Masuk Islam beberapa sahabat Rasulullah

MASUK ISLAMNYA BEBERAPA SHAHABAT

1. Masuk Islamnya Abu Bakar Ash-Shiddiq RA.
Abu Bakar RA. adalah seorang lelaki merdeka dan hartawan besar yang pertama kali beriman kepada Nabi Muhammad SAW dan seruannya. Dan Nabi SAW sendiri pernah bersabda :
مَا دَعَوْتُ اَحَدًا اِلىَ اْلاِسْلاَمِ اِلاَّ كَانَتْ لَهُ كَبْوَةٌ غَيْرَ اَبِى بَكْرٍ.
"Tidaklah saya mengajak seseorang kepada Islam melainkan ada padanya maju-mundurnya, kecuali Abu Bakar"
Maksudnya : Nabi SAW. ketika mengajak seseorang untuk mengikut Islam, mesti orang itu ada keraguan, kecuali Abu Bakar RA. Beliau ketika mengikut Islam adalah sudah dengan keinsyafan dan keyakinan sendiri, tidak ada rasa bimbang atau ragu sedikitpun.
Diriwayatkan : Pada suatu hari shahabat Abu Bakar RA dan Nabi SAW serta para pengikut beliau (kaum Muslimin) pergi ke masjid. Setelah mereka duduk bersama di masjid. Abu Bakar mohon idzin kepada Nabi SAW. untuk berdiri di tengah masjid dan berseru kepada kaum Musyrikin Quraisy agar supaya mereka itu sadar dan mau menerima seruan Allah dan Rasul-Nya. Di kala itu Nabi SAW. menjawab : "Kita masih sedikit, hai shahabatku ! Kita masih sedikit hai Abu Bakar !" Berkali-kali beliau mengatakan demikian kepada Abu Bakar RA.
Namun kelihatan oleh beliau bahwa Abu Bakar sangat berkeinginan hendak berdakwah. Oleh sebab itu kehendaknya yang baik itu akhirnya diizinkan oleh beliau SAW.
Kemudian Abu Bakar berdiri ditengah-tengah masjid, lantas berpidato dengan suara keras menyeru kepada kaum musyrikin Quraisy supaya mengikut seruan Allah dan Rasul-Nya, sedangkan Nabi SAW dikala itu tetap duduk bersama-sama dengan kaum Muslimin.
Setelah orang-orang musyrikin Quraisy mendengar seruan Abu Bakar tersebut, mereka lalu datang mengeroyoknya, mereka terus menerus memukulinya. Dan akhirnya Abu Bakar tidak kuat menolak dan menahan pukulan-pukulan mereka sehingga beliau jatuh.
Ketika beliau mencoba hendak melarikan diri, dengan segera beliau ditangkap oleh 'Utbah bin Rabi'ah seorang pemuka kaum musyrikin Quraisy, lalu beliau dibanting sehingga jatuh lagi, lalu diinjak-injaknya dengan sandalnya. Tiba-tiba pada saat itu datanglah sekelompok orang dari keturunan keluarga Taimy yang masih musyrik juga. Kedatangan mereka itu sengaja hendak menolong beliau. Dengan segera mereka mencegah kaum musyrikin Quraisy memukuli Abu Bakar. Lantaran itu terlepaslah beliau dari penganiayaan kaum musyrikin Quraisy yang sangat kejam itu. Kemudian beliau dibawa pulang oleh sekelompok orang dari keturunan Taimy tersebut ke rumah Abu Quhafah, ayah beliau.
Setelah itu mereka lalu kembali ke masjid untuk menemui kaum musyrikin Quraisy yang telah memukuli Abu Bakar, dan di antara mereka ada yang berkata: "Demi Allah! Jika sekiranya Abu Bakar mati terbunuh olehmu, kami harus membunuh 'Utbah sebagai balasan kami kepadamu".
Kemudian mereka kembali lagi ke rumah Abu Quhafah, untuk menengok keadaan Abu Bakar, adakah beliau sampai tewas atau tidak. Disitu mereka bercakap-cakap dengan ayah dan ibu beliau. Dan keduanya sangat berduka cita, karena melihat Abu Bakar banyak mendapat luka.
Dengan taqdir Allah tidak lama kemudian, Abu Bakar sembuh dari luka-luka itu dan beliau sehat kembali. Selama dalam keadaan sakit itu, beliau selalu menanyakan keadaan diri Nabi SAW. Maka setelah dia sehat kembali, segeralah ia bersama-sama dengan ibunya pergi ke rumah Nabi SAW karena khawatir kalau-kalau diri Nabi SAW juga dianiaya sebagaimana dia sendiri. Demikianlah cinta kasih Abu Bakar RA kepada Nabi SAW. Dan ketika Abu Bakar sampai di rumah Nabi SAW maka dipeluklah ia oleh Nabi SAW. Dan pada waktu itu juga ibunya Abu Bakar menyatakan beriman dan mengikut seruan Nabi SAW. dengan ikhlas.

2. Masuk Islamnya 'Utsman bin Affan RA.
Setelah 'Utsman bin Affan masuk Islam lalu diketahui oleh pamannya yang bernama Hakam bin Abil 'Ash bahwa beliau sudah menjadi pengikut Nabi SAW, maka beliau dipanggil oleh pamannya tersebut. Setelah berada dihadapannya, lalu ditanya : "Betulkah kamu sudah bertukar agama ? Betulkah kamu sekarang sudah mengikut agama Muhammad ?".
Petanyaan itu beliau jawab dengan tegas : "Ya, saya sudah mengikut seruan Nabi Muhammad dan memeluk agamanya".
Kemudian setelah itu 'Utsman bin Affan lalu dipasung oleh pamannya dengan kedua tangan beliau diikat dengan tali ditengkuknya, lalu beliau ditanya lagi : "Apakah kamu sekarang tidak mau lagi kepada agama orang-orang tuamu dahulu ? Apakah agama Muhammad itu lebih baik dari pada agama nenek moyangmu ? Celaka kamu! Demi Allah dan demi Al-Lata dan Al-'Uzza! Aku tidak akan melepaskan belengguku ini dari dirimu selama-lamanya, kecuali jika kamu mau meninggalkan agama Muhammad dan kembali mengikut agamamu yang lama, agama yang dipeluk oleh orang-orang tuamu dahulu !".
Beliau menjawab : "Demi Allah ! Aku tidak akan meninggalkan agama Muhammad selama-lamanya !".
Walaupun beliau berada dalam pasungan paman beliau yang kejam itu, namun beliau tetap membela keyakinan beliau dan memepertahankan keimanannya yang suci. Dan akhirnya paman beliaupun tahu bahwa beliau sangat kuat keimanannya dan sangat teguh keyakinannya. Oleh sebab itu beberapa hari kemudian beliau dilepaskan dari pasungan tadi dan dianiaya dengan cara yang lain lagi yaitu dengan diikat dan diberi asap panas oleh pamannya. Kendatipun dianiaya semacam itu, tetapi beliau tetap beriman kepada Allah dan kepada seruan Nabi SAW dengan sungguh-sungguh. Akhirnya beliau dilepaskan dari penganiayaan itu dan tidak lagi diakui sebagai anggota keluarga oleh paman beliau beserta saudara-saudaranya.

3. Masuk Islamnya Bilal bin Rabah.
Bilal bin Rabah RA semula adalah seorang budak belian Umayyah bin Khalaf, seorang pemuka bangsa Quraisy musyrikin. Setelah diketahui oleh tuannya bahwa ia sudah menjadi pengikut Nabi SAW, maka iapun dianiaya oleh tuannya dengan cara yang sangat kejam.
Lehernya diikat dengan tali yang panjang, lalu ikatan itu diberikan kepada anak-anak yang sedang bermain-main di tengah jalan untuk ditarik-tarik dan dipermainkan oleh mereka. Dan ketika ia diperlakukan sedemikian rupa di tengah jalan, ia selalu mengucapkan perkataan dengan suara nyaring :
    اَحَدٌ، اَحَدٌ، اَحَدٌ   ( Satu ! Satu ! Satu ! )
Maksudnya : "Tuhan hanya satu ! Tuhan yang sebenarnya hanya satu !".
Maksud Umayyah bin Khalaf menganiaya atas diri Bilal seperti itu tidak lain dan tidak bukan, melainkan supaya ia takut lalu kembali memeluk agamanya yang lama, yaitu menyembah berhala, tetapi sungguhpun demikian ia tidak gentar sedikitpun, dan ia tetap mengikut seruan Nabi SAW dengan setia. Oleh sebab itu, penganiayaan yang dilakukan oleh tuannya itu ditambah lagi dengan yang lebih berat, yaitu pada suatu hari lehernya diikat kuat-kuat dengan tali dan tangannya diikat, lalu dikeluarkan dari rumah dan dibawa oleh tuannya ke padang pasir yang luas pada tengah hari yang sangat panas terik.
Pada waktu itu, seandainya ada sepotong daging diletakkan di padang pasir itu, niscaya sesaat kemudian daging itu menjadi kering, karena dari sangat panasnya. Di padang pasir itu, ia ditelentangkan menatap matahari yang sangat panas, lantas di atas dadanya diletakkan sebuah batu besar, lalu tuannya berkata kepadanya : "Kamu tidak akan kulepaskan dari siksaan ini, melainkan jika kamu mau mendustakan Muhammad dan kembali mengikut agama yang dahulu, menyembah berhala Lata dan 'Uzza !". Bilal menjawab dengan tegas dan tidak gentar sedikitpun :
اَحَدٌ،  اَحَدٌ،  اَحَدٌ        ( Satu ! Satu ! Satu ! )
"Tuhan yang Maha Esa ! Tuhan yang sebenarnya itu hanya satu ! Tuhan yang sebenarnya itu Maha Esa !".
Jadi walaupun dengan siksaan yang amat berat itu, bukannya Bilal menjadi luntur imannya, tetapi malah bertambah kuat.
Dengan taqdir Allah yang Maha Esa kebetulan pada waktu itu shahabat Abu Bakar RA berjalan melalui tempat itu dan beliau melihat bahwa Bilal sedang dianiaya begitu kejam oleh tuannya. Maka beliau pun menegur Umayyah : "Hai Umayyah ! Tidakkah engkau takut kepada Tuhan yang menjadikan kamu dengan perbuatanmu menyiksa orang yang kamu anggap rendah ini ? Sampai  kapankah  keinginanmu  menyiksa orang ini ?".
Umayyah menjawab : "Kamulah yang mula-mula merusak orang ini".
Abu Bakar berkata : "Jadi, aku yang mula-mula merusak orang ini ?".
Umayyah menyahut : "Ya, orang ini adalah budakku, mengapa kamu suruh dia mengikut Muhammad ?".
Setelah Abu Bakar mendapat jawaban seperti itu, beliau sanggup mengganti harga Bilal waktu dibeli oleh Umayyah. Maka berundinglah Umayyah dengan Abu Bakar mengenai hal itu. Dan akhirnya Abu Bakar RA mengganti harga Bilal kepada Umayyah dengan tunai pada saat itu juga. Dengan demikian terlepaslah Bilal dari penganiayaan yang sangat kejam tadi, lalu dia diajak oleh Abu Bakar ke rumah beliau dengan menderita kesakitan. Pada saat itu turunlah wahyu dari Allah kepada Nabi SAW :
وَالَّيْلِ اِذَا يَغْشى، وَالنَّهَارِاِذَا تَجَلّى، وَمَا خَلَقَ الذَّكَرَ وَاْلاُنـْثى، اِنَّ سَعْيَكُمْ لَشَتّى، فَاَمَّا مَنْ اَعْطى وَاتَّقى، وَصَدَّقَ بِاْلحُسْنى، فَسَنُيَسِّرُه لِلْيُسْرى، وَاَماَّ مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنى، وَكَذَّبَ بِاْلحُسْنى، فَسَنُيَسِّرُه لِلْعُسْرى، وَمَا يُغْنِى عَنْهُ مَالُه اِذَا تَرَدّى، اِنَّ عَلَيْنَا لَلْهُدى، وَاِنَّ لَنَا لَلاخِرَةَ وَاْلاُوْلى، فَاَنْذَرْتُكُمْ نَارًا تَلَظّى، لاَ يَصْلـهَا اِلاَّ اْلاَشْقى، اَلَّذِى كَذَّبَ وَتَوَلىّ، وَسَيُجَنَّبُهَا اْلاَتْـقى، اَلَّذِى يُؤْتى مَالَه يَتَزَكّى، وَمَا ِلاَحَدٍ عِنْدَه مِنْ نِّعْمَةٍ تُجْزى، اِلاَّ ابْتِغَآءَ وَجْهِ رَبِّهِ اْلاَعْلى، وَلَسَوْفَ يَرْضى.الليل:1-21
Demi malam, apabila menutupi (cahaya siang), dan siang apabila terang benderang, dan penciptaan laki-laki dan perempuan, sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda. Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertaqwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa. Sesungguhnya kewajiban Kami-lah memberi petunjuk, dan sesungguhnya kepunyaan Kami-lah akhirat dan dunia. Maka, Kami memperingatkan kamu dengan neraka yang menyala-nyala. Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka, yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman). Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling taqwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridlaan Tuhannya Yang Maha Tinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan. [Al-Lail : 1 - 21].
Setelah dalam perawatan Abu Bakar RA, Bilal segera sembuh dari sakit yang disebabkan penganiayaan tadi dan sehat kembali. Akhirnya Bilal bin Rabah dimerdekakan oleh beliau. Selanjutnya ia tetap menjadi pengikut Nabi SAW serta pemeluk Islam yang setia.

4.  Masuk Islamnya Zubair bin 'Awwam.
Setelah Zubair bin 'Awwam diketahui oleh pamannya bahwa beliau sudah mengikut seruan Nabi SAW (memeluk Islam), beliaupun lalu dipanggil oleh pamannya. Setelah beliau menghadap, beliau ditanya : "Apakah kamu sekarang sudah mengikut agama Muhammad ? Sudah tidak maukah kamu kepada agama nenek moyangmu dahulu ? Apa kamu sudah menjadi orang yang hina ?".
Lalu beliau menjawab dengan tegas : "Saya mengikut agama Allah ! Saya mengikut agama Allah !".
Oleh sebab itu beliau lalu diikat dan diberi asap panas oleh pamannya. Selama dianiaya begitu beliau selalu ditanya oleh paman beliau : "Maukah kamu mendustakan Muhammad dan kembali ikut agamamu dahulu ? Selama kamu belum mau mengikut dan memeluk agamamu yang lama, selama itu pula kamu tidak akan kulepaskan dari ikatan dan penganiayaan ini".
Beliau menjawab dengan tegas dan ikhlas : "Aku tidak akan mendustakan seruan Muhammad; aku memeluk agama Allah dan tidak akan mengikut agamamu".
Setelah beberapa hari, akhirnya beliau dilepaskan oleh pamannya. Dan sejak saat itu beliau tidak lagi diakui sebagai anggota keluarga oleh pamannya dan oleh anggota keluarga yang lain sebagaimana shahabat 'Ustman bin 'Affan RA.

5.  Masuk Islamnya Abu Fakihah
Shahabat Abu Fakihah adalah seorang lelaki budak belian Shafwan bin Umayyah, seorang kepala bangsa Quraisy Musyrikin. Setelah tuannya mengetahui bahwa ia telah menjadi pengikut Nabi SAW maka dia pun disiksa oleh tuannya.
Pada suatu hari ia dikeluarkan dari rumah dengan dibelenggu tangan dan lehernya oleh tuannya, lantas dibawa ke padang pasir diwaktu siang hari sedang panas terik. Di sana ia ditelentangkan oleh tuannya menghadap ke atas, lantas sebuah batu besar diletakkan di atas perutnya. Dari besarnya batu itu dan dari panasnya pada waktu itu, seingga nafasnya terengah-engah dan lidahnya terjulur.
Pada saat itu Umayyah bin Khalaf (pamannya Shafwan bin Umayyah) datang melihatnya, dan setelah dilihatnya keadaan Abu Fakihah seperti itu, ia berkata kepada keponakannya : "Shafwan ! Tambahilah siksaannya sehingga datang Muhammad kemari, biarlah Muhammad nanti yang melepaskannya !".
Dengan taqdir Allah, tiba-tiba shahabat Abu Bakar datang ke tempat itu. Setelah beliau melihat bahwa Abu Fakihah (seorang Muslim) sedang disiksa begitu kejam oleh tuannya, dengan segera beliau menyatakan sanggup menebus Abu Fakihah dengan harga ketika dibeli oleh Shafwan. Setelah Shafwan menerima tebusan itu, maka dengan segera dilepaskanlah ia dari penganiayaan yang seganas itu. Dan setelah Abu Fakihah menjadi hak milik Shahabat Abu Bakar RA, maka beberapa hari kemudian, ia dimerdekakan oleh beliau. Selanjutnya ia tetap menjadi seorang pemeluk Islam yang sesungguhnya !

6.  Masuk Islamnya 'Ammar bin Yasir, Bapaknya, Ibunya dan Saudaranya laki-laki
Shahabat 'Ammar bin Yasir, bapaknya (Yasir) dan ibunya (Sumayyah), serta saudaranya laki-laki (Anis), mereka itu adalah budak belian milik 'Amr bin Hisyam (Abu Jahal). Setelah diketahui oleh tuannya dan oleh para pemuka musyrikin Quraisy, bahwa mereka itu sudah mengikut seruan Nabi SAW, lalu mereka disiksa dengan kejam dan ganas oleh tuannya (Abu Jahal) dan kawan-kawannya.
Mereka itu dipanggang di atas api yang menyala. Dari sangat hebatnya dan ganasnya siksaan itu, maka Nabi SAW datang melihatnya untuk menyaksikan dengan mata kepala sendiri, bahwa mereka sedang disiksa dan dipanggang. Pada waktu itu, Nabi SAW bersabda :
صَبْرًا يَا آلَ يَاسِرٍ ! صَبْرًا يَا آلَ يَاسِرٍ ! فَاِنَّ مَوْعِدَكُمُ اْلجَـنَّــةُ!
"Shabarlah hai keluarga Yasir ! Shabarlah hai keluarga Yasir ! Karena sesungguhnya yang dijanjikan kepadamu sekalian adalah surga".
Kemudian beliau berdo'a kepada Allah :
اَللّهُمَّ اغْفِرْ ِلآلِ يَاسِرٍ !
"Ya Allah, ampunilah keluarga Yasir !".
Oleh karena mereka itu terus menerus dipanggang dengan api yang menyala-nyala, maka tidak beberapa lama kemudian matilah shahabat Yasir, setelah itu menyusullah Anis (saudaranya 'Ammar), sedang Sumayyah, ibunya 'Ammar, sebelum sampai mati ia dilepaskan dan diangkat dari siksaan yang amat kejam itu. Tetapi 'Ammar masih terus disiksa di atas api yang bernyala-nyala tadi. Oleh sebab itu Nabi SAW lalu bersabda :
يَا نَارُ كُوْنــِى بَرْدًا وَسَلاَمًا عَلَى عَمَّارٍ كَمَا كُــنْتِ عَلَى اِبْرَاهِيْمَ !
"Hai api ! Jadilah kamu dingin dan selamat, sebagaimana keadaan kamu dahulu atas Nabi Ibrahim".
Adapun ibunya 'Ammar, yaitu Sumayyah, setelah dilepaskan dari panggangan api tersebut, lalu ditanya lagi oleh Abu Jahal : "Maukah kamu kembali kepada agamamu yang lama dan mendustakan Muhammad ?"
Pertanyaan ini dijawabnya dengan tegas serta ikhlas : "Saya tetap mengikut Nabi Muhammad SAW, dan saya tetap beriman sungguh-sungguh kepadanya".
Abu Jahal berkata : "Ya, sudah tentu kamu mengikut Muhammad, karena kamu cinta kepadanya dan kepada kebagusan rupanya".
Kemudian Abu Jahal dan para pemuka Quraisy, mengikatnya dan ditelanjanginya bulat-bulat, lalu dibawa ke padang pasir, dan di sana kemaluannya ditusuk dengan senjata tajam hingga terbelah. Maka seketika itu juga meninggal dalam keadaan yang sangat mengerikan bagi orang yang punya perikemanusiaan !
Adapun 'Ammar, setelah disiksa dengan panggangan api itu, lalu dia dianiaya dengan cara yang lain lagi, oleh Abu Jahal dan kawan-kawannya, yaitu dengan memaksanya memakai baju besi diwaktu hari sedang panas terik. Oleh karena tak tertahankan lagi maka ia pun pura-pura mau kembali memeluk agamanya yang lama, dan menuruti apa yang menjadi kehendak Abu Jahal. Tetapi di dalam hati ia tetap mengikut seruan Nabi SAW dan sungguh-sungguh beriman kepadanya. Maka setelah kelihatan dia mau kembali mengikut agamanya yang lama, dilepaskanlah ia dari penganiayaan yang sangat berat tadi oleh Abu Jahal.
Para shahabat Nabi SAW sangat terperanjat setelah mendengar berita keadaan shahabat 'Ammar itu. Sebagian dari mereka menyangka bahwa 'Ammar telah kembali memeluk agamanya yang lama, menjadi musyrik lagi, menyembah berhala lagi. Sebab itu di antara mereka ada yang menyampaikan hal itu kepada Nabi SAW. Karena mereka mengira bahwa Nabi SAW belum mendengar tentang hal 'Ammar tersebut. Padahal sesungguhnya Nabi SAW telah mendengarnya lebih dulu. Lantaran itu kepada siapa yang mengatakan bahwa 'Ammar telah murtad, kembali menjadi musyrik atau kafir lagi dan sebagainya beliau bersabda :

عَمَّارُ خَلَّطَ اللهُ اْلاِْيمَان مَا بَيْن قَرْنـِهِ اِلى قَدَمِهِ ! وَخَلَّطَ اللهُ اْلاِْيمَان بِلَحْمِهِ وَدَمِهِ !
"'Ammar itu Allah telah mencampur imannya di antara ujung kepalanya, sampai ujung kakinya dan Allah telah mencampur imannya dengan daging dan darahnya".
Jadi walaupun banyak dari orang-orang Islam pada waktu itu menyangka bahwa 'Ammar sudah musyrik lagi, telah murtad, menjadi kafir lagi dan sebagainya, tetapi Nabi SAW menetapkan dengan tegas bahwa ia adalah tetap seorang yang beriman kepada seruannya dengan sungguh-sungguh, karena Nabi SAW sudah menerima wahyu dari Allah SWT sebagaimana dalam QS. An-Nahl : 106.

مَن كــَفَرَ بِاللهِ مِن بَعْدِ اِيـْـمَانِه اِلاَّ مَن اُكْرِهَ وَقَلْبُه مُطْمَئِن بِاْلاِْيمَان وَلكِن مَن شَرَحَ بِاْلكُـفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِّن اللهِ وَلَـهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ. النحل:106
"Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman, akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya adzab yang besar" [ An-Nahl : 106 ]
Selanjutnya 'Ammar bin Yasir tetap menjadi orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya sampai akhir hayat.

7.  Masuk Islamnya Shahabat 'Amir bin Fuhairah dan Saudara Perempuannya.
'Amir bin Fuhairah, adalah seorang budak belian seorang musyrik bangsa Quraisy. Setelah diketahui oleh tuannya bahwa ia telah mengikut seruan Nabi SAW, kemudian ia dianiaya dengan kejam dan ganas oleh tuannya.
Kemudian ia dibeli oleh Abu Bakar RA dan dimerdekakan karena Allah semata.
Adapun saudara perempuannya, ketika itu adalah budak belian 'Umar bin Khaththab, yang pada waktu itu beliau belum masuk Islam. Maka dari itu setelah diketahui oleh tuannya ('Umar bin Khaththab), bahwa ia telah mengikut seruan Nabi SAW, ia pun dianiaya. Tetapi sebelum penganiayaan yang ditimpakan atas dirinya itu menjadikan tewasnya, datanglah Abu Bakar ke rumah 'Umar, dan beliau sanggup mengganti atau menebusnya dengan harga ketika dibeli oleh 'Umar. Maka 'Umar pun mau menerima tebusan itu dan seketika itu juga ia dilepaskan dari penganiayaan tersebut, maka ia menjadi miliknya Abu Bakar. Dan beberapa hari kemudian, ia dimerdekakan oleh Abu Bakar karena Allah semata.
8.  Masuk Islamnya Hamamah, ibunya Bilal bin Rabah
Hamamah ialah ibunya Bilal bin Rabah, dan ia adalah seorang budak belian seorang bangsa Quraisy musyrik, setelah ketahuan oleh tuannya bahwa ia telah mengikut seruan Nabi SAW, lalu dianiaya dengan kejam oleh tuannya, yang akhirnya ditebus (diganti) harganya oleh Abu Bakar RA menurut harga ketika dibeli oleh tuannya. Kemudian setelah ia mengikut Abu Bakar, beberapa hari kemudian ia dimerdekakan karena Allah.

9.  Masuk Islamnya Ummu 'Unais dan Anaknya Perempuan
Ummu 'Unais adalah seorang perempuan yang menjadi budak belian Aswad bin Abdi Jaghuts, seorang pemuka musyrikin Quraisy. Setelah diketahui oleh tuannya bahwa ia telah menjadi pengikut seruan Nabi SAW, maka ia dianiaya. Kemudian dengan taqdir Allah, ketika ia sedang dianiaya dan disiksa oleh tuannya, tiba-tiba datanglah shahabat Abu Bakar RA. Dan beliau lalu menebusnya seharga ketika ia dibeli oleh tuannya. Maka setelah Aswad bin Abdi Jaghuts menerima tebusan itu, seketika itu juga ia dilepaskan dari penganiayaan dan menjadi milik Abu Bakar. Beberapa hari kemudian ia dimerdekakan dan selanjutnya ia tetap menjadi seorang Islam yang sungguh-sungguh.
Adapun anaknya perempuan yang bernama Lathifah, pada waktu itu adalah budak belian dari Walid bin Mughirah. Tetapi sebelum terjadi penganiayaan oleh tuannya, ia dibeli oleh shahabat Abu Bakar dengan harga ketika ia dibeli oleh Walid. Maka setelah ia menjadi hak milik shahabat Abu Bakar, tidak lama kemudian dimerdekakan karena Allah semata.

10. Masuk Islamnya Nahdiyah dan anak perempuannya
Nahdiyah adalah seorang perempuan yang menjadi budak belian Walid bin Mughirah. Begitu juga anaknya perempuan. Kedua-duanya, sesudah diketahui oleh tuannya mengikut seruan Nabi SAW (memeluk Islam), lalu dianiaya dengan kejam. Tetapi dengan taqdir Allah, sebelum kedua-duanya sampai mati, datanglah shahabat Abu Bakar RA kepada Walid untuk menebus (mengganti) mereka dengan harga ketika dibeli oleh Walid. Maka seketika itu juga mereka dilepaskan dari penganiayaan tuannya dan menjadi hak milik shahabat Abu Bakar, dan akhirnya dimerdekakan karena Allah. Selanjutnya mereka berdua menjadi pengikut Islam yang setia !

11. Masuk Islamnya Labibah
Labibah adalah seorang perempuan budak belian 'Umar bin Khaththab (sebelum masuk Islam). Setelah ia diketahui telah mengikut seruan Nabi SAW (memeluk Islam), maka ia dianiaya dan disiksa oleh 'Umar.
Tatkala 'Umar bin Khaththab sedang menyiksa budak perempuan itu, tiba-tiba shahabat Abu Bakar RA lewat ditempat itu, dan ketika itu 'Umar berkata kepadanya : "Aku tidak akan membiarkan kamu, kecuali kalau aku sudah jemu !".
Ketika itu Labibah menjawab dengan tangkas : "Demikian juga Allah akan berbuat kepadamu, jika engkau tidak ikut Islam". Dan 'Umar terus-menerus memukuli dia sampai jemu.
Akhirnya Labibah dibeli oleh Abu Bakar RA dengan harga menurut kehendak 'Umar; kemudian dimerdekakan karena Allah semata.

16. Masuk Islamnya Khalid bin Sa'id.
Khalid bin Sa'id adalah seorang pemuda dari bangsa Quraisy. Setelah diketahui oleh ayahnya bahwa ia telah mengikut seruan Nabi SAW, ia pun dipanggil dan ditanyai oleh ayahnya : "Apakah kamu sudah mengikut kepada Muhammad ? Tidakkah kamu ketahui bahwa orang banyak tidak mau mengikut kepadanya karena ia selalu mencela berhala-berhala mereka dan membodoh-bodohkan orang-orang pandai mereka ?".
Khalid menjawab : "Demi Allah ! Saya telah mengikut kepada seruan Nabi Muhammad, dan saya sungguh-sungguh percaya kepadanya".
Setelah mendengar jawaban yang demikian itu, bapaknya sangat marah kepadanya, dan ia pun diusir dengan kekerasan. "Pergilah kamu dari rumahku, jangan kamu ikut aku lagi dan aku tidak akan memberi makan kepadamu untuk selama-lamanya !"
Khalid menjawab, "Kalau ayah tidak mau memberi makan kepadaku, maka Tuhan-lah yang akan memberi penghidupan kepadaku".
Lalu ia dianiaya dengan kejam dan tidak diberi makan oleh ayahnya sampai beberapa hari. Kemudian ia keluar dari rumah bapaknya.
Selanjutnya ia tetap mengikut Nabi SAW, dan makan minum bersama Nabi, pergi bersama Nabi dan tidur di rumah Nabi, hingga ayahnya meninggal.

17. Masuk Islamnya Abu Dzarr Al-Ghifari
Abu Dzarr itu namanya yang asli ialah Jundab bin Junadah, dan ia adalah seorang kepala kabilah banu Ghifar. Kabilah ini letaknya disatu tempat yang jauhnya dari Makkah perjalanan kurang lebih 30 hari. Pada waktu itu ia mendengar berita bahwa di kota Makkah ada seorang laki-laki dari keturunan Quraisy yang mengaku menjadi Nabi serta Rasul Allah, maka ia pun mengutus saudara laki-lakinya (adiknya) yang bernama Anis, untuk pergi ke Makkah menyatakan betul atau tidaknya berita itu.
Ia berkata kepada adiknya : "Pergilah kamu ke lembah (kota Makkah) dengan kendaraan onta ini, setelah sampai di sana hendaklah kamu datang kepada orang yang mengaku menjadi Nabi serta Rasul Allah serta menerima wahyu dari langit. Kemudian dengarkanlah semua apa yang dikatakannya dan catatlah baik-baik ! Setelah itu, hendaklah kamu lekas kembali pulang kemari, dan beritakanlah kepadaku apa perkataan-perkataan dan pelajaran-pelajarannya !".
Adiknya lalu berangkat dengan berkendaraan onta ke kota tersebut. Setelah tiba di sana dengan selamat, ia lalu mencari rumah kediaman Nabi SAW. Setelah ia mengetahuinya, maka dengan sembunyi-sembunyi ia datang menghadap Nabi SAW lantas mendengarkan dengan sungguh-sungguh apa-apa yang diajarkan oleh Nabi SAW kepada pengikutnya.
Beberapa hari kemudian ia pulang kembali, lalu ia laporkan kepada Abu Dzarr, tentang apa-apa yang sudah dilihatnya dan didengarnya dari Nabi SAW. Antara lain ia menuturkan : "Saya melihat bahwa dia selalu menyuruh kepada orang-orang yang menjadi pengikutnya supaya mengerjakan pekerjaan yang baik dan menjauhi pekerjaan-pekerjaan yang jahat, dan supaya masing-masing berbudi pekerti luhur. Tambahan lagi saya mendengar darinya perkataan-perkataan/ucapan-ucapan yang susunannya sangat mengherankan. Perkataan-perkataan itu seperti syi'ir, tetapi bukan syi'ir".
Setelah menerima laporan-laporan yang sedemikian itu, Abu Dzarr berkata kepada adiknya : "Kamu tidak dapat memuaskan apa yang menjadi kehendakku. Baiklah sekarang aku pergi sendiri ke sana. Aku hendak bertemu sendiri dengan dia".
Akhirnya Abu Dzarr pergi sendiri ke Makkah untuk bertemu dengan Nabi SAW.
Pada hari pertama, ia belum dapat bertemu dengan Nabi, ia takut menanyakan nama beliau kepada orang lain, karena khawatir kalau-kalau orang yang akan ditanya itu adalah orang yang memusuhi beliau. Kemudian untuk mencari Nabi SAW, pada malam harinya ia tidur di masjid. Namun hingga pagi hari ia belum dapat bertemu dengan Nabi, karena ia tetap tidak mau menanyakan nama beliau kepada orang lain, dan ia tetap mencari sendiri di masjid. Demikianlah hingga hari yang ketiga. Selama itu ia diketahui oleh shahabat 'Ali RA. dengan cara sembunyi-sembunyi. Dan Ali mengerti, bahwa ia adalah seorang dari luar daerah. Setelah hari ketiga, shahabat Ali bertanya kepadanya : "Hai saudara ! Sudilah kiranya saudara memperkenalkan diri kepadaku, dari manakah asal negeri saudara ? Karena saya mengerti bahwa saudara bukanlah orang sini. Dan apa maksud saudara datang ke mari, karena saya lihat agaknya saudara datang ke mari dengan suatu maksud tertentu. Cobalah saudara terangkan kepadaku !".
Maka Abu Dzarr menjawab : "Saudara, kalau saudara mau berjanji dengan sumpah lebih dulu kepada saya, saya sanggup menerangkan apa yang menjadi pertanyaan saudara ! Maukah saudara berjanji begitu ?".
Shahabat Ali dengan tulus ikhlas menyanggupi yang diinginkan oleh Abu Dzarr, ialah mengadakan perjanjian dengan sumpah kepadanya. Oleh sebab itu Abu Dzarr lalu menerangkan asal negerinya, namanya dan maksud kedatangannya ke kota Makkah. Setelah itu shahabat Ali dengan jujur berkata kepadanya : "Ya, betul. Muhammad itu adalah seorang Nabi dan Rasul Allah. Maka jika saudara hendak bertemu dengan beliau, baiklah nanti berjalan bersama dengan saya. Tetapi oleh karena saya mengantarkan diri saudara, maka sebaiknya kalau nanti di tengah jalan saudara menghadapi halangan, saya akan berbuat pura-pura tidak kenal dengan saudara, dan jika saya terus berjalan dengan tidak ada rintangan, hendaklah saudara terus mengikuti saya, sampai saya masuk ke rumah yang saya masuki tetaplah saudara mengikuti saya".
Abu Dzarr menjawab : "Ya. Baiklah !".
Kemudian, Ali RA. berjalan dan Abu Dzarr mengikutinya dibelakang sampai ke rumah Nabi SAW dengan selamat. Setelah ia dapat bertemu dengan Nabi SAW, segeralah ia percaya dan masuk Islam.
Selanjutnya Abu Dzarr mendapat perintah dari Nabi SAW :
اِرْجِعْ اِلَى قَوْمِكَ فَأَخْبِرْهُمْ حَتَّى يَأْتِيَكَ اَمْرِى !
"Pulanglah engkau pada kaummu. Lalu beritakan kepada mereka sehingga datang perintahku kepadamu !".
Pada waktu itu Abu Dzarr berkata dihadapan Nabi SAW : "Demi Tuhan yang diriku ada di tangan-Nya, saya ingin menyatakan secara terang-terangan di muka orang-orang musyrikin Quraisy, dan saya hendak berseru ditengah-tengah masjid, agar didengar oleh mereka !".
Kemudian keesokan harinya ia datang ke masjid, dan ditengah masjid ia berdiri dan berseru dengan suara sekeras-kerasnya, mengucapkan :
اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu adalah hamba-Nya dan utusan-Nya.
Ia mengucapkan demikian berkali-kali.
Setelah orang-orang Musyrikin Quraisy mendengar suaranya itu, mereka datang berduyun-duyun ke masjid, dan segera mengeroyok dan memukulinya dengan sekeras-kerasnya, sehingga Abu Dzarr jatuh.
Kemudian datanglah Abbas bin Abdul Muththalib untuk mengurus dan menolongnya. Ia dipeluk oleh Abbas, dan Abbas berkata kepada mereka itu :"Celakalah kamu ! Apakah kamu tidak mengerti bahwa ini adalah seorang dari qabilah Banu Ghifar, padahal kamu tahu bahwa qabilah itu adalah suatu qabilah yang letaknya mesti kamu lalui setiap kalian bepergian menuju ke Syam ?".
Pada hari berikutnya Abu Dzarr datang lagi ke masjid, ditengah masjid lalu bersuara dengan sekeras-kerasnya, membaca syahadat seperti kemarin. Maka ia dikeroyok lagi dan dihujani pukulan oleh kaum Musyrikin Quraisy, lalu ia ditolong lagi oleh Abbas.
Kemudian pada keesokan harinya ia berangkat pulang ke qabilah Ghifar, setelah ia sampai pada kaumnya, lalu menyeru ahli familinya dan kaumnya. Dengan segera adiknya yang bernama Anis serta ibunya mengikut kepada seruannya, dan beberapa hari kemudian separuh dari kaumnya mengikuti seruannya !
Demikianlah riwayat masuk Islamnya Abu Dzarr Al-Ghifari.

18. Masuk Islamnya Hamzah bin Abdul Muththalib
Hamzah itu adalah seorang putera Abdul Muththalib. Jadi ia adalah saudara laki-laki (adik) dari Abdullah (ayah Nabi SAW). Tetapi dari lain ibu. Karena Abdullah dari ibu yang bernama Fathimah, sedang Hamzah dari ibu yang bernama Halah. Kedua ibu itu dari keturunan Quraisy juga. Sebab itu ia termasuk salah seorang dari paman Nabi SAW yang paling muda.
Pada suatu hari Hamzah pergi berburu, karena memang ia adalah seorang Quraisy yang gemar berburu. Pada waktu ia kembali dari berburu, tiba-tiba ditengah jalan ia bertemu dengan seorang budak perempuan, bernama Salma. Ia adalah budaknya Shafiyah binti Abdul Muththalib (saudara perempuan Hamzah) yang pada waktu itu Shafiyah sudah masuk Islam.
Budak perempuan itu memanggil Hamzah dan berkata : "Ya, Abu 'Amarah (sebutan bagi shahabat Hamzah) ! Jika tadi engkau mengetahui Abul-Hakam (Abu Jahal) menganiaya anak saudara tuan, pasti tuan sangat marah kepadanya".
Mendengar laporan Salma itu Hamzah terkejut. Lalu bertanya : "Siapa yang dianiaya oleh Abul-Hakam ?".
Salma menjawab : "Tidak lain dan tidak bukan, adalah Muhammad".
Kemudian Salma menerangkan : "Tadi, Muhammad sedang duduk seorang diri di kaki gunung Shafa. Tiba-tiba Abul Hakam datang ke tempat itu, lantas mencaci maki dan menghina Muhammad. Tetapi Muhammad hanya diam saja. Lantas Abul Hakam mengambil pasir dan melempari Muhammad, Muhammad masih diam saja. Setelah itu Abul Hakam mengambil kotoran binatang lalu dilemparkannya kepada Muhammad, namun Muhammad masih tetap duduk dan diam, sedikitpun tidak mempedulikan perbuatan-perbuatan Abul Hakam ! Kemudian Muhammad dipegang dan dibanting oleh Abul Hakam  sehingga jatuh, lalu kepalanya diinjak-injak sekehendaknya oleh Abul Hakam. Ketika itu saya sendiri tidak sampai hati melihatnya, dan amat kasihan kepadanya, itulah sebabnya maka saya sampaikan kepada tuan".
Setelah Hamzah menerima laporan demikian itu, lalu ia berangkat ke masjid mencari Abu Jahal, kalau-kalau ia sedang ada di sana.
Dengan sangat marah dan dengan muka merah-padam dengan memegang panahnya yang baru saja dipergunakan untuk berburu, ia masuk ke masjid. Dan kebetulan waktu itu Abu Jahal sedang duduk di masjid dihadapan para pemuka dan ketua musyrikin quraisy sedang menceriterakan perbuatannya yang baru saja dikerjakan atas diri Nabi SAW. Maka segera Hamzah  mendekatinya, dan dengan tidak berkata sepatah katapun, ia mencabut panahnya dan terus diletakkannya di atas kepala Abu Jahal, lantas berkata kepadanya : "Betulkah engkau tadi mencaci maki dan menganiaya diri Muhammad ? Aku sekarang sudah menjadi pengikutnya. Maka jika engkau berani kepada Muhammad, katakanlah sekarang kepadaku aku tidak akan takut kepadamu. Katakanlah sekarang kepadaku !".
Abu Jahal menjawab dengan suara perlahan dan dengan gemetar sambil menunduk, seperti orang ketakutan, karena ia memang takut akan panah yang diletakkan di atas kepalanya, katanya : "Muhamamd itu terlalu. Mengapa ia sangat berani membodoh-bodohkan orang-orang pandai kita, mengatakan bahwa orang-orang tua kita, nenek moyang kita dan para leluhur kita itu sesat, sangat menghina barang yang kita puja dan kita muliakan selama-lamanya, menyalahi agama kita, memecah belah golongan kita dan memutuskan persaudaraan kita keluarga Quraisy".
Hamzah berkata : "Siapakah yang lebih bodoh selain dari engkau dan orang-orang sepertimu ? Apa hasilnya selama engkau memuja batu-batu dan memuliakan selain Allah yang nyata-nyata adalah Tuhan yang menjadikan ? Demi Allah ! Sungguh aku bersaksi bahwa Tidak ada Tuhan melainkan Allah; dan aku mengakui bahwasanya Muhammad itu Nabi serta Utusan Allah !".
Bersamaan dengan itu Hamzah menusukkan panah tadi pada kepala Abu Jahal hingga luka, kepala dan mukanya berlumuran darah. Saat itu seorang kawan Abu Jahal yang ada di situ hendak membela Abu Jahal sambil berkata : "Hai Hamzah ! Engkau sangat celaka ! Sekarang engkau sudah berani meninggalkan agama nenek moyang dan leluhurmu !".
Hamzah menjawab : "Siapa yang hendak melarang aku jika aku memeluk agama Muhammad ? Aku telah mendapat kenyataan bahwa Muhammad itu Nabi dan Rasul Allah dan segala apa yang diucapkan oleh Muhamad, aku percaya bahwa ia pasti benar. Demi Allah ! Aku tidak akan takut jika kamu hendak mencegah aku memeluk agama Muhammad !".
Lalu Abu Jahal berkata kepada kawan-kawannya : "Sudahlah ! Biarkanlah Hamzah itu ! Sudah, diam ! Jangan berbicara dengan Hamzah ! Orang yang sudah berganti agama, tidak usah diajak bicara lebih panjang ! Lebih baik sekarang kita pulang saja !".
Kemudian Abu Jahal pulang bersama-sama dengan kawan-kawannya, dan Hamzah pun pulang kerumahnya.
Pada keesokan harinya Hamzah pergi ke rumah Nabi SAW. Setelah bertemu dengan pribadi Nabi SAW lalu ia tuturkan apa yang telah diperbuatnya kemarin dan apa yang sedang dirasakan dihatinya. Setelah Nabi SAW mendengar perkataan-perkataan pamannya yang paling muda itu, dengan sangat gembira beliau memberikan sambutan dengan membacakan ayat Firman Allah (Al-Qur'an) dihadapannya dan ia mendengarkannya dengan sangat tenang dan dengan perasaan terharu dan kagum. Setelah Nabi SAW membacakan ayat-ayat itu, lalu Hamzah berkata kepada Nabi SAW :

اَشْهَدُ اَنــَّكَ لَصَادِقٌ. فَأَظْهِرْ دِيْنَكَ يَا ابـْنَ اَخِى!
Aku bersaksi bahwasanya engkau sungguh benar, maka tampakkanlah agamamu, hai anak saudaraku !.
Pada saat itu Nabi SAW sangat bersyukur kepada Allah SWT. atas Islamnya pamannya itu. Sebab pada waktu itu ia sedang menjadi pemuka dari pemuda-pemuda Quraisy di Makkah, lagi berpengaruh kepada umum. Belum ada seorang yang menandingi kegagahan dan keberaniannya. Walaupun Abu Jahal itu termasuk seorang yang gagah berani, tetapi ia sangat takut dan tunduk kepada Hamzah.
Dan kenyataannya memang benar Hamzah beberapa tahun kemudian menjadi seorang di antara tentara Allah yang disamping Nabi SAW dalam masa peperangan untuk membela dan mempertahankan agama Allah.
Maka dapatlah dikatakan, bahwa dengan Islamnya Hamzah ini, Nabi SAW mendapat kekuatan yang sangat besar artinya, dan makin bertambahlah bilangan orang yang mengikut seruan Nabi SAW.
Sehubungan dengan itu, para ketua dan kepala musyrikin Quraisy semakin bertambah gelap mata dan kehilangan fikiran dalam membendung dan menghalangi seruan Nabi SAW. Segala macam upaya yang berupa ancaman, penganiayaan dan siksa yang mereka lakukan atas sebagian besar para pengikut Nabi SAW, tidak satupun yang dapat menghambat bertambahnya bilangan orang yang mengikut Islam, dan tidak ada satupun yang berhasil untuk menghalang-halangi orang yang akan beriman kepada Allah dan melakukan ibadat kepadanya !


12. Masuk Islamnya Zunairah
Zunairah, adalah seorang perempuan yang menjadi budak belian Abu Jahal. Setelah diketahui oleh tuannya bahwa ia telah mengikut seruan Nabi SAW dan masuk Islam, ia dianiaya dan disiksa oleh Abu Jahal dengan cara yang sangat kejam. Meskipun demikian dia sangat kuat pendiriannya dan kokoh tauhidnya kepada Allah. Dan Abu Jahal mendatangkan para pemuka Quraisy musyrikin, lalu Abu Jahal berkata kepada Zunairah : "Betulkah kamu sekarang telah mengikut seruan Muhammad yang celaka itu ?".
Ia menjawab dengan tegas : "Ya, saya betul-betul mengikut seruan Nabi Muhammad, saya percaya kepada seruannya dan saya benar-benar mengikut pimpinannya !".
Abu Jahal berkata kepada kawan-kawannya : "Hai kawan-kawan Quraisy ! Adakah engkau mengikut apa-apa yang didatangkan oleh Muhammad ?".
Mereka menyahut : "Tidak ! sekali-kali kami tidak akan mengikut Muhammad orang celaka itu !".
Abu Jahal berkata lagi : "Seandainya apa-apa yang didatangkan oleh Muhammad itu benar lagi baik, tentunya kita lebih dulu mengikut kepadanya daripada Zunairah itu, bukannya dia yang terlebih dulu mendapat petunjuk daripada kita ?".
Kemudian Zunairah dipukul lagi dengan sekeras-kerasnya, dan setiap hari ia selalu dipukuli, hingga matanya menjadi buta. Setelah matanya buta, Abu Jahal dan kawan-kawannya berkata kepadanya : "Kamu menjadi buta itu tidak lain karena kamu dimurkai oleh Al-Lata dan Al-'Uzza !".
Perkataan itu dijawab oleh Zunairah : "Mereka berdusta ! Al-Lata dan Al-'Uzza tidak akan bisa memberi madlarat dan tidak pula memberi manfaat kepada kita !".
Kemudian Abu Jahal berkata : "Zunairah ! Ingatlah kamu kepada Al-Lata dan Al-'Uzza ! Karena dialah berhala-berhala nenek moyangmu dahulu ! Tidakkah kamu takut kepadanya, kalau ia nanti murka kepadamu ? Engkau sekarang telah buta itu tidak lain karena engkau sudah sekian hari tidak pernah melihat dan memuja Al-Lata dan Al-'Uzza. Ingatlah hai Zunairah, jangan kamu terus menerus mengikut Muhammad !".
Zunairah menjawab : "Berhala-berhala Lata dan 'Uzza itulah yang lebih buta daripada saya. Apa gunanya kedua berhala itu engkau puja dan aku disuruh memujanya ? Aku sekarang menjadi buta ini ialah suatu perkara dari Tuhan-ku sendiri yang menjadikan aku dan kamu semua. Dan Tuhan-ku lebih kuasa menjadikan aku dapat melihat kembali dan awas lagi seperti semula, sebab Dialah yang menciptakan aku".
Kemudian pada malam harinya, Allah SWT menyembuhkan kebutaan Zunairah dan ia kembali dapat melihat seperti semula. Dan pada pagi harinya ketika Abu Jahal dan kawan-kawannya menengoknya, mereka terperanjat melihat Zunairah telah dapat melihat dan awas kembali. Kemudian mereka berkata : "Ini dari sihir Muhammad ! itulah sihir Muhammad !".
Dan Zunairah masih terus menerus dianiaya oleh Abu Jahal, sehingga ia dibeli oleh Abu Bakar, dan beberapa hari kemudian Abu Bakar memerdekakannya karena Allah semata.
Dan pada waktu itu Nabi SAW menerima wahyu dari Allah :

وَقَالَ الَّذِيـْنَ كَـفَرُوْا لِلَّذِيـْنَ امَنُوْا لَوْ كَانَ خَيْرًا مَّا سَبَقُوْنَـآ اِلَـيْهِ وَ اِذْ لَمْ يَـهْتَدُوْا بِه فَسَيَـقُوْلُـوْنَ هذَآ اِفْكٌ قَدِيـْمٌ. الاحقاف:11
Dan orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman : "Kalau sekiranya Al-Qur'an suatu yang baik, tentulah mereka tiada mendahului kami (beriman) kepadanya". Dan karena mereka tidak mendapat petunjuk dengannya maka mereka berkata : "Ini adalah dusta yang lama" [Al-Ahqaaf : 11]

13. Masuk Islamnya Khabbab bin Al-Aratt.
Shahabat Khabbab bin Al-Aratt, ialah seorang tukang besi, dan ketika itu menjadi budak belian seorang perempuan bernama Ummu Anmar. Setelah diketahui bahwa ia telah menjadi pengikut seruan Nabi Muhammad SAW maka oleh Ummu Anmar dia dianiaya dengan cara yang kejam dan ganas. Badannya diikat pada tiang, dan disekeliling tubuhnya dinyalakan api. Dalam keadaan seperti itu lalu ditanya : "Maukah kamu kembali memeluk agamamu yang lama, agama yang telah diikut oleh nenek moyangmu dahulu ?".
Ia menjawab : "Saya tetap menjadi pengikut agama Muhammad".
Oleh sebab itu lalu dia disiksa dengan siksaan yang lebih berat lagi. Punggungnya diseterika dengan besi yang dibakar sampai pijar, dan besi yang seperti itu digosokkan pula di atas kepalanya. Namun sekalipun ia disiksa sekejam itu, ia tetap teguh beriman kepada seruan Nabi SAW.
Dan karena setiap hari ia terus menerus menderita siksaan yang seberat dan seganas itu, maka pada suatu hari ia datang kepada Nabi SAW untuk mengadukan halnya yang sangat menderita itu. Pada waktu itu beliau sedang berbaring di samping Ka'bah. Ia berkata : "Ya Rasulullah, mengapa tidak tuan do'akan kepada Allah untukku, karena aku sedang diperlakukan sedemikian rupa ?".
Nabi SAW seketika itu lalu duduk dan wajahnya kelihatan merah, lalu beliau bersabda :

لَقَدْ كَانَ مَنْ قَـبْلَكُمْ لَـيُمْشَطُ بِمَشَاطِ اْلحَدِيـْدِ مَا دُوْنَ عِظَامِهِ مِنْ لَحْمٍ اَوْ عَصَبٍ مَا يَصْرِفُهُ ذلِكَ عَنْ دِيـْـنِهِ. وَيــُوْضَعُ اْلمِنْشَارُ عَلَى مَفْرِقِ رَأْسِهِ فَيُشَقُّ بِاثْنَيـْنِ مَا يَصْرِفُهُ ذلِكَ عَنْ دِيــْنِهِ.
"Sesungguhnya orang yang sebelum kamu dahulu ada yang disisir dengan sisir besi diantara tulang-tulangnya dari daging atau uratnya, yang demikian itu tidaklah memalingkan dia dari agamanya; dan ada pula yang diletakkan gergaji pada ujung kepalanya, lalu ia dibelah menjadi dua, yang demikian itu tidaklah dapat memalingkan dia dari agamanya".
Kemudian pada waktu itu Nabi SAW menerima wahyu dari hadhirat Allah :

الـمّ. اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُتْرَكُوْآ اَنْ يـَّقُوْلُوْآ امَنَّا وَهُمْ لاَ يُـفْتَـنُوْنَ. وَلَـقَدْ فَـتَنَّا الَّذِيـْنَ مِنْ قَـبْلـِهِمْ فَلَـيَعْلَـمَـنَّ اللهُ الَّذِيـْنَ صَدَقُوْا وَلَـيَعْلَمَنَّ الْكذِبـِيـْنَ.العنكبوت:1-3
Alif laam mieem ! Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan mengatakan : "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi ?. Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelumnya, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang berdusta. [Al-Ankabut : 1-3]

14. Masuk Islamnya Abdullah bin Mas'ud RA.
Pada suatu hari para shahabat Nabi SAW mengadakan pertemuan untuk membicarakan, siapakah di antara mereka (pengikut Nabi SAW) yang sanggup membacakan ayat-ayat Al-Qur'an yang sudah diajarkan oleh Nabi SAW di masjid, untuk diperdengarkan kepada kaum Musyrikin Quraisy. Pada waktu itu Abdullah bin Mas'udlah yang dengan ikhlas hati sanggup mengerjakannya. Tetapi ada seorang shahabat yang tidak menyetujui kesanggupannya itu, karena ia adalah seorang yang tidak punya perlindungan dari seorang yang berpengaruh untuk menjamin dirinya, yaitu jika ia mengerjakan kesanggupannya itu lalu dianiaya oleh fihak musyrikin Quraisy, tidak ada orang yang akan melindunginya. Padahal fihak lawan itu, pasti akan merintangi siapasaja yang berani membaca ayat-ayat Al-Qur'an di masjid. Alasan ini dijawab oleh Abdullah bin Mas'ud : "Allah sendirilah yang melindungi diriku !".
Lalu diputuskanlah dengan suara bulat, bahwa Abdullah bin Mas'ud-lah yang akan membacakan beberapa ayat-ayat Al-Qur'an di masjid dengan suara nyaring, untuk diperdengarkan kepada kaum Musyrikin Quraisy.
Pada keesokan harinya Abdullah bin Mas'ud datang ke masjid dan duduk di Maqam Ibrahim (satu tempat di dekat Ka'bah), lalu dengan suara nyaring serta merdu ia membaca ayat-ayat Al-Qur'an. Pada waktu itu para pemuka dan pembesar Quraisy sedang berkumpul di balai pertemuan merundingkan bagaimana caranya merintangi gerakan Muhammad dan penerangan-penerangan yang selalu disiarkannya.
Ketika mereka mendengar suara Abdullah bin Mas'ud yang keras dan nyaring, seorang di antara mereka berkata kepada lainnya : "Itu adalah suara Ibnu Ummi 'Abdin !" Seorang lainnya berkata : "Apa yang ia suarakan itu ?".
Seketika itu juga pertemuan mereka menjadi gaduh, lalu dihentikan oleh pimpinan dan mereka lalu mendengarkan suara Abdullah bin Mas'ud itu.
Setelah jelas kepada mereka bahwa bacaan itu berisi apa-apa yang didatangkan oleh Nabi SAW, maka ketua pertemuan itu berkata : "Itu adalah suara Ibnu Ummi 'Abdin, sedang membaca sesuatu yang didatangkan oleh Muhammad. Sebaiknya pertemuan ini kita tutup saja dan marilah kita datang bersama-sama ke masjid, kalau nanti ternyata betul bahwa dia itu anak Ummi 'Abdin, lebih baik kita pukuli bersama-sama !".
Mereka serentak menyetujui usul dari ketua pertemuan itu. Lalu pertemuan itu dibubarkan, terus mereka bersama-sama ke masjid. Setelah diketahui bahwa yang bersuara itu ternyata Ibnu Ummi 'Abdin (Abdullah bin Mas'ud), dengan segera mereka mengeroyok dan memukulinya dengan sekeras-kerasnya !
Akhirnya Abdullah bin Mas'ud berlumuran darah dan nafasnya terengah-engah. Kemudian ia kembali ke rumahnya dengan kepala dan mukanya bengkak-bengkak dan berlumuran darah.
Setelah ia tiba di rumah, datanglah para shahabat Nabi SAW kepadanya, untuk mengetahui hasil kesanggupannya. Setelah mereka melihat keadaan dirinya begitu menyedihkan, maka di antara mereka ada yang berkata : "Inilah yang saya khawatirkan, dan itulah sebabnya maka saya kurang setuju dengan kesanggupanmu !".
Abdullah bin Mas'ud menjawab dengan tegas : "Seandainya kamu hari ini menetapkan lagi supaya saya besok pagi membacakan ayat-ayat Al-Qur'an di masjid, niscaya akan saya kerjakan lagi sebagaimana mestinya !". Para shahabat berkata, "Jangan wahai Ibnu Ummi 'Abdin ! Jangan ! Karena mereka sekarang telah mendengar ayat-ayat Al-Qur'an yang didatangkan oleh Nabi Muhammad SAW, yang menjadi seteru mereka !".
Demikianlah di antara riwayat Abdullah bin Mas'ud ketika dianiaya oleh orang musyrikin Quraisy.

15. Masuk Islamnya Sa'ad bin Abi Waqqash
Shahabat Sa'ad bin Abi Waqqash itu adalah anak laki-lakinya Abu Waqqash, dan ibunya bernama Hamnah binti Sufyan.
Pada waktu itu ia sedang remaja. Setelah ibunya mengetahui bahwa ia sudah menjadi pengikut Nabi SAW, maka ibunya mengancam demikian : "Hai Sa'ad ! Aku mendengar, sekarang kamu menjadi orang celaka. Demi Allah, demi Al-Lata dan Al-'Uzza ! Tidak diperkenankan bagi orang yang telah menjadi pengikut Muhammad berteduh di atas rumahku,meskipun diwaktu hujan maupun pada waktu panas. Dan sekarang kamu sudah mengikut Muhammad, maka haram kamu masuk rumahku ini, haram kamu memakan makananku, dan haram kamu meminum airku !".
Pendek kata pada waktu itu ia diasingkan dan tidak diakui lagi sebagai anggota keluarga oleh ibunya, famili dan para sanak saudaranya. Oleh sebab itu, ia lalu datang kepada Nabi SAW dan mengadukan hal yang sedang dialaminya itu.
Lalu turunlah wahyu dari hadhirat Allah kepada Nabi SAW :

وَوَصَّيْنَا اْلاِنْسَانَ بِوَالِدَيــْهِ حُسْنًا، وَ اِنْ جَاهَدكَ لِـتُشْرِكَ بِيْ مَا لَـيْسَ لَكَ بِه عِلْمٌ فَلاَ تُطِعْهُمَا، اِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنــَبِّئُكُمْ بِمَا كُـنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ. العنكبوت:8
Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-KU-lah kembalimu, lalu Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. [Al Ankabut : 8]


Maka Sa'ad-pun berbuat baik kepada ibunya, tetapi ia sama sekali tidaklah mengikut apa yang menjadi kehendak atau keinginan ibunya, yaitu supaya ia kembali menjadi musyrik. Ia tetap menjadi seorang yang beriman kepada Allah dan Nabi SAW. Lantaran itu selanjutnya dia menumpang makan dan tidur dengan seadanya pada saudara-saudaranya kaum Muslimin.

Khalisarahma.blogspot.com/Brosur mta 1996 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar