خَيْرٌ.
Zaid (bin Tsabit) berkata : Abu Bakar berkata (kepadaku), "Sesungguhnya kamu adalah pemuda yang cerdas, kami tidak meragukanmu, dahulu kamu juga menulis wahyu untuk Rasulullah SAW, karena itu kumpulkanlah tulisan-tulisan ayat-ayat Al-Qur'an". (Zaid bin Tsabit) berkata, "Demi Allah, seandainya mereka menyuruhku untuk memindahkan sebuah gunung diantara gunung-gunung itu, tidak lebih berat bagiku daripada tugas yang demikian itu. Aku berkata : Bagaimana kalian akan melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW ?". Abu Bakar menjawab, "Demi Allah, hal itu sangat baik".
فَلَمْ يَزَلْ يُرَاجِعُنِي فِي ذلِكَ اَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ حَتَّى شَرَحَ اللهُ صَدْرِي لِلَّذِي شَرَحَ لَهُ صَدْرَهُمَا: صَدْرَ اَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ.فَتَتَبَّعْتُ القُرْآنَ اَجْمَعُهُ مِنَ الرّقَاعِ وَالعُسُبِ وَاللّخَافِ، يَعْنِي الْحِجَارَةَ وَالرّقَاقَ وَصُدُوْرِ الرّجَالِ، فَوَجَدْتُ آخِرَ سُوْرَةِ بَرَاءَةَ مَعَ خُزَيْمَةَ بْنِ ثَابِتٍ: لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُوْلٌ مّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللهُ لاَ اِلهَ اِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ العَرْشِ العَظِيْمِ. الترمذى 4: 246، رقم: 5101، هذا حديث حسن صححيح
Abu Bakar dan 'Umar terus-menerus membujukku, sehingga Allah melapangkan dadaku sebagaimana melapangkan dada keduanya, yaitu Abu Bakar dan 'Umar. Lalu aku kumpulkan tulisan-tulisan ayat-ayat Al-Qur'an (yang ditulis) dikulit, pelepah-pelepah kurma, dan lempengan-lempengan batu, juga dari hafalan para shahabat, hingga kudapatkan akhir surat Al-Barooah pada shahabat Khuzaimah bin Tsabit, yaitu Laqod jaa-akum rosuulum min anfusikum 'aziizun 'alaihi maa 'anittum hariishun 'alaikum bil mu'miniina rouufur rohiim (128) fain tawallau faqul hasbiyalloohu laa ilaaha illaa huu, 'alaihi tawakkaltu wa huwa robbul 'arsyil adhiim (129) (yang artinya): "Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (128) Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah, "'Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung". (129) [At-Taubah : 128-129] [HR. Tirmidzi juz 4, hal. 246, no. 5101]
Dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi, syarah Tirmidzi disebutkan :
وَعِنْدَ بْنِ اَبِي دَاوُدَ فِي الْمَصَاحِفِ مِنْ طَرِيْقِ يَحْيَى بْنِ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ حَاطِبٍ قَالَ: قَامَ عُمَرُ فَقَالَ: مَنْ كَانَ تَلَقَّى مِنْ رَسُوْلِ اللهِ ص شَيْئًا مِنَ الْقُرْآنِ فَلْيَأْتِ بِهِ، وَكَانُوْا يَكْتُبُوْنَ ذلِكَ فِي الصُّحُفِ وَاْلاَلْوَاحِ وَالْعُسُبِ. قَالَ وَكَانَ لاَ يَقْبَلُ مِنْ اَحَدٍ شَيْئًا حَتَّى يَشْهَدَ شَاهِدَانِ. وَ هذَا يَدُلُّ عَلَى اَنَّ زَيْدًا كَانَ لاَ يَكْتَفِي بِمُجَرَّدِ وِجْدَانِهِ مَكْتُوبًا حَتَّى يَشْهَدَ بِهِ مَنْ تَلَقَّاهُ سَمَاعًا، مَعَ كَوْنِ زَيْدٍ كَانَ يَحْفَظُهُ، وَكَانَ يَفْعَلُ ذَلِكَ مُبَالَغَةً فِي اْلاِحْتِيَاطِ. تحفة الاحوذى 8: 514
Dan diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dawud dalam Al-Mashoohif, dari jalan Yahya bin 'Abdur Rahman bin Haathib, ia berkata : 'Umar (bin Khaththab) berdiri lalu berkata, "Barangsiapa dahulu mendapatkan langsung dari Rasulullah SAW sesuatu dari ayat-ayat Al-Qur'an, maka hendaklah ia datang dengan membawanya". Dan para shahabat dahulu mereka menulis (ayat-ayat Al-Qur'an) di lembaran-lembaran, di lempengan-lempengan batu dan pada pelepah-pelepah kurma. Dan Zaid bin Tsabit tidak mau menerima sesuatu sehingga ada dua orang yang mau bersaksi. Dan ini menunjukkan bahwa Zaid bin Tsabit tidak cukup hanya mendapatkan ayat-ayat Al-Qur'an yang tertulis, sehingga ada orang yang bersaksi yang betul-betul pernah mendengar dari Nabi SAW. Begitulah Zaid bin Tsabit menjaganya, dan ia lakukan yang demikian itu karena sangat berhati-hati. [Tuhfatul Ahwadzi juz 8, hal. 514]
وَعِنْدَ بْنِ اَبِي دَاوُدَ اَيْضًا مِنْ طَرِيْقِ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ اَبِيْهِ اَنَّ اَبَا بَكْرٍ قَالَ لِعُمَرَ وَلِزَيْدٍ: اُقْعُدَا عَلَى بَابِ الْمَسْجِدِ، فَمَنْ جَاءَكُمَا بِشَاهِدَيْنِ عَلَى شَيْءٍ مِنْ كِتَابِ اللهِ فَاكْتُبَاهُ. (وَرِجَالُهُ ثِقَاتٌ مَعَ اِنْقِطَاعِهِ). تحفة الاحوذى 8: 514
Dan diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dawud juga dari jalan Hisyam bin 'Urwah, dari ayahnya, bahwasanya Abu Bakar berkata kepada 'Umar dan Zaid (bin Tsabit), "Duduklah kalian berdua di depan pintu masjid, lalu barangsiapa yang datang kepada kalian berdua menyampaikan sesuatu dari kitab Allah dengan dua orang saksi, maka tulislah". [Tuhfatul Ahwadzi juz 8, hal. 514, para perawinya tsiqat, tetapi munqathi']
2. 'Ali menikah dengan Umamah binti Zainab
Di dalam kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah disebutkan sebagai berikut :
وَفِيْهَا تَزَوَّجَ عَلِيُّ بْنُ اَبِي طَالِبٍ بِاُمَامَةَ بِنْتِ زَيْنَبَ بِنْتِ رَسُوْلِ اللهِ ص، وَ هِيَ مِنْ اَبِي اْلعَاصِ بْنِ الرَّبِيْعِ بْنِ عَبْدِ شَمْسٍ اْلاَمَوَيّ، وَ قَدْ تُوُفّيَ اَبُوْهَا فِي هذَا اْلعَامِ وَ هذِهِ هِيَ الَّتِي كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يَحْمِلُهَا فِي الصَّلاَةِ فَيَضَعُهَا اِذَا سَجَدَ وَ يَرْفَعُهَا اِذَا قَامَ. البداية و النهاية 6: 747
Pada tahun itu pula 'Ali bin Abu Thalib menikah dengan Umamah binti Zainab binti Rasulullah SAW, yaitu putri Abul 'Aash bin Rabi' bin 'Abdi Syamsin Al-Amawiy, yang ayahnya wafat pada tahun itu juga. Umamah ini adalah cucu Rasulullah SAW yang dahulu ketika kecil beliau SAW pernah menggendongnya diwaktu shalat, apabila beliau sujud, ia diletakkan, dan apabila beliau berdiri, beliau menggendongnya. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 747]
Bukhari dan Muslim juga meriwayatkan sebagai berikut :
عَنْ اَبِى قَتَادَةَ اْلاَنْصَارِيّ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص كَانَ يُصَلّى وَ هُوَ حَامِلٌ اُمَامَةَ بِنْتَ زَيْنَبَ بِنْتِ رَسُوْلِ اللهِ ص وَ ِلاَبِى اْلعَاصّ ابْنِ رَبِيْعَةَ ابْنِ عَبْدِ شَمْسٍ فَاِذَا سَجَدَ وَضَعَهَا، وَ اِذَا قَامَ حَمَلَهَا. البخارى 1: 131
Dari Abu Qatadah Al-Anshariy, bahwasanya Rasulullah SAW pernah shalat dengan menggendong Umamah binti Zainab binti Rasulullah SAW yaitu anak perempuan Abul 'Ash bin Rabi'ah bin 'Abdi Syamsin, "Lalu apabila sujud, beliau meletakkannya. Dan apabila berdiri, beliau menggendongnya lagi. [HR Bukhari juz 1, hal. 131]
عَنْ اَبِى قَتَادَةَ اْلاَنْصَارِيّ قَالَ: رَأَيْتُ النَّبِيَّ ص يَؤُمُّ النَّاسَ وَ اُمَامَةُ بِنْتُ اَبِى اْلعَاصِ وَ هِيَ ابْنَةُ زَيْنَبَ بِنْتِ النَّبِيّ ص عَلَى عَاتِقِهِ، فَاِذَا رَكَعَ وَضَعَهَا وَ اِذَا رَفَعَ مِنَ السُّجُوْدِ اَعَادَهَا. مسلم 1: 385
Dari Abu Qatadah Al-Anshariy, ia berkata, "Saya melihat Nabi SAW sedang mengimami orang banyak, sedangkan Umamah binti Abil 'Ash yaitu anak perempuan Zainab binti Nabi SAW berada di pundak beliau. Lalu apabila ruku', beliau meletakkannya, dan apabila bangkit dari sujud, beliau menggendongnya lagi". [HR. Muslim juz 1, hal. 385]
3. 'Umar bin Khaththab menikah dengan 'Atikah binti Zaid
Di dalam kitab Al-Bidaayah wan Nihaayah disebutkan sebagai berikut :
وَ فِيْهَا تَزَوَّجَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ عَاتِكَةَ بِنْتَ زَيْدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ نُفَيْلٍ، وَ هِيَ ابْنَةُ عَمّهِ، وَ كَانَ لَهَا مُحِبًّا وَبِهَا مُعْجِبًا وَ كَانَ لاَ يَمْنَعُهَا مِنَ الْخُرُوْجِ اِلىَ الصَّلاَةِ وَ يَكْرَهُ خُرُوْجَهَا، فَجَلَسَ لَهَا ذَاتَ لَيْلَةٍ فِي الطَّرِيْقِ فِي ظُلْمَةٍ، فَلَمَّا مَرَّتْ ضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَى عَجُزِهَا، فَرَجَعَتْ اِلَى مَنْزِلِهَا وَلَمْ تَخْرُجْ بَعْدَ ذلِكَ. وَقَدْ كَانَتْ قَبْلَهُ تَحْتَ زَيْدِ بْنِ الْخَطَّابِ فِيْمَا قِيْلَ، فَقُتِلَ عَنْهَا. وَ كَانَتْ قَبْلَ زَيْدٍ تَحْتَ عَبْدِ اللهِ ابْنِ اَبِي بَكْرٍ، فَقُتِلَ عَنْهَا، وَ لَمَّا مَاتَ عُمَرُ تَزَوَّجَهَا بَعْدَهُ الزُّبَيْرُ، فَلَمَّا قُتِلَ خَطَبَهَا عَلِيُّ بْنُ اَبِي طَالِبٍ، فَقَالَتْ اِنّي اَرْغَبُ بِكَ عَنِ الْمَوْتِ، وَ امْتَنَعَتْ عَنِ التَّزَوُّجِ حَتَّى مَاتَتْ. البداية و النهاية 6: 748
Pada tahun tersebut 'Umar bin Khaththab menikah dengan 'Atikah binti Zaid bin 'Amr bin Nufail, ia adalah putri pamannya. 'Umar sangat sayang dan cinta kepadanya. 'Umar tidak suka ia keluar (ke masjid) untuk shalat, tetapi 'Umar tidak melarangnya. Pada suatu malam 'Umar duduk di pinggir jalan dalam kegelapan, ketika 'Atikah lewat, lalu 'Umar memukul pantatnya dengan tangan. Lalu 'Atikah pulang ke rumah, dan sesudah itu ia tidak keluar lagi. Ada yang mengatakan, sebelum menjadi istri 'Umar bin Khaththab 'Atikah menjadi istri Zaid bin Khaththab, kemudian Zaid bin Khaththab gugur (pada perang Yamamah). Sebelum menjadi istri Zaid bin Khaththab, ia menjadi istri 'Abdullah bin Abu Bakar. Lalu ia menjadi janda karena 'Abdullah bin Abu Bakar gugur dalam peperangan. Dan (di kemudian hari) setelah 'Umar wafat, Ia dinikahi oleh Zubair. Dan setelah Zubair terbunuh, 'Ali bin Abu Thalib meminangnya, tetapi ia menjawab, "Saya tidak suka kematian menimpamu". Dan akhirnya 'Atikah tidak mau menikah lagi sampai wafat. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 748]
4. Aslam menebus dirinya dari 'Umar.
وَفِيْهَا اِشْتَرَى عُمَرَ مَوْلاَهُ اَسْلَمُ ثُمَّ صَارَ مِنْهُ اَنْ كَانَ اَحَدُ سَادَاتِ التَّابِعِيْنَ، وَ ابْنُهُ زَيْدُ بْنُ اَسْلَمَ اَحَدُ الثّقَاتِ الرُّفَعَاءِ. البداية و النهاية
Pada tahun itu Aslam menebus dirinya dari 'Umar bin Khaththab, kemudian ia menjadi salah satu diantara tokoh tabi'in dan putranya yang bernama Zaid bin Aslam termasuk salah seorang yang dapat dipercaya lagi tinggi kedudukannya. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 748]
5. Abu Bakar Ash-Shiddiq RA menunaikan ibadah hajji.
وَفِيْهَا حَجَّ بِالنَّاسِ اَبُو بَكرِ الصّدّيْقُ رض وَ اسْتَخْلَفَ عَلَى الْمَدِيْنَةِ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ. رَوَاهُ ابْنُ اِسحَاقَ عَنِ العَلاَءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ يَعْقُوْبَ مَوْلَى الْحُرَقَةِ عَنْ رَجُلٍ مِنْ بَنِي سَهْمٍ عَنْ اَبِي مَاجِدَةَ، قَالَ: حَجَّ بِنَا اَبُوْ بَكْرٍ فِي خِلاَفَتِهِ سَنَةَ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ. البداية و النهاية
Pada tahun itu Abu Bakar Ash-Shiddiq RA menunaikan ibadah hajji dengan para shahabat, dan beliau mewakilkan kepemimpinan di Madinah kepada 'Utsman bin 'Affan, demikian diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dari Al-'Alaa' bin 'Abdur Rahman bin Ya'qub maula Huraqah dari seorang laki-laki dari Bani Sahmin dari Abu Majidah, ia berkata, "Abu Bakar berhajji bersama kami pada tahun 12 Hijriyah ketika beliau menjadi Khalifah. (Namun sebagian 'ulama mengatakan bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq tidak berhajji di masa kekhalifahannya, dan pada musim hajji tahun 12 Hijriyah tersebut beliau mengutus 'Umar bin Khaththab atau 'Abdur Rahman bin 'Auf untuk memimpin rombongan hajji, walloohu a'lam). [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 748]
6. Para shahabat yang wafat pada tahun 12 H.
Para shahabat yang wafat pada tahun itu adalah :
1. Basyiir bin Sa'd bin Tsa'labah Al-Khozrojiy.
Beliau adalah ayah An-Nu'man bin Basyiir. Beliau pernah ikut perang Badr dan perang-perang sesudahnya. Ada yang meriwayatkan bahwa beliau adalah orang yang pertama-tama masuk Islam dari orang-orang Anshar. Dan beliau adalah orang yang pertama-tama berbai'at kepada Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq dari kalangan Anshar. Beliau ikut perang bersama Khalid bin Walid sehingga gugur pada perang 'Ainut Tamr. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 748]
2. Abu Martsad Al-Ghanawiy.
Nama aslinya adalah Mu'aadz bin Al-Hushain. Ada yang mengatakan Ibnu Hushain bin Yarbu' bin 'Amr bin Yarbu' bin Kharasyah bin Sa'ad bin Tharif bin Khailan bin Ghunmin bin Ghaniy bin A'shar bin Sa'ad bin Qais bin Ghailan bin Mudlar bin Nizaam Abu Martsad Al-Ganawiy. Beliau bersama putranya, yaitu Martsad pernah ikut perang Badr, dan tidak ada bapak bersama anaknya ikut perang Badr selain mereka berdua. Adapun putranya yang bernama Martsad gugur pada perang Rajii'. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 748]
3. Abul 'Aash bin Ar-Rabii'.
Abul 'Aash bin Rabii', Ibnu 'Abdul 'Uzza bin 'Abdi Syamsin bin 'Abdi Manaaf bin Qushai Al-Qurasyiy Al-'Absyamiy, suami putri Rasulullah SAW yang tertua, yaitu Zainab. Beliau sangat baik dan sangat cinta kepada Zainab. Ketika kaum muslimin menyuruhnya supaya dia menceraikan Zainab ketika Rasulullah SAW telah menjadi Nabi, Abul 'Aash menolaknya.
Abul 'Aash adalah putra saudara perempuan Khadijah binti Khuwailid, ibunya bernama Haalah (ada yang mengatakan nama ibunya Hindun binti Khuwailid). Adapun Abul 'Aash nama aslinya ada yang mengatakan Laqiith, dan itulah yang masyhur, dan ada yang mengatakan namanya Muhsyim, dan ada yang mengatakan Husyaim. Pada perang Badr beliau masih menjadi tentara orang kafir, lalu beliau ditangkap oleh kaum muslimin dan menjadi tawanan. Kemudian saudaranya yang bernama 'Amr bin Rabii' datang kepada Rasulullah SAW dengan membawa tebusan berupa kalung yang dahulu dipakaikan kepada Zainab ketika Abul 'Aash menikah dengannya. Setelah Rasulullah SAW melihat kalung tersebut, beliiau merasa iba sehingga melepaskan Abul 'Aash dengan syarat supaya Abul 'Aash mengirim Zainab ke Madinah. Abul 'Aash pun menepati perjanjian tersebut. Abul 'Aash masih tetap dalam kekafirannya di Makkah, sampai menjelang Fathu Makkah.
Kemudian ia keluar ikut rpmbongan dagang Quraisy, lalu dihadang pasukan Zaid bin Haritsah, lalu rombongan Quraisy tersebut dibunuh, dan unta beserta dagangannya menjadi rampasan. Sedangkan Abul 'Aash melarikan diri ke Madinah, minta jaminan perlindungan kepada istrinya, dan Zainab pun melindunginya, maka Rasulullah SAW menerima perlindungannya. Kemudian Rasulullah SAW mengembalikan harta orang Quraisy yang ada bersamanya.
Kemudian Abul 'Aash kembali ke Makkah, lalu mengembalikan harta kepada pemiliknya. Kemudian Abul 'Aash masuk islam dan bersyahadat dengan syahadat yang sebenarnya. Lalu ia berhijrah ke Madinah, dan akhirnya Rasulullah SAW mengembalikan Zainab kepadanya dengan nikah yang dahulu. Jarak waktu berpisahnya Abul 'Aash dengan Zainab sampai berkumpulnya kembali adalah 6 tahun. Peristiwa berkumpulnya kembali itu terjadi setelah 2 tahun diharamkannya wanita muslimat pada orang-orang musyrik, pada tahun 'umrah Hudaibiyah. Namun ada pula yang mengatakan Rasulullah SAW mengembalikan Zainab kepada Abul 'Aash dengan nikah baru, walloohu a'lam.
Perlu diketahui bahwa setelah Rasulullah SAW wafat, yaitu pada Rabi'ul awwal tahun 11 Hijriyah, kemudian diantara para shahabat yang wafat adalah sebagai berikut :
1. Fathimah RA (ia wafat 6 bulan setelah wafatnya Rasulullah SAW)
2. Ummu Aiman (Barakah binti Tsa'labah).
3. Tsabit bin Arqam bin Tsa'labah.
4. Tsabit bin Qais bin Syammaas Al-Anshariy.
5. Hazn bin Abi Wahbin.
6. Zaid bin Khaththab bin Nufail Al-Qurasyiy (saudaranya 'Umar bin Khaththab).
7. Saalim bin 'Ubaid
8. Abu Dujaanah (Simaak bin Khorosyah)
9. Syuja' bin Wahb
10. Ath-Thufail bin 'Amr bin Tharif
11. 'Abbaad bin Bisyr bin Waqsy.
12. As-Saaib bin 'Utsman bin Madh'un
13. As-Saaib bin Al-'Awwaam (saudaranya Zubair bin 'Awwaam)
14. 'Abdullah bin Suhail bin 'Amr
15. 'Abdullah bin 'Abdullah bin Ubay bin Salul.
16. 'Abdullah bin Abu Bakar Ash-Shiddiq
17. 'Ukkaasyah bin Mihshon.
18. Ma'nun bin 'Adiy
19. Abu Hudzaifah bin 'Utbah bin Rabi'ah.
20. Maalik bin 'Amr
21. Yaazid bin Raqiisy.
22. Al-Hakam bin Sa'iid bin Al-'Aash bin Umayyah.
23. Hasan bin Maalik bin Buhainah.
24. 'Aamir bin Al-Bakr.
25. Maalik bin Rabii'ah.
26. Abu Umayyah, Shafwan bin Umayyah.
27. Yaziid bin Aus
28. Huyaiy (ada yang mengatakan namanya Ma'laa) bin Haaritsah Ats-Tsaqafiy.
29. Habiib bin Asiid
30. Al-Walid bin 'Abdi Syamsin.
31. 'Abdullah bin 'Amr bin Bujrah 'Adawiy.
32. Abul Qais bin Al-Haarits bin Qais As-Sahmiy.
33. Abdullah bin Al-Haarits bin Qais.
34. 'Abdullah bin Makhromah.
35. 'Amr bin Uwais bin Sa'd.
36. Saliith bin 'Amr Al-'Aamiriy.
37. Rabii'ah bin Abi Khorosyah Al-'Aamiriy.
38. 'Abdullah bin Al-Haarits bin Rohdloh.
39. 'Umaaroh bin Hazn bin Zaid An-Najjaariy (saudaranya 'Amr bin Hazn).
40. 'Uqbah bin 'Aamir bin Naabiy bin Zaid.
41. Tsaabit bin Hazaal.
42. Abu 'Uqail bin 'Abdillah bin Tsa'labah.
43. 'Abdullah bin 'Atiik.
44. Raafi' bin Sahl.
45. Haajib bin Yaziid.
46. Sahl bin 'Adiy.
47. Maalik bin Aus.
48. 'Umar bin Aus.
49. Thalhah bin 'Utbah.
50. Raabah maula Al-Haarits.
51. Juz'un bin Malik bin 'Aamir.
52. Waraqah bin Iyaas bin 'Amr
53. Marwan bil Al-'Abbaas
54. 'Aamir bin Tsabit
55. Bisyr bin 'Abdullah Al-Khozrojiy.
56. Kulaib bin Tamiim.
57. 'Abdullah bin 'Itbaan.
58. Iyaash bin Wadii'ah.
58. Asiid bin Yarbuu'
60. Sa'd bin Haaritsah.
61. Sahl bin Hammaan.
62. Muhaasin bin Humair.
63. Salamah bin Mas'ud (ada yang mengatakan : Mas'ud bin Sinaan).
64. Dlomroh bin 'Iyaadl.
65. 'Abdullah bin Unais.
66. Abu Habbah bin Ghoziyah Al-Maaziniy.
67. Khabbaab bin Zaid.
68. Habiib bin 'Amr bin Mihshon.
69. Tsaabit bin Khoolid
70. Farwah bin An-Nu'maan.
71. 'Aaidz bin Maa'ish.
72. Yazid bin Tsaabit bin Adl-Dlahhaak (saudaranya zaid bin Tsaabit).
[Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 6, hal. 734]
1. Pengiriman pasukan ke negeri Syam
Di dalam Kitab Tarikh Al-Bidaayah wan Nihaayah disebutkan sebagai berikut :
سَنَةَ ثَلاَثَ عَشْرَةَ مِنَ الْهِجْرَةِ اسْتَهَلَتْ هذِهِ السَّنَةُ وَ الصّدّيْقُ عَازِمٌ عَلَى جَمْعِ الْجُنُوْدِ ليَبْعَثَهُمْ اِلىَ الشَّامِ، وَ ذلِكَ بَعْدَ مَرْجِعِهِ مِنَ الْحَجّ عَمَلاً بِقَوْلِهِ تَعَالَى: ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا قَاتِلُوا الَّذِيْنَ يَلُوْنَكُمْ مّنَ الْكُفَّارِ وَلْيَجِدُوْا فِيْكُمْ غِلْظَةً، وَ اعْلَمُوْآ اَنَّ اللهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ. التوبة: 123. وَ بِقَوْلِهِ تَعَالَى: قَاتِلُوا الَّذِيْنَ لاَ يُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَلاَ بِالْيَوْمِ اْلاخِرِ. التوبة: 29. وَ اقْتِدَاءٌ بِرَسُوْلِ اللهِ ص فَاِنَّهُ جَمَعَ الْمُسْلِمِيْنَ لِغَزْوِ الشَّامِ، وَ ذلِكَ عَامَ تَبُوْكَ حَتَّى وَصَلَهَا فِي حَرّ شَدِيْدٍ وَ جُهْدٍ، فَرَجَعَ عَامَهُ ذلِكَ. ثُمَّ بَعَثَ قَبْلَ مَوْتِهِ اُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ مَوْلاَهُ لِيَغْزُوَ تَخُوْمَ الشَّامِ كَمَا تَقَدَّمَ.
وَلَمَّا فَرَغَ الصّدّيْقُ مِنْ اَمْرِ جَزِيْرَةِ الْعَرَبِ بَسَطَ يَمِيْنَهُ اِلىَ الْعِرَاقِ. فَبَعَثَ اِلَيْهَا خَالِدَ بْنَ الْوَلِيْدِ، ثُمَّ اَرَادَ اَنْ يَبْعَثَ اِلىَ الشَّامِ كَمَا بَعَثَ اِلىَ الْعِرَاقِ،
Pada awwal tahun 13 Hijriyah, Abu Bakar Ash-Shiddiq RA berusaha keras untuk mengumpulkan pasukan yang akan dikirim untuk menaklukkan Syam, dan hal itu dilakukannya sepulangnya beliau dari menunaikan ibadah hajji, karena mengamalkan firman Allah SWT di dalam Al-Qur'an :
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا قَاتِلُوا الَّذِيْنَ يَلُوْنَكُمْ مّنَ الْكُفَّارِ وَلْيَجِدُوْا فِيْكُمْ غِلْظَةً، وَ اعْلَمُوْآ اَنَّ اللهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ. التوبة: 123
Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa. [QS, At-Taubah : 123]
Dan firman Allah SWT
قَاتِلُوا الَّذِيْنَ لاَ يُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَلاَ بِالْيَوْمِ اْلاخِرِ. التوبة: 29
Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian [QS. At-Taubah : 29].
Dan beliau melakukan demikian untuk mengikuti langkah-langkah Rasulullah SAW yang telah mengumpulkan pasukan muslimin untuk memerangi Syam pada perang Tabuk, dan beliau berhasil mencapainya dengan susah payah dalam kondisi panas yang menyengat, dan beliau kembali ke Madinah pada tahun itu juga. Kemudian beliau mengutus Usamah bin Zaid (maula Rasulullah SAW) sebelum wafat beliau untuk memerangi daerah jajahan Syam sebagaimana telah diterangkan. Setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq memulihkan kondisi Jazirah 'Arab, lalu beliau mengirimkan pasukannya ke 'Iraq dibawah pimpinan Khalid bin Walid, kemudian setelah itu Abu Bakar menghendaki mengirim Khalid bin Walid ke Syam sebagaimana beliau dahulu mengirimnya ke 'Iraq.
فَشَرَعَ فِي جَمْعِ اْلاُمَرَاءِ فِي اَمَاكِنَ مُتَفَرّقَةٍ مِنْ جَزِيْرَةِ الْعَرَبِ. وَكَانَ قَدْ اِسْتَعْمَلَ عَمْرَو بْنَ الْعَاصِ عَلَى صَدَقَاتِ قُضَاعَةَ مَعَهُ اْلوَلِيْدُ بْنُ عُقْبَةَ فِيْهِمْ، فَكَتَبَ اِلَيْهِ يَسْتَنْفِرُهُ اِلىَ الشَّامِ:
اِنّي كُنْتُ قَدْ رَدَدْتُكَ عَلَى الْعَمَلِ الَّذِيْ وَلاَّكَهُ رَسُوْلُ اللهِ ص مَرَّةً وَسَمَّاهُ لَكَ اُخْرَى، وَقَدْ اَحْبَبْتُ اَبَا عَبْدِ اللهِ اَنْ اُفْرِغَكَ لِمَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ فِي حَيَاتِكَ وَمَعَادِكَ مِنْهُ، اِلاَّ اَنْ يَكُوْنَ الَّذِيْ اَنْتَ فِيْهِ اَحَبَّ اِلَيْكَ.
فَكَتَبَ اِلَيْهِ عَمْرُو بْنُ الْعَاصِ:
اِنّي سَهْمٌ مِنْ سِهَامِ اْلاِسْلاَمِ، وَ اَنْتَ عَبْدَ اللهِ الرَّامِي بِهَا وَ الْجَامِعُ لَهَا، فَانْظُرْ اَشَدَّهَا وَ اَخْشَاهَا، فَارْمِ بِي فِيْهَا.
وَ كَتَبَ اِلىَ الْوَلِيْدِ بْنِ عُقْبَةَ بِمِثْلِ ذلِكَ. وَرَدَّ عَلَيْهِ مِثْلَهُ، وَ اَقْبَلاَ بَعْدَ مَا اسْتَخْلَفَا فِي عَمَلِهِمَا اِلىَ الْمَدِيْنَةِ.
Abu Bakar mulai mengumpulkan para panglima dari berbagai tempat di Jazirah 'Arab. Sebelumnya beliau telah menugaskan untuk urusan zakat Bani Qudha'ah kepada 'Amr bin Al-'Aash bersama Walid bin 'Uqbah yang berada bersama mereka, lalu Abu Bakar menulis surat kepada 'Amr bin Al-'Aash untuk ditugaskan berangkat ke Syam.
Sesungguhnya aku telah menarik kembali tugasmu sebagai pemungut zakat, sebagaimana yang pernah dilakukan Rasulullah SAW kepadamu, lalu menggantikanmu kepada tugas yang lain. Aku berkeinginan wahai Abu 'Abdillah, untuk mengkonsentrasikanmu pada tugas yang lebih baik bagimu untuk dunia dan akhiratmu, kecuali jika engkau memang merasa tugas yang sudah kamu jalankan itu lebih engkau sukai".
Kemudian 'Amr bin Al-'Aash menjawab surat Abu Bakar :
Sesungguhnya aku ini bagaikan anak panah dari sekian banyak anak panah Islam. Dan engkau wahai hamba Allah, orang yang memanah dan mengumpulkannya, maka lihatlah sasaran yang paling berat dan yang paling dikhawatirkan, maka panahkanlah aku ke sana !".
Abu Bakar juga menulis surat kepada Al-Walid bin 'Uqbah yang seperti itu. Dan Al-Walid bin 'Uqbah juga membalas dengan jawaban seperti itu juga. Kemudian keduanya kembali ke Madinah setelah mereka menunjuk penggantinya.
2. Pidato Abu Bakar Ash-Shiddiq untuk memotivasi pasukan muslimin
وَلَمَّا اجْتَمَعَ عَنْدَ الصّدّيْقِ مِنَ الْجُيُوْشِ مَا اَرَادَ، قَامَ فِي النَّاسِ خَطِيْبًا، فَاثْنَى عَلَى اللهِ بِمَا هُوَ اَهْلُهُ، ثُمَّ حَثَّ النَّاسَ عَلَى الْجِهَادِ، فَقَالَ: اَلاَ لِكُلّ اَمْرٍ جَوَامِعُ، فَمَنْ بَلَغَهَا فَهِيَ حَسْبُهُ، وَ مَنْ عَمِلَ للهِ كَفَاهُ اللهُ، عَلَيْكُمْ بَالْجِدّ وَ الْقَصْدِ فَاِنَّ الْقَصْدَ اَبْلَغُ، اَلاَ اِنَّه ُلاَ دِيْنَ لاَحَدٍ لاَ اِيْمَانَ لَهُ، وَلاَ اِيْمَانَ لِمَنْ لاَ خَشْيَةَ لَهُ، وَلاَ عَمَلَ لِمَنْ لاَ نِيَّةَ لَهُ، اَلاَ وَ اِنَّ فِي كِتَابِ اللهِ مِنَ الثَّوَابِ عَلَى الْجِهَادِ فِي سَبِيْلِ اللهِ لِمَا يَنْبَغِي لِلْمُسْلِمِ اَنْ يُحِبَّ اَنْ يَخُصَّ بِهِ، هِيَ النَّجَاةُ الَّتِي دَلَّ اللهُ عَلَيْهَا، اِذْ نَجَّى بِهَا مِنَ الْخِزْيِ، وَ اَلْحَقَ بِهَا اْلكَرَامَةَ. البداية و النهاية 7: 5
Ketika jumlah pasukan yang diharapkan Abu Bakar telah berkumpul, kemudian beliau berdiri berpidato di hadapan pasukan. Beliau memuji Allah dengan pujian sebagaimana mestinya, kemudian beliau memberi semangat kepada pasukan untuk berjihad, beliau berkata, "Ingatlah, setiap perkara pasti memiliki puncaknya. Barangsiapa yang mencapainya, maka cukuplah baginya, dan barangsiapa beramal karena Allah, maka Allah akan mencukupinya. Hendaklah kalian bersungguh-sungguh dalam bekerja dan jangan berlebihan. Perkara yang pertengahan itulah yang terbaik. Ingatlah, sesungguhnya tidak ada agama bagi orang yang tidak ada keimanan baginya, dan tidak ada iman bagi orang yang tidak ada rasa takut (kepada Allah) baginya. Tidak ada amal bagi orang yang tidak ada niat baginya. Ingatlah, sesungguhnya pahala jihad yang begitu besarnya dalam kitab Allah membuat seorang muslim harus berusaha keras mendapatkannya. Itulah keselamatan yang Allah telah menunjukkannya. Dengannya Allah akan menyelamatkan seseorang dari kehinaan, dan dengannya Allah akan memberikan kemuliaan. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 7, hal. 5]
3. Pembentukan pasukan dan pelantikan para panglima pasukan.
ثُمَّ عَقَدَ لِوَاءً يَزِيْدَ بْنَ اَبِي سُفْيَانَ وَ مَعَهُ جُمْهُوْرُ النَّاسِ، وَ مَعَهُ سُهَيْلُ بْنُ عَمْرٍو، وَ اَشْبَاهُهُ مِنْ اَهْلِ مَكَّةَ. وَ خَرَجَ مَعَهُ مَاشِيًا يُوَصّيْهِ بِمَا اِعْتَمَدَهُ فِي حَرْبِهِ وَ مَنْ مَعَهُ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَ جَعَلَ لَهُ دِمَشْقَ.
وَ بَعَثَ اَبَا عُبَيْدَةَ بْنَ الْجَرَّاحِ عَلَى جُنْدٍ آخَرَ، وَ خَرَجَ مَعَهُ مَاشِيًا يُوَصّيْهِ، وَ جَعَلَ لَهُ نِيَابَةَ حِمْصَ. وَ بَعَثَ عَمْرَو بْنَ الْعَاصِ وَ مَعَهُ جُنْدٌ آخَرُ وَ جَعَلَهُ عَلَى فَلِسْطِيْنَ. وَ اَمَرَ كُلَّ اَمِيْرٍ اَنْ يَسْلُكَ طَرِيْقًا غَيْرَ طَرِيْقِ اْلاخَرِ، لِمَا لَحَظَ فِي ذلِكَ مِنَ الْمَصَالِحِ.
وَ كَانَ الصّدّيْقُ اِقْتَدَى فِي ذلِكَ بِنَبِيّ اللهِ يَعْقُوْبَ حِيْنَ قَالَ لِبَنِيْهِ: يبَنِيَّ لاَ تَدْخُلُوْا مِنْ بَابٍ وَّاحِدٍ وَّ ادْخُلُوْا مِنْ اَبْوَابٍ مُّتَفَرّقَةٍ، وَمَآ اُغْنِيْ عَنْكُمْ مّنَ اللهِ مِنْ شَيْءٍ، اِنِ الْحُكْمُ اِلاَّ للهِ، عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَ عَلَيْهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكّلُوْنَ. يوسف: 67.
Setelah itu Abu Bakar Ash-Shiddiq mulai melantik para panglimanya serta menyerahkan panji-panji perang kepada masing-masing panglima. :
Kemudian Abu Bakar menyerahkan panji kepada Yazid bin Abu Sufyan, dia memimpin pasukan yang paling banyak. Ia juga dibantu oleh Suhail bin 'Amr dan orang-orang seperti dirinya dari kalangan penduduk Makkah. Abu Bakar mengantarkan pasukan Yazid bin Abu Sufyan, beliauberjalan kaki sambil memberikan pesan-pesan kepadanya bagaimana taktik berperang yang beliau pegangi bersama kaum muslimin dan beliau menyerahkan kepadanya untuk menaklukan kota Damaskus.
Abu bakar juga mengutus Abu 'Ubaidah bin Al-Jarrah dengan membawa tentaranya. Sambil berjalan Abu bakar juga memberikan pesan-pesan serta menyerahkan kepadanya untuk menaklukkan kota Himsha (Homs).
Abu Bakar mengutus juga 'Amr bin Al-'Aash beserta pasukannya untuk menaklukkan Palestina.
Dan Abu Bakar memerintahkan kepada semua panglima untuk berpencar lewat jalan yang berbeda-beda, karena beliau memandang bahwa cara yang demikian itu banyak mendatangkan kebaikan. Abu Bakar Ash-Shiddiq berpendapat demikian karena meniru pesan Nabi Ya'qub AS ketika menasehati putra-putranya :
وَقَالَ يبَنِيَّ لاَ تَدْخُلُوْا مِنْ بَابٍ وَّاحِدٍ وَّادْخُلُوْا مِنْ اَبْوَابٍ مُّتَفَرّقَةٍ، وَمَآ اُغْنِيْ عَنْكُمْ مّنَ اللهِ مِنْ شَيْءٍ، اِنِ الْحُكْمُ اِلاَّ للهِ، عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَ عَلَيْهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكّلُوْنَ. يوسف: 67
Dan Ya'qub berkata, "Hai anak-anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lain; namun demikian aku tiada dapat melepaskan kamu barang sedikit pun daripada (taqdir) Allah. Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nya-lah aku bertawakkal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakkal berserah diri". [QS. Yuusuf : 67]
فَكَانَ سُلُوْكُ يَزِيْدَ ابْنِ اَبِي سُفْيَانَ عَلَى تَبُوْكَ. قَالَ الْمَدَائِنِيُّ بِاِسْنَادِهِ عَنْ شُيُوْخِهِ قَالُوْا: وَ كَانَ بَعْثُ اَبِي بَكْرٍ هذِهِ الْجُيُوْشَ فِي اَوَّلِ سَنَةِ ثَلاَثَ عَشْرَةَ. قَال مُحَمَّدُ بْنُ اِسْحَاقَ عَنْ صَالِحِ بْنِ كَيْسَانَ: خَرَجَ اَبُوْ بَكْرٍ مَاشِيًا وَ يَزِيْدُ ابْنُ اَبِي سُفْيَانَ رَاكِبًا فَجَعَلَ يُوَصّيْهِ. فَلَمَّا فَرَغَ قَالَ: اُقْرِئُكَ السَّلاَمَ وَ اَسْتَوْدِعُكَ اللهَ، ثُمَّ انْصَرَفَ وَ مَضَى يَزِيْدُ وَ اَجَدَّ السَّيْرُ.
Adapun jalan yang ditempuh oleh Yazid bin Abu Sufyan adalah melalui Tabuk. Berkata Al-Madaain dengan sanadnya dari guru-gurunya, mereka berkata, "Khalifah Abu Bakar mengirim para pasukan ini adalah pada permulaan tahun 13 hijriyah. Berkata Muhammad bin Ishaaq dari Shalih bin Kaisan, ia berkata : Abu Bakar keluar dengan berjalan kaki, sedangkan Yazid bin Abu Sufyan naik kendaraan, beliau memberikan pesan-pesan kepadanya. Setelah selesai, Abu Bakar berkata, "Uqriukas salaam wa astaudi'akallooh (Aku ucapkan selamat kepadamu dan aku titipkan kamu kepada Allah). Kemudian beliau berpaling, sedangkan Yazid beserta pasukannya terus berjalan dengan semangat.
ثُمَّ تَبِعَهُ شُرَحْبِيْلُ بْنُ حَسَنَةَ، ثُمَّ اَبُوْ عُبَيْدَةَ مَدَدًا لَهُمَا، فَسَلَكُوْا غَيْرَ ذلِكَ الطَّرِيْقِ. وَ خَرَجَ عَمْرُو بْنُ الْعَاصِ حَتَّى نَزَلَ الْعَرَمَاتِ مِنْ اَرْضِ الشَّامِ. وَ يُقَالُ اِنَّ يَزِيْدَ بْنَ اَبِي سُفْيَانَ نَزَلَ الْبَلْقَاءَ اَوَّلاً. وَ نَزَلَ شُرَحْبِيْلُ بِاْلاُرْدُنِ، وَ يُقَالُ بِبُصْرَى. وَ نَزَلَ اَبُوْ عُبَيْدَةَ بِالْجَابِيَةِ. وَ جَعَلَ الصّدّيْقُ يَمُدُّهُمْ بِالْجُيُوْشِ، وَ اَمَرَ كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ اَنْ يَنْضَافَ اِلىَ مَنْ اَحَبَّ مِنَ اْلاُمَرَاءِ. وَ يُقَالُ اِنَّ اَبَا عُبَيْدَةَ لَمَّا مَرَّ بِاَرْضِ الْبَلْقَاءِ قَاتَلَهُمْ حَتَّى صَالَحُوْهُ، وَ كَانَ اَوَّلَ صُلْحٍ وَقَعَ بِالشَّامِ.
Kemudian berangkat pula pasukan yang dipimpin oleh Syurahbil bin Hasanah, kemudian pasukan Abu 'Ubaidah. Mereka mengambil jalan yang berbeda.
Dan berangkat pula 'Amr bin Al-'Aash dengan pasukannya, hingga singgah di Al-'Aromaat di daerah Syam. Ada yang mengatakan bahwa Yazid bin Abu Sufyan singgah di Balqoo' lebih dahulu. Syurahbil dengan pasukannya singgah di Yordania (ada yang mengatakan di Bushro), sedangkan Abu 'Ubaidah beserta pasukannya singgah di AlJaabiyah. Kemudian Khalifah Abu Bakar menambah pasukan, beliau memerintahkan kepada masing-masing supaya bergabung kepada siapa yang ia inginkan diantara para panglima di atas. Ada yang mengatakan bahwa pasukan Abu 'Ubaidah ketika melewati negeri Balqoo', Abu 'ubaidah memerangi mereka sehingga negeri Balqoo' membuat perjanjian perdamaian dengan Abu 'Ubaidah, dan itu merupakan pertama kali terjadinya perdamaian di negeri Syam. [Al-Bidaayah wan Nihaayah juz 7, hal. 6]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar