Keutamaan Malam Nisfu Syaban

Keutamaan Malam Nisfu Syaban

Assalamu ‘alaikum. Apakah shalat “nishfu Sya’ban” itu ada dan sesuai dengan Sunah? Saya sering mendengar adanya pelaksanaan shalat tersebut secara berjemaah, biasanya dalam rangka menyambut Ramadhan.
 Jazakallahu khairan.
Jawaban:
Wa’alaikumussalam warahmatullah.
Allah berfirman:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ * فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ
“Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Quran di malam yang berkah, dan sesungguhnya Kami yang memberi peringatan. () Di malam itu diturunkan setiap takdir dari Yang Maha Bijaksana.” (QS. Ad-Dukkhan: 3 – 4).
Diriwayatkan dari Ikrimah – rahimahullah – bahwa yang dimaksud malam pada ayat di atas adalah malam nisfu syaban. Ikrimah mengatakan:
أن هذه الليلة هي ليلة النصف من شعبان ، يبرم فيها أمر السنة
Sesungguhnya malam tersebut adalah malam nisfu syaban. Di malam ini Allah menetapkan takdir setahun. (Tafsir Al-Qurtubi, 16/126).
Sementara itu, mayoritas ulama berpendapat bahwa malam yang disebutkan pada ayat di atas adalah lailatul qadar dan bukan nisfu syaban. Sebagaimana keterangan Ibnu Katsir, setelah menyebutkan ayat di atas, beliau mengatakan:
يقول تعالى مخبراً عن القرآن العظيم أنه أنزله في ليلة مباركة ، وهي ليلة القدر كما قال عز وجل :{ إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْر} وكان ذلك في شهر رمضان، كما قال: تعالى: { شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزلَ فِيهِ الْقُرْآنُ }
Allah berfirman menceritakan tentang Al-Quran bahwa Dia menurunkan kitab itu pada malam yang berkah, yaitu lailatul qadar. Sebagaimana yang Allah tegaskan di ayat yang lain, (yang artinya); “Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Quran di lailatul qadar.” Dan itu terjadi di bulan ramadhan, sebagaimana yang Allah tegaskan, (yang artinya); “Bulan ramadhan, yang mana di bulan ini diturunkan Al-Quran.” (Tafsir Ibn Katsir, 7/245).
Selanjutnya Ibnu Katsir menegaskan lebih jauh:
ومن قال : إنها ليلة النصف من شعبان -كما روي عن عكرمة-فقد أبعد النَّجْعَة فإن نص القرآن أنها في رمضان
Karena itu, siapa yang mengatakan, yang dimaksud malam pada ayat di atas adalah malam nisfu syaban – sebagaimana riwayat dari Ikrimah – maka itu pendapat yang terlalu jauh, karena nash Al-Quran dengan tegas bahwa malam itu terjadi di bulan ramadhan. (Tafsir Ibn Katsir, 7/246).
Dengan demikian, pendapat yang kuat tentang malam yang berkah, yang disebutkan pada surat Ad-Dukhan di atas adalah lailatul qadar di bulan ramadhan dan bukan malam nisfu Syaban. Karena itu, ayat dalam surat Ad-Dukhan di atas, tidak bisa dijadikan dalil untuk menunjukkan keutamaan malam nisfu Syaban.

Hadis seputar nisfu syaban

Terdapat beberapa hadis yang menunjukkan keutamaan nisfu syaban. Ada yang shahih, ada yang dhaif, bahkan ada yang palsu.
Berikut beberapa hadis tentang nisfu syaban yang tenar di masyarakat;
Pertama,
إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ مِنْ شَعْبَانَ فَقُوْمُوْا لَيْلَهَا وَصُوْمُوْا نَهَارَهَا فَإِنَّ اللهَ يَنْزِلُ فِيْهَا لِغُرُوْبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُوْلُ أَلاَ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ لِيْ فَأَغْفِرَ لَهُ أَلاَ مُسْتَرْزِقٌ فَأَرْزُقَهُ أَلاَ مُبْتَلًى فَأُعَافِيَهُ أَلاَ كَذَا أَلاَ كَذَا حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ
“Jika datang malam pertengahan bulan Sya’ban, maka lakukanlah qiyamul lail, dan berpuasalah di siang harinya, karena Allah turun ke langit dunia saat itu pada waktu matahari tenggelam, lalu Allah berfirman, ‘Adakah orang yang minta ampun kepada-Ku, maka Aku akan ampuni dia. Adakah orang yang meminta rezeki kepada-Ku, maka Aku akan memberi rezeki kepadanya. Adakah orang yang diuji, maka Aku akan selamatkan dia, dst…?’ (Allah berfirman tentang hal ini) sampai terbit fajar.” (HR. Ibnu Majah, 1/421; HR. al-Baihaqi dalam Su’abul Iman, 3/378)
Keterangan:
Hadits di atas diriwayatkan dari jalur Ibnu Abi Sabrah, dari Ibrahim bin Muhammad, dari Mu’awiyah bin Abdillah bin Ja’far, dari ayahnya, dari Ali bin Abi Thalib, secara marfu’ (sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).
Hadits dengan redaksi di atas adalah hadits maudhu’ (palsu), karena perawi bernama Ibnu Abi Sabrah statusnya muttaham bil kadzib (tertuduh berdusta), sebagaimana keterangan Ibnu Hajar dalam At-Taqrib. Imam Ahmad dan gurunya (Ibnu Ma’in) berkomentar tentang Ibnu Abi Sabrah, “Dia adalah perawi yang memalsukan hadits.”[ Lihat Silsilah Dha’ifah, no. 2132]
Kedua,
Riwayat dari A’isyah, bahwa beliau menuturkan:
فقدت النبي صلى الله عليه وسلم فخرجت فإذا هو بالبقيع رافعا رأسه إلى السماء فقال: “أكنت تخافين أن يحيف الله عليك ورسوله” فقلت يا رسول الله ظننت أنك أتيت بعض نسائك فقال: ” إن الله تبارك وتعالى ينزل ليلة النصف من شعبان إلى السماء الدنيا فيغفر لأكثر من عدد شعر غنم كلب
Aku pernah kehilangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian aku keluar, ternyata beliau di Baqi, sambil menengadahkan wajah ke langit. Nabi bertanya; “Kamu khawatir Allah dan Rasul-Nya akan menipumu?” (maksudnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memberi jatah Aisyah). Aisyah mengatakan: Wahai Rasulullah, saya hanya menyangka anda mendatangi istri yang lain. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah turun ke langit dunia pada malam nisfu syaban, kemudian Dia mengampuni lebih dari jumlah bulu domba bani kalb.”
Keterangan:
Hadis ini diriwayatkan At-Turmudzi, Ibn Majah dari jalur Hajjaj bin Arthah dari Yahya bin Abi Katsir dari Urwah bin Zubair dari Aisyah. At-Turmudzi menegaskan: “Saya pernah mendengar Imam Bukhari mendhaifkan hadis ini.” Lebih lanjut, imam Bukhari menerangkan: “Yahya tidak mendengar dari Urwah, sementara Hajaj tidak mendengar dari Yahya.” (Asna Al-Mathalib, 1/84).
Ibnul Jauzi mengutip perkataan Ad-Daruquthni tentang hadis ini:
“Diriwayatkan dari berbagai jalur, dan sanadnya goncang, tidak kuat.” (Al-Ilal Al-Mutanahiyah, 3/556).
Akan tetapi hadis ini dishahihkan Al-Albani, karena kelemahan dalam hadis ini bukanlah kelemahan yang parah, sementara hadis ini memiliki banyak jalur, sehingga bisa terangkat menjadi shahih dan diterima. (lihat Silsilah Ahadits Dhaifah, 3/138).
Ketiga,
Hadis dari Abu Musa Al-Asy’ari, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إن الله ليطلع ليلة النصف من شعبان فيغفر لجميع خلقه إلا لمشرك أو مشاحن
“Sesungguhnya Allah melihat pada malam pertengahan Sya’ban. Maka Dia mengampuni semua makhluknya, kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.”
Keterangan:
Hadis ini memiliki banyak jalur, diriwayatkan dari beberapa sahabat, diantaranya Abu Musa, Muadz bin Jabal, Abu Tsa’labah Al-Khusyani, Abu Hurairah, dan Abdullah bin Amrradhiyallahu ‘anhum. Hadis dishahihkan oleh Imam Al-Albani dan dimasukkan dalamSilsilah Ahadits Shahihah, no. 1144. Beliau menilai hadis ini sebagai hadis shahih, karena memiliki banyak jalur dan satu sama saling menguatkan. Meskipun ada juga ulama yang menilai hadis ini sebagai hadis lemah, dan bahkan mereka menyimpulkan semua hadis yang menyebutkan tentang keutamaan nisfu syaban sebagai hadis dhaif.

Sikap ulama terkait nisfu syaban

Berangkat dari perselisihan mereka dalam menilai status keshahihan hadis, para ulama berselisish pendapat tentang keutamaan malam nisfu Syaban. Setidaknya, ada dua pendapat yang saling bertolak belakang dalam masalah ini. Berikut ini rinciannya:
Pendapat pertama: Tidak ada keutamaan khusus untuk malam nishfu Sya’ban.
Statusnya sama dengan malam-malam biasa lainnya. Mereka menyatakan bahwa semua dalil yang menyebutkan keutamaan malam nishfu Sya’ban adalah hadis lemah. Al-Hafizh Abu Syamah mengatakan, “Al-Hafizh Abul Khithab bin Dihyah, dalam kitabnya tentang bulan Sya’ban, mengatakan, ‘Para ulama ahli hadis dan kritik perawi mengatakan, ‘Tidak terdapat satu pun hadis sahih yang menyebutkan keutamaan malam nishfu Sya’ban.”” (Al-Ba’its ‘ala Inkaril Bida’, hlm. 33)
Dalam nukilan yang lain, Ibnu Dihyah mengatakan:
لم يصح في ليلة نصف من شعبان شيء ولا نطق بالصلاة فيها ذو صدق من الرواة وما أحدثه إلا متلاعب بالشريعة المحمدية راغب في زي المجوسية
“Tidak ada satupun riwayat yang shahih tentang malam nisfu syaban, dan para perowi yang jujur tidak menyampaikan adanya shalat khusus di malam ini. Sementara yang terjadi di masyarakat berasal dari mereka yang suka mempermainkan syariat Muhammad yang masih mencintai kebiasaan orang majusi (baca: Syiah). (Asna Al-Mathalib, 1/84)
Hal yang sama juga dinyatakan oleh Syekh Abdul Aziz bin Baz. Beliau mengingkari adanya keutamaan malam nishfu Sya’ban. Beliau mengatakan, “Terdapat beberapa hadis dhaif tentang keutamaan malam nishfu Sya’ban, yang tidak boleh dijadikan landasan. Adapun hadis yang menyebutkan keutamaan shalat di malam nishfu Sya’ban, semuanya statusnya palsu, sebagaimana keterangan para ulama (pakar hadis).” (At-Tahdzir min Al-Bida’, hlm. 11)
Pendapat kedua: Ada keutamaan khusus untuk malam nishfu Sya’ban.
Para ulama yang menilai shahih beberapa dalil tentang keutamaan nisfu syaban, mereka mengimaninya dan menegaskan adanya keutamaan malam tersebut. Diantara hadis pokok yang mereka jadikan landasan adalah hadis dari Abu Musa Al-Asy’ari;
إن الله ليطلع ليلة النصف من شعبان فيغفر لجميع خلقه إلا لمشرك أو مشاحن
“Sesungguhnya Allah melihat pada malam pertengahan Sya’ban. Maka Dia mengampuni semua makhluknya, kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (H.R. Ibnu Majah dan Ath-Thabrani; dinilai sahih oleh Al-Albani)
Diantara jajaran ulama ahlus sunah yang memegang pendapat ini adalah ahli hadis abad ini, Imam Muhammad Nasiruddin Al-Albani. Bahkan beliau menganggap sikap sebagian orang yang menolak semua hadis tentang malam nisfu syaban termasuk tindakan yang gegabah. Setelah menyebutkan salah satu hadis tentang keutamaan malam nisfu syaban, Syaikh Al-Albani mengatakan:
فما نقله الشيخ القاسمي رحمه الله تعالى في ” إصلاح المساجد ” (ص 107) عن أهل التعديل والتجريح أنه ليس في فضل ليلة النصف من شعبان حديث صحيح، فليس مما ينبغي الاعتماد عليه، ولئن كان أحد منهم أطلق مثل هذا القول فإنما أوتي من قبل التسرع وعدم وسع الجهد لتتبع الطرق على هذا النحو الذي بين يديك. والله تعالى هو الموفق
Keterangan yang dinukil oleh Syekh Al-Qosimi –rahimahullah– dalam buku beliau; ‘Ishlah Al-Masajid’ dari beberapa ulama ahli hadis, bahwa tidak ada satupun hadis shahih tentang keutamaan malam nisfu syaban, termasuk keterangan yang tidak layak untuk dijadikan sandaran. Sementara, sikap sebagian ulama yang menegaskan tidak ada keutamaan malam nisfu syaban secara mutlak, sesungguhnya dilakukan karena terlalu terburu-buru dan tidak berusaha mencurahkan kemampuan untuk meneliti semua jalur untuk riwayat ini, sebagaimana yang ada di hadapan anda. Dan hanyalah Allah yang memberi taufiq. (Silsilah Ahadits Shahihah, 3/139)
Setelah menyebutkan beberapa waktu yang utama, Syekhul Islam mengatakan, “… Pendapat yang dipegang mayoritas ulama dan kebanyakan ulama dalam Mazhab Hanbali adalah meyakini adanya keutamaan malam nishfu Sya’ban. Ini juga sesuai keterangan Imam Ahmad. Mengingat adanya banyak hadis yang terkait masalah ini, serta dibenarkan oleh berbagai riwayat dari para shahabat dan tabi’in ….” (Majmu’ Fatawa, 23/123)
Ibnu Rajab mengatakan, “Terkait malam nishfu Sya’ban, dahulu para tabi’in penduduk Syam, seperti Khalid bin Ma’dan, Mak-hul, Luqman bin Amir, dan beberapa tabi’in lainnya memuliakannya dan bersungguh-sungguh dalam beribadah di malam itu ….” (Lathaiful Ma’arif, hlm. 247)
Kesimpulan:
Dari keterangan di atas, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan:
Pertama, malam nishfu syaban termasuk malam yang memiliki keutamaan. Hal ini berdasarkan hadis, sebagaimana yang telah disebutkan. Meskipun sebagian ulama menyebut hadis ini hadis yang dhaif, namun, insya Allah yang lebih kuat adalah penilaian Syekh Al-Albani, yaitu bahwa hadis tersebut berstatus sahih.
Kedua, belum ditemukan satu pun riwayat yang shahih, yang menganjurkan amalan khusus maupun ibadah tertentu ketika nishfu Syaban, baik berupa puasa atau shalat. Hadis shahih tentang malam nisfu syaban hanya menunjukkan bahwa Allah mengampuni semua hamba-Nya di malam nishfu sya’ban, tanpa dikaitkan dengan amal tertentu. Karena itu, praktek sebagian kaum muslimin yang melakukan shalat khusus di malam itu dan dianggap sebagai shalat malam nisfu syaban adalah anggapan yang tidak benar.
Ketiga, Ulama berselisih pendapat tentang apakah dianjurkan menghidupkan malam nishfu Sya’ban dengan banyak beribadah? Sebagian ulama menganjurkan, seperti sikap beberapa ulama tabi’in yang bersungguh-sungguh dalam ibadah. Sebagian yang lain menganggap bahwa mengkhususkan malam nishfu Sya’ban untuk beribadah adalah bid’ah.
Keempat, Ulama yang memperbolehkan memperbanyak amal di malam nishfu Sya’ban menegaskan bahwa tidak boleh mengadakan acara khusus, atau ibadah tertentu, baik secara berjamaah maupun sendiri-sendiri, di malam nisfu syaban, karena tidak ada amalan sunah khusus di malam nishfu Sya’ban. Untuk itu, menurut pendapat ini, seseorang diperbolehkan memperbanyak ibadah secara mutlak, apa pun bentuk ibadah tersebut.
Allahu a’lam
Sumber Konsultasisyariah.com

Fungsi dan Kegunaan Menu-Menu pada Dashboard Blogger


Fungsi dan Kegunaan Menu-Menu pada Dashboard Blogger

 Sebelumnya lihat Gambar berikut ini :

Fungsi Menu-Menu pada Dashboard Blogger

digambar di atas sudah saya kasih nomor-nomor urut pada masing-masing Menu di dashboard Blogger, dan akan saya jelaskan secara urut dari nomor 1 sampai nomor 12. silahkan disimak sob.

1. Lihat Blog / View Blog : Untuk melihat tampilan Blog sobat di Browser. apabila sobat klik maka akan membuka alamat blog sobat di tab baru pada Browser Sobat.

2. Entri Baru / New Post: Untuk membuat Postingan atau Artikel Baru pada Blog Sobat untuk di plubikasikan.

3. Ikhtisar / Overview : Tampilan Statistik blog Terbaru, untuk memantau pengunjung blog kita.
4. Pos / Posts : Untuk melihat Postingan yang sudah di publikasikan ataupun yang masih dalam daftar atau belum di publikasikan, melalui menu ini sobat dapat mengedit postingan-postingan lama ataupun baru.

5. Laman / Pages : Seperti halnya Post. disini untuk membuat ataupun mengedit serta melihat Laman atau Halaman yang akan maupun sudah kita Buat.

6. Komentar / Comments : Untuk melihat Komentar dari pengunjung yang masuk di blog kita, dimenu ini ada 3 sub menu yaitu :

  • Publised : Komentar yang sudah di Publikasikan
  • Awaiting Moderation / menunggu moderasi : melihat Komentar yang antri menunggu di publikasikan
  • Spam : Melihat Komentar Spam yang tidak berguna

7. Google + : Untuk mengkoneksikan Blog dengan akun Google+ Sobat. disini kita bisa mengaturOtomatis Postingan kita share di Google+ setiap kali kita Posting baru, atau Notifikasi Untuk Share Postingan di Google + dan juga menggunankan / mengaktifkan Google + comment pada Blog .

8. Statistik / Stats : Melihat Riwayat Blog kita sepanjang waktu dari awal blog di buat sampai saat ini, ada 4 submenu di Statistik ini:

  • Ikhtisar/Overviews : Tampilan awal statistik terbaru blog kita
  • Post : Statistik setiap judul postingan kita, kita bisa mengetahui sudah berapa banyak yang melihat setiap judul postingan kita atau jumlah Page views masing-masing Judul.
  • Sumber lalu lintas / traffic Source : Melihat Dari situs mana pengunjung blog kita datang. 
  • Audience / pemirsa : Melihat dari negara mana yang mengunjungi situs kita serta menggunakan Browser apa dan juga Operating Sistem apa yang digunakan buat mengunjungi Blog kita
9. Kampanye / Campaigns : untuk mempromosikan Blog kita melalui Iklan di google atau Google adwords.

10. Tata Letak atau Layouts : Melihat serta mengedit tata letak Blog kita, disini kita bisa manmbahkan Widget pada blog kita maupun memindah posisi widget pada Blog kita.

11. Template : Untuk mengatur Template kita , membackup maupun restore template kita, mengubah sesuaikan tampilan template blog, serta mengaktifkan maupun menonaktifkan tampilan mobile template blog. dan Mengedit HTML template kita.

12. Setelan / Setting : Untuk mengatur blog Kita, disini ada beberapa sub menu

  • Basic : mengatur Judul Blog, Deskripsi, privasi blog, Pengelola Blog , serta pembaca Blog kita.
  • post dan Comments : mengatur jumlah Post yang akan kita tampilkan di laman utama, mensetting komentar yang masuk. dll
  • Mobile and Email : mengatur email admin dan notifikasi
  • Language and Formating : mengatur bahasa dan juga Format Waktu meliputi tanggal dan jam.
  • Search Preference : mengatur meta tag blog kita, custom page dan redirect serta Indexing dan Crawl blog kita dengan custom robots.
  • Other : tools tambahan untuk export atau import blog kita dan juga mengatur Url Open ID serta Konten dewasa dll.
Untuk lebih detail dan lebih jelasnya lebih baik di praktekan sendiri dengan mencoba-coba fungsi menu tersebut. pastinya dengan adanya menu tersebut untuk memudahkan kita mengelola Blog kita. 

Salam Blogger Indonesia.

Dalil panjang umur dan amalnya shalih

Keutamaan panjang umur dan amalnya shalih

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ بُسْرٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: خَيْرُ النَّاسِ مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَ حَسُنَ عَمَلُهُ. الترمذى و قال حديث حسن
Dari Abdullah bin Busr RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik manusia ialah orang yang panjang umurnya dan baik amalnya”. [HR. Tirmidzi, ia berkata hadits hasan]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَلاَ اُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِكُمْ؟ قَالُوْا: نَعَمْ. قَالَ: خِيَارُكُمْ اَطْوَلُكُمْ اَعْمَارًا وَ اَحْسَنُكُمْ اَعْمَالاً. احمد و رواته رواة الصحيح، و ابن حبان فى صحيحه و البيهقى
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang orang yang paling baik diantara kalian ?”. Para shahabat menjawab, “Ya, mau”. Beliau bersabda, “Orang yang paling baik diantara kalian ialah orang yang paling panjang umurnya dan paling baik amalnya diantara kalian”. [HR. Ahmad, para perawinya perawi shahih. Ibnu Hibban di dalam shahihnya dan Baihaqi]

عَنْ اَبِى بَكْرَةَ رض اَنَّ رَجُلاً قَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ؟ قَالَ: مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَ حَسُنَ عَمَلُهُ. قَالَ: فَاَيُّ النَّاسِ شَرٌّ؟ قَالَ: مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَ سَاءَ عَمَلُهُ. الترمذى و قال: حديث حسن صحيح و الطبرانى باسناد صحيح و الحاكم و البيهقى
Dari Abu Bakrah RA, bahwasanya ada seorang laki-laki bertanya, “Ya Rasulullah, manusia yang bagaimana yang paling baik ?”. Beliau SAW menjawab, “Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya”. Orang tersebut bertanya lagi, “Lalu manusia yang bagaimana yang paling buruk ?”. Beliau SAW menjawab, “Orang yang panjang umurnya tetapi buruk amalnya”. [HR. Tirmidzi, ia berkata : Hadits hasan shahih, Thabrani dengan sanad shahih, Hakim dan Baihaqi]

عَنْ اَنَسٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَلاَ اُنَبِّئُكُمْ بِخِيَارِكُمْ؟ قَالُوْا: بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ. قَالَ: خِيَارُكُمْ اَطْوَلُكُمْ اَعْمَارًا اِذَا سَدَّدُوْا. ابو يعلى باسناد حسن
Dari Anas, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang sebaik-baik orang diantara kalian ?”. Para shahabat menjawab, “Mau ya Rasulullah”. Beliau bersabda, “Orang yang paling baik diantara kalian ialah orang yang paling panjang umurnya diantara kalian apabila mereka berlaku benar”. [HR. Abu Ya’la dengan sanad hasan]

عَنْ اُمِّ اْلفَضْلِ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص دَخَلَ عَلَى اْلعَبَّاسِ وَ هُوَ يَشْتَكِى فَتَمَنَّى اْلمَوْتَ فَقَالَ: يَا عَبَّاسُ عَمَّ رَسُوْلِ اللهِ ص، لاَ تَتَمَنَّ اْلمَوْتَ، اِنْ كُنْتَ مُحْسِنًا تَزْدَادُ اِحْسَانًا اِلَى اِحْسَانِكَ خَيْرٌ لَكَ، وَ اِنْ كُنْتَ مُسِيْئًا، فَاِنْ تُؤَخَّرْ تَسْتَعْتِبْ مِنْ إِسَاءَتِكَ خَيْرٌ لَكَ، لاَ تَتَمَنَّ اْلمَوْتَ. احمد و الحاكم و اللفظ له، و هو اتم و قال: صحيح على شرطهما
Dari Ummul Fadlil RA, bahwasanya Nabi SAW datang kepada Abbas yang sedang mengeluh sakit lalu dia mengharapkan mati. Maka beliau bersabda, “Wahai Abbas paman Rasulullah, janganlah engkau mengharapkan mati, karena jika kamu orang yang baik (dengan panjang umur) kamu bisa menambah kebaikan di samping kebaikanmu yang sudah ada, yang demikian itu lebih baik bagimu. Dan jika kamu orang yang buruk, maka jika kamu diakhirkan (diberi panjang umur), kamu bisa bertaubat dari keburukanmu, yang demikian itu lebih baik bagimu. Janganlah kamu mengharapkan mati”. [HR. Hakim, lafadh itu baginya, ia berkata : Shahih atas syarath Bukhari Muslim, dan Ahmad]

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لاَ تَتَمَنَّوُا اْلمَوْتَ، فَاِنَّ هَوْلَ اْلمَطْلَعِ شَدِيْدٌ، وَ اِنَّ مِنَ السَّعَادَةِ اَنْ يَطُوْلَ عُمُرُ اْلعَبْدِ، وَ يَرْزُقَهُ اللهُ اْلاِنَابَةَ. احمد باسناد حسن و البيهقى
Dari Jabir bin Abdullah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kalian mengharapkan mati, karena kematian itu sesuatu yang sangat dahsyat. Dan sesungguhnya diantara kebahagiaan ialah orang yang diberi panjang umur, dan Allah memberinya rezeki kepadanya dengan bertaubat”. [HR. Ahmad, dengan sanad hasan dan Baihaqi]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: لاَ يَتَمَنَّى اَحَدُكُمُ اْلمَوْتَ اِمَّا مُحْسِنًا فَلَعَلَّهُ يَزْدَادُ، وَ اِمَّا مُسَيْئًا فَلَعَلَّهُ يَسْتَعْتِبُ. البخارى و مسلم
Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Seseorang diantara kalian tidak boleh mengharapkan mati. Jika dia orang yang baik, (dengan panjang umur itu) mudah-mudahan dia bisa menambah (kebaikannya). Tetapi jika dia orang yag buruk, (dengan panjang umur itu) mudah-mudahan dia bisa bertaubat (dari dosa-dosanya)”. [HR. Bukhari, lafadh itu baginya dan Muslim]

و فى رواية لمسلم: لاَ يَتَمَنَّى اَحَدُكُمُ اْلمَوْتَ، وَ لاَ يَدْعُوْ بِهِ مِنْ قَبْلِ اَنْ يَأْتِيَهُ، وَ اِنَّهُ اِذَا مَاتَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ، وَ اِنَّهُ لاَ يَزِيْدُ اْلمُؤْمِنَ عُمُرُهُ اِلاَّ خَيْرًا.
Dan di dalam riwayat Muslim : “Tidak boleh seseorang diantara kalian mengharapkan mati dan tidak boleh berdoa untuk disegerakan mati. Dan sesungguhnya apabila seseorang telah mati terputuslah amalnya, dan sesungguhnya umur itu tidaklah menambah kepada orang mukmin kecuali kebaikan”.

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّ ِللهِ عِبَادًا يَضِنُّ بِهِمْ عَنِ اْلقَتْلِ، وَ يُطِيْلُ اَعْمَارَهُمْ فِى حُسْنِ اْلعَمَلِ، وَ يُحْسِنُ اَرْزَقَهُمْ، وَ يُحْيِيْهِمْ فِى عَافِيَةٍ، وَ يَقْبِضُ اَرْوَاحَهُمْ فِى عَافِيَةٍ عَلَى اْلفَرْشِ، وَ يُعْطِيْهِمْ مَنَازِلَ الشُّهَدَاءِ. الطبرانى
Dari Abdullah bin Mas’ud RA, ia berkata : Rasulullah SAW  bersabda, “Sesungguhnya Allah mempunyai hamba-hamba yang Allah menjauhkannya dari mati terbunuh dan memanjangkan umur mereka dalam kebaikan amalnya, dan Allah memberi kebaikan rezeqi mereka, dan menghidupkan mereka dalam kesehatan, lalu mencabut arwah mereka dalam ketenteraman di tempat tidur mereka, sedang Allah memberi mereka kedudukan orang-orang yang mati syahid”. [HR. Thabrani]

عَنْ اَنَسٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لاَ يَتَمَنَّى اَحَدُكُمُ اْلمَوْتَ لِضُرٍّ نَزَلَ بِهِ، فَاِنْ كَانَ وَ لاَ بُدَّ فَاعِلاً فَلْيَقُلْ: اَللّهُمَّ اَحْيِنِى مَا كَانَتِ اْلحَيَاةُ خَيْرًا لِى، وَ تَوَفَّنِى اِذَا كَانَتِ اْلوَفَاةُ خَيْرًا لِى. البخارى و مسلم و ابو داود و الترمذى و النسائى
Dari Anas RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Tidak boleh seseorang diantara kalian mengharapkan  mati karena sesuatu bencana yang menimpanya. Jika terpaksanya, hendaklah dia mengatakan : Ya Allah, hidupkanlah aku selama hidup itu lebih baik untukku, dan matikanlah aku apabila mati itu lebih baik untukku”. [HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasai]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: كَانَ رَجُلاَنِ مِنْ بَلِى حَيٌّ مِنْ قُضَاعَةَ اَسْلَمَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ ص، فَاسْتَشْهَدَ اَحَدُهُمَا، وَ اُخِّرَ اْلآخَرُ سَنَةً قَالَ طَلْحَةُ بْنُ عَبْدِ اللهِ: فَرَاَيْتُ اْلمُؤَخَّرَ مِنْهُمَا اُدْخِلَ اْلجَنَّةَ قَبْلَ الشَّهِيْدِ، فَتَعَجَّبْتُ لِذلِكَ فَاَصْبَحْتُ فَذَكَرْتُ ذلِكَ لِلنَّبِيِّ ص فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ: اَلَيْسَ قَدْ صَامَ بَعْدَهُ رَمَضَانَ، وَ صَلَّى سِتَّةَ آلاَفِ رَكْعَةٍ وَ كَذَا وَ كَذَا رَكْعَةً صَلاَةَ سَنَةٍ. احمد باسناد حسن
Dari Abu Hurairah RA ia berkata : Dahulu ada dua orang laki-laki dari Baliy, yaitu suatu kampung dari suku Qudla’ah masuk Islam dan menjadi pengikut Rasulullah SAW. Kemudian salah satu dari dua orang itu mati syahid (di dalam satu peperangan), sedangkan yang satunya meninggal pada tahun berikutnya. Thalhah bin Abdullah berkata : Lalu aku bermimpi bahwa orang yang meninggal pada tahun berikutnya itu dimasukkan surga lebih dulu daripada orang yang mati syahid tersebut. Maka aku heran dari yang demikian itu. Maka di pagi harinya aku ceritakan yang demikian itu kepada Nabi SAW, lalu Rasulullah SAW bersabda, “Bukankah (orang yang meninggal di tahun berikutnya itu) puasa Ramadlan sesudahnya dan shalat enam ribu rekaat, sekian dan sekian rekaat dalam satu tahun itu ?”. [HR. Ahmad dengan sanad hasan]

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ شَدَّادٍ اَنَّ نَفَرًا مِنْ بَنِى عَذْرَةَ ثَلاَثَةً اَتَوُا النَّبِيَّ ص فَاَسْلَمُوْا قَالَ: فَقَالَ النَّبِيُّ ص: مَنْ يَكْفِيْهِمْ؟ قَالَ طَلْحَةُ: اَنَا. قَالَ: فَكَانُوْا عِنْدَ طَلْحَةَ، فَبَعَثَ النَّبِيُّ ص بَعْثًا، فَخَرَجَ فِيْهِ اَحَدُهُمْ فَاسْتَشْهَدَ ثُمَّ بَعَثَ بَعْثًا فَخَرَجَ فِيْهِ آخَرُ فَاسْتَشْهَدَ، ثُمَّ مَاتَ الثَّالِثُ عَلَى فِرَاشِهِ. قَالَ طَلْحَةُ: فَرَأَيْتُ هؤُلاَءِ الثَّلاَثَةَ الَّذِيْنَ كَانُوْا عِنْدِى فِى اْلجَنَّةِ فَرَأَيْتُ اْلمَيِّتَ عَلَى فِرَاشِهِ اَمَامَهُمْ، وَ رَاَيْتُ الَّذِى اسْتَشْهَدَ اَخِيْرًا يَلِيْهِ، وَ رَأَيْتُ اَوَّلَهُمْ آخِرَهُمْ. قَالَ: فَدَاخَلَنِى مِنْ ذلِكَ، فَاَتَيْتُ النَّبِيَّ ص فَذَكَرْتُ ذلِكَ لَهُ فَقَالَ: وَ مَا اَنْكَرْتَ مِنْ ذلِكَ؟ لَيْسَ اَحَدٌ اَفْضَلَ عِنْدَ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ مِنْ مُؤْمِنٍ يُعَمَّرُ فِى اْلاِسْلاَمِ لِتَسْبِيْحِهِ وَ تَكْبِيْرِهِ وَ تَهْلِيْلِهِ. احمد و ابو يعلى
Dari Abullah bin Syaddad, bahwasanya sekelompok orang Bani ‘Adzrah sebanyak tiga orang datang kepada Nabi SAW, lalu masuk Islam. Abdullah bin Syaddad berkata, kemudian Nabi SAW bersabda, “Siapa yang akan menanggung mereka ?“. Thalhah menjawab, “Saya”. Abdullah bin Syaddad berkata : Lalu mereka bertempat di rumah Thalhah. Kemudian ketika Rasulullah SAW mengirimkan pasukan, salah satu dari mereka itu ikut berperang sehingga mati syahid. Kemudian Rasulullah SAW mengirimkan pasukan lagi, maka seorang lagi ikut berangkat hingga mati syahid. Kemudian yang seorang lagi mati di tempat tidurnya. Lalu Thalhah berkata, “Aku memimpikan bahwa tiga orang yang pernah berada di tempatku itu mereka masuk surga. Aku melihat orang yang meninggal di tempat tidurnya itu berada di depan mereka, lalu aku melihat di belakangnya adalah orang yang mati syahid yang berangkat kedua, dan yang paling belakang adalah orang yang mati syahid yang ikut pasukan pertama kali. Lalu hal itu membuat keganjilan pada diriku, maka aku datang kepada Nabi SAW dan menceritakan yang demikian itu kepada beliau. Lalu beliau bersabda, “Apa yang kau herankan dari semua itu ?. Tidak ada seseorang yang lebih utama di sisi Allah ‘Azza wa Jalla dari pada orang mukmin yang diberi umur panjang di dalam Islam, untuk bertasbih kepada-Nya, bertakbir kepada-Nya, dan bertahlil kepada-Nya”. [HR. Ahmad dan Abu Ya’la]

عَنْ اَنَسٍ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: اِذَا اَرَادَ اللهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا اسْتَعْمَلَهُ. قِيْلَ: كَيْفَ يَسْتَعْمِلُهُ؟ قَالَ: يُوَفِّقُهُ لِعَمَلٍ صَالِحٍ قَبْلَ اْلمَوْتِ. الحاكم و قال صحيح على شرطهما
Dari Anas RA, bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Apabila Allah menghendaki kebaikan pada hamba-Nya, Allah menjadikan orang tersebut suka beramal”. Beliau ditanya, “Bagaimana caranya Allah menjadikannya suka beramal ?”. Beliau menjawab, “Allah memberi taufiq kepadanya untuk beramal shalih sebelum meninggal. [HR. Hakim, ia berkata shahih atas syarath Bukhari Muslim]

عَنْ عَمْرِو بْنِ اْلحَمِقِ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِذَا اَحَبَّ اللهُ عَبْدًا عَسَلَهُ. قَالُوْا: مَا عَسَلُهُ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: يُوَفِّقُ لَهُ عَمَلاً صَالِحًا بَيْنَ يَدَى رِحْلَتِهِ حَتَّى يَرْضَى عَنْهُ جِيْرَانُهُ، اَوْ قَالَ: مَنْ حَوْلَهُ. ابن حبان فى صحيحه و الحاكم و البيهقى
Dari ‘Amr bin Hamiq RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Apabila Allah mencintai hamba-Nya, Dia menjadikan dia orang yang baik”. Para shahabat bertanya, “Bagaimana Allah menjadikannya orang yang baik ya Rasulullah ?”. Beliau menjawab, “Allah memberikan taufiq kepadanya untuk beramal shalih kepada orang yang dihadapannya sehingga para tetangganya merasa ridla kepadanya”. Atau beliau bersabda, “Orang-orang yang di sekelilingnya (ridla kepadanya)”. [HR. Ibnu Hibban di dalam shahihnya, Hakim dan Baihaqi]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَعْذَرَ اللهُ اِلَى امْرِئٍ اَخَّرَ اَجَلَهُ حَتَّى بَلَغَ سِتِّيْنَ سَنَةً. البخارى
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Allah menolak alasan pada seseorang yang Allah telah memberikan umurnya sampai enam puluh tahun (dia tidak menjadi orang yang baik)”. [HR. Bukhari]

عَنْ سَهْلٍ مَرْفُوْعًا: مَنْ عَمَّرَ مِنْ اُمَّتِى سَبْعِيْنَ سَنَةً فَقَدْ اَعْذَرَ اللهُ اِلَيْهِ فِى اْلعُمُرِ. الحاكم و قال: صحيح على شرطهما
Dari Sahl, dia mengatakannya dari Nabi SAW, “Barangsiapa dari umatku yang Allah telah memberikan umurnya hingga tujuh puluh tahun, maka berdalih umurnya Allah menolak alasan orang itu”. [HR. Hakim, ia berkata shahih atas syarath Bukhari dan Muslim]

Dalil-dalil mengingat mati

Keutamaan mengingat mati
Firman Allah SWT :

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ اْلمَوْتِ وَ نَبْلُوْكُمْ بِالشَّرّ وَ اْلخَيْرِ فِتْنَةً، وَ اِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ. الانبياء:35
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. [QS. Al-Anbiyaa’ : 35]

قُلْ اِنَّ الْمَوْتَ الَّذِيْ تَفِرُّوْنَ مِنْهُ فَاِنَّه مُلاَقِيْكُمْ ثُمَّ تُرَدُّوْنَ اِلى عَالِمِ الْغَيْبِ وَ الشَّهَادَةِ فَيُنَبّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ. الجمعة:8
Katakanlah, "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". [QS. Al-Jum’ah : 8]

اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يُدْرِكْكُّمُ اْلمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِيْ بُرُوْجٍ مُّشَيَّدَةٍ. النساء:78
Di manasaja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, [QS. An-Nisaa’ : 78]

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ اْلمَوْتِ وَ اِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ، فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَ اُدْخِلَ اْلجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ، وَ مَا اْلحَيوةُ الدُّنْيَا اِلاَّ مَتَاعُ اْلغُرُوْرِ. ال عمران:185
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari qiyamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. [QS. Ali Imran : 185]

Hadits-hadits Nabi SAW :

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَكْثِرُوْا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِى اْلمَوْتَ. ابن ماجه و الترمذى و حسنه
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Banyak-banyaklah mengingat pemutus kesenangan, yakni mati”. [HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi dan ia menghasankannya]

عَنْ اَنَسٍ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص مَرَّ بِمَجْلِسٍ وَ هُمْ يَضْحَكُوْنَ، فَقَالَ: اَكْثِرُوْا مِنْ ذِكْرِ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ، اَحْسِبُهُ قَالَ: فَاِنَّهُ مَا ذَكَرَهُ اَحَدٌ فِى ضِيْقٍ مِنَ اْلعَيْشِ اِلاَّ وَسَّعَهُ، وَ لاَ فِى سَعَةٍ اِلاَّ ضَيَّقَهُ عَلَيْهِ. البزار باسناد حسن
Dari Anas RA, bahwasanya Rasulullah SAW pernah melewati suatu majlis yang pada waktu itu orang-orang sedang tertawa. Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Banyak-banyaklah mengingat pemutus kesenangan (yaitu mati)”. Anas berkata : Aku mengira beliau bersabda, “Sesungguhnya tidaklah mengingat mati seseorang yang sedang sempit kehidupannya, kecuali akan menjadikannya luas. Dan tidaklah mengingat mati seseorang yang sedang dalam keluasan, kecuali akan menjadikannya sempit”. [HR. Al-Bazzar dengan sanad hasan]

عَنْ اَبِى سَعِيْدِ اْلخُدْرِيِّ رض قَالَ: دَخَلَ رَسُوْلُ اللهِ ص مُصَلاَّهُ فَرَأَى نَاسًا كَاَنَّهُمْ يَكْتَشِرُوْنَ، قَالَ: اَمَا اِنَّكُمْ لَوْ اَكْثَرْتُمْ ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ لَشَغَلَكُمْ عَمَّا أَرَى. فَاَكْثِرُوْا مِنْ ذِكْرِ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ اْلمَوْتِ فَاِنَّهُ لَمْ يَأْتِ عَلَى اْلقَبْرِ يَوْمٌ اِلاَّ تَكَلَّمَ فَيَقُوْلُ: اَنَا بَيْتُ اْلغُرْبَةِ، اَنَا بَيْتُ اْلوَحْدَةِ، اَنَا بَيْتُ التُّرَابِ، وَ اَنَا بَيْتُ الدُّوْدِ، فَاِذَا دُفِنَ اْلعَبْدُ اْلمُؤْمِنُ قَالَ لَهُ اْلقَبْرُ: مَرْحَبًا وَ اَهْلاً اَمَا اِنْ كُنْتَ َلاَحَبَّ مَنْ يَمْشِى عَلَى ظَهْرِى اِلَيَّ فَاِذَا وَلِيْتُكَ اْليَوْمَ وَ صِرْتَ اِلَيَّ فَسَتَرَى صَنِيْعِى بِكَ. فَيَتَّسِعُ لَهُ مَدَّ بَصَرِهِ، وَ يُفْتَحُ لَهُ بَابٌ اِلَى اْلجَنَّةِ، وَ اِذَا دُفِنَ اْلعَبْدُ اْلفَاجِرُ اَوِ اْلكَافِرُ قَالَ لَهُ اْلقَبْرُ: لاَ مَرْحَبًا وَ لاَ اَهْلاً اَمَا اِنْ كُنْتَ َلأَبْغَضَ مَنْ يَمْشِى عَلَى ظَهْرِى اِلَيَّ فَاِذَا وَلِيْتُكَ اْليَوْمَ وَ صِرْتَ اِلَيَّ فَسَتَرَى صَنِيْعِى بِكَ، قَالَ: فَيَلْتَئِمُ عَلَيْهِ حَتَّى يَلْتَقِيَ عَلَيْهِ وَ تَخْتَلِفَ اَضْلاَعُهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: بِاَصَابِعِهِ، فَاَدْخَلَ بَعْضَهَا فِى جَوْفِ بَعْضٍ قَالَ: (وَيُقَيَّضُ لَهُ سَبْعُوْنَ تِنِّيْنَا لَوْ اَنَّ وَاحِدًا مِنْهَا نَفَخَ فِى اْلاَرْضِ مَا اَنْبَتَتْ شَيْئًا مَا بَقِيَتِ الدُّنْيَا فَيَنْهَشْنَهُ وَ يَخْدِشْنَهُ حَتَّى يُقْضِيَ بِهِ اِلَى اْلحِسَابِ). قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّمَا اْلقَبْرُ رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ اْلجَنَّةِ اَوْ حُفْرَةٌ مِنْ حُفَرِ النَّارِ. الترمذى
Dari Abu Sa’id Al-Khudriy RA, ia berkata : Rasulullah SAW pernah masuk ke mushalla beliau, lalu beliau melihat orang-orang sama tertawa terkekeh-kekeh, maka beliau bersabda, “Seandainya kamu sekalian banyak-banyak mengingat pemutus kesenangan, tentu akan menyibukkan kepada kalian dari berbuat apa yang telah aku lihat. Maka banyak-banyaklah mengingat pemutus kesenangan, yaitu mati. Karena tidaklah datang satu haripun kecuali kubur itu berbicara. Kubur itu berkata, “Aku adalah rumah yang pengasingan, aku adalah rumah penyendirian, aku adalah rumah tanah, aku adalah rumah cacing”. Apabila seorang hamba yang mukmin dikuburkan, kubur itu berkata kepadanya, “Marhaban wa ahlan (selamat datang di tempat yang lapang dan kamu sebagai teman yang baik). Sesungguhnya kamu sebelumnya merupakan orang yang menyenangkan kepadaku diantara orang yang berjalan di punggungku (di bumi) maka hari ini waktunya aku yang menguasaimu, kamu akan melihat apa yang aku perbuat kepadamu”. Lalu diluaskan quburnya sejauh pandangan matanya, dan dibukakan pintu surga baginya.  Tetapi apabila ada hamba yang durhaka atau orang kafir dikuburkan, maka kubur itu berkata kepadanya, “Laa marhaban wa laa ahlan” (Tidak ada selamat bagimu dan tidak ada kekeluargaan bagimu). Sesungguhnya kamu dahulu merupakan orang yang paling kubenci diantara orang yang berjalan di punggungku (di atas bumi), maka hari ini aku yang menguasaimu dan kamu kembali kepadaku. Kamu akan melihat apa yang aku perbuat kepadamu”. Rasulullah SAW bersabda, “Lalu bumi itu menghimpitnya dengan kuat hingga menghancurkan tulang-tulang rusuknya”. Abu Sa’id berkata : Kemudian Rasulullah SAW berisyarat dengan jari-jari beliau, beliau memasukkan sebagian jari-jari beliau pada sebagian yang lain, seraya bersabda, “Dan dilepaskan tujuh puluh ular, yang seandainya seekor saja menyembur bumi, maka bumi itu tidak bisa menumbuhkan sesuatu selama dunia ada. Dan ular itu mematuk dan melukainya hingga hari perhitungan”. Rasulullah SAW bersabda (pula), “Sesungguhnya qubur itu adalah satu kebun dari kebun-kebun surga atau satu jurang dari jurang-jurang neraka”. [HR. Tirmidzi
]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: خَرَجْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ ص فِى جَنَازَةٍ، فَجَلَسَ اِلَى قَبْرٍ مِنْهَا فَقَالَ: مَا يَأْتِى عَلَى هذَا اْلقَبْرِ يَوْمٌ اِلاَّ وَ هُوَ يُنَادِى بِصَوْتٍ ذَلِقٍ طَلِقٍ: يَا ابْنَ آدَمَ نَسِيْتَنِى اَ لَمْ تَعْلَمْ اَنِّى بَيْتُ اْلوَحْدَةِ، وَ بَيْتُ اْلغُرْبَةِ، وَ بَيْتُ اْلوَحْشَةِ، وَ بَيْتُ الدَّوْدِ، وَ بَيْتُ اْلضِيْقِ اِلاَّ مَنْ وَسَّعَنِى اللهُ عَلَيْهِ. ثُمَّ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اْلقَبْرُ اِمَّا رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ اْلجَنَّةِ اَوْ حُفْرَةٌ مِنْ حُفَرِ النَّارِ. الطبرانى فى الاوسط
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Kami pernah keluar bersama Rasulullah SAW  untuk (mengantar) satu jenazah. Lalu beliau duduk di dekat kubur tersebut dan bersabda, “Tidaklah satu haripun datang pada qubur, kecuali qubur itu menyeru dengan suara yang terang lagi jelas, “Hai anak Adam, engkau telah melupakan aku, apakah engkau tidak tahu bahwa aku adalah rumah penyendirian, rumah pengasingan, rumah kesedihan, rumah cacing dan rumah kesempitan, kecuali terhadap oang yang Allah meluaskan aku padanya”. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Qubur itu adalah satu kebun dari kebun-kebun surga, atau satu jurang dari jurang-jurang neraka”. [HR. Thabrani di dalam Al-Ausath]

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رض قَالَ: اَتَيْتُ النَّبِيَّ ص عَاشِرَ عَشْرَةٍ فَقَامَ رَجُلٌ مِنَ اْلاَنْصَارِ فَقَالَ: يَا نَبِيَّ اللهِ، مَنْ اَكْيَسُ النَّاسِ وَ اَحْزَمُ النَّاسِ؟ قَالَ: اَكْثَرُهُمْ ذِكْرًا لِلْمَوْتِ، وَ اَكْثَرُهُمْ اِسْتِعْدَادًا لِلْمَوْتِ، اُولئِكَ اْلاَكْيَاسُ ذَهَبُوْا بِشَرَفِ الدُّنْيَا وَ كَرَامَةِ اْلآخِرَةِ. ابن ابى الدنيا فى كتاب الموت و التطبرانى فى الصغير باسناد حسن، و البيهقى فى الزهد، و لفظه: اَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِيِّ ص: أَيُّ اْلمُؤْمِنِيْنَ اَفْضَلُ؟ قَالَ: اَحْسَنُهُمْ خُلُقًا. قَالَ: فَاَيُّ اْلمُؤْمِنِيْن اَكْيَسُ؟ قَالَ: اَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا، وَ اَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اِسْتِعْدَادًا، اُولئِكَ اْلاَكْيَاسُ.
Dari Ibnu ‘Umar RA ia berkata : Saya datang kepada Nabi SAW, kami serombongan sebanyak sepuluh orang. Kemudian ada seorang laki-laki Anshar bertanya, “Wahai Nabiyallah, siapa orang yang paling cerdik dan paling teguh diantara manusia ?”. Nabi SAW bersabda, “Orang yang paling banyak mengingat mati diantara mereka dan orang yang paling banyak mempersiapkan bekal untuk mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdik, mereka pergi dengan membawa kemulyaan dunia dan kemulyaan akhirat”. [HR. Ibnu Abid-Dunya di dalam kitabul-Maut. Thabrani di dalam Ash-Shaghir dengan sanad hasan. Dan Baihaqi juga meriwayatkan di dalam kitabuz-Zuhud, dengan lafadh] : Sesungguhnya ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi SAW, “Siapa diantara orang-orang mukmin itu yang lebih utama ?”. Nabi SAW menjawab, “Orang yang paling baik akhlaqnya diantara mereka”. Orang tersebut bertanya lagi, “Siapakah diantara orang-orang mukmin yang paling cerdik ?”. Nabi SAW menjawab, “Orang yang paling banyak ingat mati diantara mereka, dan orang yang paling baik persiapannya untuk kehidupan selanjutnya. Mereka itulah orang-orang yang cerdik”.

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدِ السَّاعِدِيِّ رض قَالَ: مَاتَ رَجُلٌ مِنْ اَصْحَابِ النَّبِيِّ ص فَجَعَلَ اَصْحَابُ رَسُوْلِ اللهِ ص يُثْنُوْنَ عَلَيْهِ وَ يَذْكُرُوْنَ مِنْ عِبَادَتِهِ وَ رَسُوْلُ اللهِ ص سَاكِتٌ، فَلَمَّا سَكَتُوْا قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: هَلْ كَانَ يُكْثِرُ ذِكْرَ اْلمَوْتِ؟ قَالُوْا: لاَ. قَالَ: هَلْ كَانَ يَدَعُ كَثِيْرًا مِمَّا يَشْتَهِى؟ قَالُوْا: لاَ. قَالَ: مَا بَلَغَ صَاحِبُكُمْ كَثِيْرًا مِمَّا تَذْهَبُوْنَ اِلَيْهِ. الطبرانى باسناد حسن. و البزار من حديث انس قال: ذُكِرَ عِنْدَ النَّبِيِّ ص رَجُلٌ بِعِبَادَةٍ وَ اجْتِهَادٍ. فَقَالَ: كَيْفَ ذِكْرُ صَاحِبِكُمْ لِلْمَوْتِ؟ قَالُوْا: مَا نَسْمَعُهُ يَذْكُرُهُ. قَالَ: لَيْسَ صَاحِبُكُمْ هُنَاكَ.
Dari Sahal bin Sa’ad As-Saa’idiy RA ia berkata : Telah meninggal seorang sahabat Nabi SAW, lalu para shahabat menyanjung-nyanjungnya dan mereka menyebutkan pula tentang kebaikan ibadahnya, sedangkan Rasulullah SAW hanya diam saja. Setelah mereka itu diam, Rasulullah SAW bertanya, “Apakah ia dulu banyak mengingat mati ?”. Para  shahabat menjawab, “Tidak”. Nabi SAW bertanya lagi, “Apakah ia dulu banyak meninggalkan kesenangan-kesenangan dunia ?”. Para shahabat menjawab, “Tidak”. Beliau bersabda, “Temanmu itu tidak menemui banyak dari apa yang kalian sangka kepadanya”. [HR. Thabrani dengan sanad hasan] Dan Al-Bazzar juga meriwayatkan dari haditsnya Anas, ia berkata : Disebutkan di sisi Nabi SAW seorang laki-laki yaitu tentang ibadah dan kesungguhannya. Kemudian Nabi SAW bertanya, “Bagaimana ingatnya saudaramu itu kepada mati ?”. Para shahabat menjawab, “Kami tidak pernah mendengarnya dia menyebutkan tentang mati”. Nabi SAW bersabda, “Saudaramu itu tidak di sana”. [HR. Al-Bazzar]

عَنْ عَائِشَةَ رض قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص عَلَى اْلمِنْبَرِ وَ النَّاسُ حَوْلَهُ: اَيُّهَا النَّاسُ، اِسْتَحْيُوْا مِنَ اللهِ حَقَّ اْلحَيَاءِ. فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اِنَّا لَنَسْتَحْيِى مِنَ اللهِ تَعَالَى. فَقَالَ: مَنْ كَانَ مِنْكُمْ مُسْتَحْيِيًا فَلاَ يَبِيْتَنَّ لَيْلَةً اِلاَّ وَ اَجَلُهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ، وَ لْيَحْفَظِ اْلبَطْنَ وَ مَا وَعَى. وَ الرَّأْسَ وَ مَا حَوَى، وَ لْيَذْكُرِ اْلمَوْتَ وَ اْلبِلَى، وَ لْيَتْرُكْ زِيْنَةَ الدُّنْيَا. الطبرانى فى الاوسط
Dari ‘Aisyah RA, ia berkata : Rasulullah SAW pernah bersabda di atas mimbar sedangkan orang-orang ada di sekelilingnya, “Hai para manusia, malulah kamu sekalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya malu”. Lalu ada seorang laki-laki berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya kami telah malu kepada Allah Ta’ala”. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa diantara kalian yang malu, maka tidaklah dia bermalam satu malam kecuali ajalnya diantara dua matanya (dia ingat bahwa mati itu dekat), hendaklah dia menjaga perut dan apa yang dia masukkan, menjaga kepala dan yang ia himpun, hendaklah dia ingat mati dan kehancuran, dan hendaklah ia meninggalkan hiasan dunia”. [HR. Thabrani di dalam Al-Ausath]

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِسْتَحْيُوْا مِنَ اللهِ حَقَّ اْلحَيَاءِ. قَالَ: قُلْنَا: يَا نَبِيَّ اللهِ، اِنَّا لَنَسْتَحْيِى وَ اْلحَمْدُ ِللهِ، قَالَ: لَيْسَ ذلِكَ، وَ لكِنِ اْلاِسْتِحْيَاءُ مِنَ اللهِ حَقَّ اْلحَيَاءِ اَنْ تَحْفَظَ الرَّأْسَ وَ مَا وَعَى وَ تَحْفَظَ اْلبَطْنَ وَ مَا حَوَى وَ لْتَذْكُرِ اْلمَوْتَ وَ اْلبِلَى، وَ مَنْ اَرَادَ اْلآخِرَةَ تَرَكَ زِيْنَةَ الدُّنْيَا. فَمَنْ فَعَلَ ذلِكَ فَقَدِ اسْتَحْيَا مِنَ اللهِ حَقَّ اْلحَيَاءِ. الترمذى
Dari Abdullah bin Mas’ud RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Malulah kamu sekalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya malu”. Ibnu Mas’ud berkata : Kami berkata, “Ya Nabiyallah, sesungguhnya kami sudah malu. Alhamdulillah”. Nabi SAW bersabda, “Bukan demikian, tetapi malu kepada Allah dengan sebenar-benarnya malu ialah kamu menjaga kepalamu dan apa yang dimasukkannya, kamu menjaga perut dan apa yang dihimpunnya, hendaklah kamu ingat mati dan kehancuran. Barangsiapa menginginkan akhirat dan meninggalkan hiasan dunia, maka barangsiapa yang melakukan demikian, sungguh dia telah malu kepada Allah dengan sebenar-benarnya malu”. [HR. Tirmidzi]

عَنِ الضَّحَّاكِ رض قَالَ: اَتَى النَّبِيَّ ص رَجُلٌ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ اَزْهَدُ النَّاسِ؟ فَقَالَ: مَنْ لَمْ يَنْسَ اْلقَبْرَ وَ اْلبِلَى، وَ تَرَكَ فَضْلَ زِيْنَةِ الدُّنْيَا، وَ آثَرَ مَا يَبْقَى عَلَى مَا يَفْنَى، وَ لَمْ يَعُدَّ غَدًا مِنْ اَيَّامِهِ، وَ عَدَّ نَفْسَهُ مِنَ اْلمَوْتَى. ابن ابى الدنيا
Dari Adl-Dlahhak RA ia berkata : Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW lalu bertanya, “Ya Rasulullah, siapa orang yang paling zuhud itu ?”. Nabi SAW menjawab, “Orang yang tidak melupakan kubur dan kehancuran, meninggalkan kelebihan hiasan dunia, mengutamakan yang kekal dari pada yang fana, tidak menghitung besok pagi sebagai hari-harinya, dan menghitung dirinya termasuk orang-orang yang akan mati”. [HR. Ibnu Abid-Dunya]

عَنْ عُثْمَانَ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: كَفَى بِاْلمَوْتِ وَاعِظًا وَ كَفَى بِاْليَقِيْنِ غِنًى. الطبرنى
Dari Utsman RA, bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Cukuplah mati itu sebagai penasehat, dan cukuplah keyaqinan itu sebagai kekayaan”. [HR. Thabrani]

عَنِ اْلبَرَاءِ رض قَالَ: كُنَّا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ ص فِى جَنَازَةٍ فَجَلَسَ عَلَى شَفِيْرِ اْلقَبْرِ فَبَكَى حَتَّى بَلَّ الثَّرَى، ثُمَّ قَالَ: يَا اِخْوَانِى، لِمِثْلِ هذَا فَاَعِدُّوْا. ابن ماجه باسناد حسن
Dari Al-Baraa’ RA, ia berkata : Dahulu kami bersama Rasulullah SAW (menguburkan) jenazah, lalu beliau duduk di tepi kubur dengan menangis hingga air mata beliau menetes ke tanah. Kemudian beliau bersabda, “Wahai saudara-saudaraku, untuk seperti ini, maka bersiap-siaplah kalian”. [HR. Ibnu Majah dengan sanad hasan]

عَنْ اَنَسٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَرْبَعَةٌ مِنَ الشَّقَاءِ: جُمُوْدُ اْلعَيْنِ، وَ قَسْوَةُ اْلقَلْبِ، وَ طُوْلُ اْلاَمَلِ، وَ اْلحِرْصُ عَلَى الدُّنْيَا. البزار
Dari Anas RA, ia berkata : Rasulullah SAW  pernah bersabda, “Ada empat hal dari kecelakaan, yaitu : kerasnya mata (tidak bisa menangis takut kepada Allah), kerasnya hati, panjang angan-angan, dan rakus kepada dunia”. [HR. Al-Bazzar]
عَنْ اُمِّ اْلوَلِيْدِ بِنْتِ عُمَرَ قَالَتْ: اِطَّلَعَ رَسُوْلُ اللهِ ص ذَاتَ عَشِيَّةٍ فَقَالَ: ياَاَيُّهَا النَّاسُ، اَلاَ تَسْتَحْيُوْنَ؟ قَالُوْا: مِمَّ ذَاكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: تَجْمَعُوْنَ مَا لاَ تَأْكُلُوْنَ، وَ تَبْنُوْنَ مَا لاَ تَعْمُرُوْنَ، وَ تَأْمُلُوْنَ مَا لاَ تُدْرِكُوْنَ، اَلاَ تَسْتَحْيُوْنَ مِنْ ذلِكَ؟. الطبرانى
Dari Umul Walid binti Umar, ia berkata : Rasulullah SAW pernah muncul pada suatu sore, lalu beliau bertanya, “Hai para manusia, apakah kamu sekalian tidak malu ?”. Para shahabat menjawab, “Malu dari apa itu ya Rasulullah ?”. Beliau bersabda, “Kamu sekalian mengumpulkan apa-apa yang tidak kalian makan, kamu sekalian membangun apa-apa yang tidak kalian huni dan kalian berangan-angan apa-apa yang tidak kalian dapatkan. Apakah kamu sekalian tidak malu dari semuanya itu ?”. [HR. Thabrani]

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِسْتَحْيُوْا مِنَ اللهِ حَقَّ اْلحَيَاءِ. قَالَ: قُلْنَا: يَا نَبِيَّ اللهِ، اِنَّا لَنَسْتَحْيِى وَ اْلحَمْدُ ِللهِ، قَالَ: لَيْسَ ذلِكَ، وَ لكِنِ اْلاِسْتِحْيَاءُ مِنَ اللهِ حَقَّ اْلحَيَاءِ اَنْ تَحْفَظَ الرَّأْسَ وَ مَا وَعَى وَ تَحْفَظَ اْلبَطْنَ وَ مَا حَوَى وَ لْتَذْكُرِ اْلمَوْتَ وَ اْلبِلَى، وَ مَنْ اَرَادَ اْلآخِرَةَ تَرَكَ زِيْنَةَ الدُّنْيَا. فَمَنْ فَعَلَ ذلِكَ فَقَدِ اسْتَحْيَا مِنَ اللهِ حَقَّ اْلحَيَاءِ. الترمذى
Dari Abdullah bin Mas’ud RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Malulah kamu sekalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya malu”. Ibnu Mas’ud berkata : Kami berkata, “Ya Nabiyallah, sesungguhnya kami sudah malu. Alhamdu lillah”. Nabi SAW bersabda, “Bukan demikian, tetapi malu kepada Allah dengan sebenar-benarnya malu ialah kamu menjaga kepalamu dan apa yang dimasukkannya, kamu menjaga perut dan apa yang dihimpunnya, hendaklah kamu ingat mati dan kehancuran. Barangsiapa menginginkan akhirat dan meninggalkan hiasan dunia, maka orang yang melakukan demikian, sungguh dia telah malu kepada Allah dengan sebenar-benarnya malu”. [HR. Tirmidzi]

عَنِ الضَّحَّاكِ رض قَالَ: اَتَى النَّبِيَّ ص رَجُلٌ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ اَزْهَدُ النَّاسِ؟ فَقَالَ: مَنْ لَمْ يَنْسَ اْلقَبْرَ وَ اْلبِلَى، وَ تَرَكَ فَضْلَ زِيْنَةِ الدُّنْيَا، وَ آثَرَ مَا يَبْقَى عَلَى مَا يَفْنَى، وَ لَمْ يَعُدَّ غَدًا مِنْ اَيَّامِهِ، وَ عَدَّ نَفْسَهُ مِنَ اْلمَوْتَى. ابن ابى الدنيا
Dari Dlahhak RA ia berkata : Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW lalu bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling zuhud itu ?”. Nabi SAW menjawab, “Orang yang tidak melupakan kubur dan kehancuran, meninggalkan kelebihan hiasan dunia, mengutamakan yang kekal dari pada yang fana, tidak menghitung besok pagi sebagai hari-harinya, dan menghitung dirinya termasuk orang-orang yang akan mati”. [HR. Ibnu Abid-Dunya]

عَنْ عُثْمَانَ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: كَفَى بِاْلمَوْتِ وَاعِظًا وَ كَفَى بِاْليَقِيْنِ غِنًى. الطبرانى
Dari Utsman RA, bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Cukuplah mati itu sebagai penasehat, dan cukuplah keyaqinan itu sebagai kekayaan”. [HR. Thabrani]

عَنِ اْلبَرَاءِ رض قَالَ: كُنَّا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ ص فِى جَنَازَةٍ فَجَلَسَ عَلَى شَفِيْرِ اْلقَبْرِ فَبَكَى حَتَّى بَلَّ الثَّرَى، ثُمَّ قَالَ: يَا اِخْوَانِى، لِمِثْلِ هذَا فَاَعِدُّوْا. ابن ماجه باسناد حسن
Dari Baraa’ RA, ia berkata : Dahulu kami bersama Rasulullah SAW (menguburkan) jenazah, lalu beliau duduk di tepi kubur dengan menangis hingga air mata beliau menetes ke tanah. Kemudian beliau bersabda, “Wahai saudara-saudaraku, untuk seperti ini, maka bersiap-siaplah kalian”. [HR. Ibnu Majah dengan sanad hasan]

عَنْ اَنَسٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَرْبَعَةٌ مِنَ الشَّقَاءِ: جُمُوْدُ اْلعَيْنِ، وَ قَسْوَةُ اْلقَلْبِ، وَ طُوْلُ اْلاَمَلِ، وَ اْلحِرْصُ عَلَى الدُّنْيَا. البزار
Dari Anas RA, ia berkata : Rasulullah SAW  pernah bersabda, “Ada empat hal dari kecelakaan, yaitu : kerasnya mata (tidak bisa menangis takut kepada Allah), kerasnya hati, panjang angan-angan, dan rakus kepada dunia”. [HR. Bazzar]

عَنْ اُمِّ اْلوَلِيْدِ بِنْتِ عُمَرَ قَالَتْ: اِطَّلَعَ رَسُوْلُ اللهِ ص ذَاتَ عَشِيَّةٍ فَقَالَ: ياَاَيُّهَا النَّاسُ، اَلاَ تَسْتَحْيُوْنَ؟ قَالُوْا: مِمَّ ذَاكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: تَجْمَعُوْنَ مَا لاَ تَأْكُلُوْنَ، وَ تَبْنُوْنَ مَا لاَ تَعْمُرُوْنَ، وَ تَأْمُلُوْنَ مَا لاَ تُدْرِكُوْنَ، اَلاَ تَسْتَحْيُوْنَ مِنْ ذلِكَ؟. الطبرانى
Dari Umul Walid binti Umar, ia berkata : Rasulullah SAW pernah muncul pada suatu sore, lalu beliau bertanya, “Hai para manusia, apakah kamu sekalian tidak malu ?”. Para shahabat menjawab, “Malu dari apa itu ya Rasulullah ?”. Beliau bersabda, “Kamu sekalian mengumpulkan apa-apa yang tidak kalian makan, kamu sekalian membangun apa-apa yang tidak kalian huni dan kalian berangan-angan apa-apa yang tidak kalian dapatkan. Apakah kamu sekalian tidak malu dari semuanya itu ?”. [HR. Thabrani]

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رض قَالَ: اَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ ص بِمَنْكِبِى فَقَالَ: كُنْ فِى الدُّنْيَا كَاَنَّكَ غَرِيْبٌ اَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ، وَ كَانَ ابْنُ عُمَرَ يَقُوْلُ: اِذَا اَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَ اِذَا اَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ اْلمَسَاءَ، وَ خُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَ مِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ. البخارى
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar RA ia berkata : Rasulullah SAW memegang pundak saya lalu bersabda, “Jadilah kamu di dunia ini seolah-olah kamu orang asing atau orang yang sedang di dalam perjalanan”. Dan Ibnu Umar berkata, “Apabila kamu berada di waktu sore, janganlah kamu menunggu waktu pagi. Dan apabila kamu berada di waktu pagi, maka janganlah kamu menunggu waktu sore. Beramallah di waktu sehatmu untuk simpanan di waktu sakitmu, dan beramallah di waktu hidupmu untuk simpanan ketika matimu”. [HR. Bukhari]

عَنْ مُعَاذٍ رض قَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اَوْصِيْنِى. قَالَ: اُعْبُدِ اللهَ كَاَنَّكَ تَرَاهُ، وَ اعْدَدْ نَفْسَكَ فِى اْلمَوْتَى، وَ اذْكُرِ اللهَ عِنْدَ كُلِّ حَجَرٍ وَ عِنْدَ كُلِّ شَجَرٍ، وَ اِذَا عَمِلْتَ سَيِّئَةً فَاعْمَلْ بِجَنْبِهَا حَسَنَةً، السِّرُّ بِالسِّرِّ وَ اْلعَلاَنِيَةُ بِاْلعَلاَنِيَةِ. الطبرانى
Dari Mu’adz RA, ia berkata : Aku pernah berkata, “Ya Rasulullah, berilah washiyat kepadaku”. Beliau bersabda, “Sembahlah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, hitunglah dirimu termasuk orang-orang yang akan mati dan ingatlah kepada Allah di waktu tenang maupun di waktu bergejolak. Apabila kamu terlanjur melakukan keburukan maka iringilah dengan melakukan amal kebaikan, rahasia dengan rahasia dan terang-terangan dengan terang-terangan. [HR. Thabrani]

عَنْ رَجُلٍ مِنْ بَنِى النَّخَعِ قَالَ: سَمِعْتُ اَبَا الدَّرْدَاءِ حِيْنَ حَضَرَتْهُ اْلوَفَاةُ قَالَ: اُحَدِّثُكُمْ حَدِيْثًا سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ ص، سَمِعْتُهُ يَقُوْلُ: اُعْبُدُ اللهِ كَاَنَّكَ تَرَاهُ، فَاِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَاِنَّهُ يَرَاكَ، وَ اعْدُدْ نَفْسَكَ فِى اْلمَوْتَى وَ اِيَّاكَ وَ دَعْوَةَ اْلمَظْلُوْمِ، فَاِنَّهَا تُسْتَجَابُ. الطبرانى
Dari seorang laki-laki Bani Nakha’i, ia berkata : Aku pernah mendengar Abu Darda’ ketika akan meninggal, ia berkata, “Aku ceritakan kepada kalian sebuah hadits yang aku pernah mendengarnya dari Rasulullah SAW”. Aku mendengar beliau SAW bersabda, “Sembahlah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak bisa melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu. Hitunglah dirimu termasuk orang-orang yang akan mati, dan hati-hatilah kamu dari doanya orang yang teraniaya, karena doa tersebut dikabulkan”. [HR. Thabrani]

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رض قَالَ: مَرَّ بِيَ النَّبِيُّ ص وَ اَنَا اُطَيِّنُ حَائِطًا لِى اَنَا وَ اُمِّى فَقَالَ: مَا هذَا يَا عَبْدَ اللهِ؟ فَقُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَ هَى فَنَحْنُ نُصْلِحُهُ. فَقَالَ: اْلاَمْرُ اَسْرَعُ مِنْ ذلِكَ. و فى رواية قال: مَرَّ عَلَيْنَا رَسُوْلُ اللهِ ص، وَ نَحْنُ نُعَالِجُ خُصًّا لَنَا وَ هَى، فَقَالَ: مَا هذَا؟ فَقُلْنَا: خُصٌّ لَنَا وَ هَى، فَنَحْنُ نُصْلِحُهُ فَقَالَ: مَا اَرَى اْلاَمْرَ اِلاَّ اَعْجَلَ مِنْ ذلِكَ. ابو داود و الترمذى و قال: حديث حسن صحيح و ابن ماجه و ابن حبان فى صحيحه
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar RA, ia berkata : Rasulullah SAW pernah melewati saya, pada waktu itu saya sedang memperbaiki tembok saya dan ibu saya. Beliau bersabda, “Apa ini wahai ‘Abdullah ?”. Aku menjawab, “Ya Rasulullah, ini sudah rusak, maka dari itu kami  lalu memperbaikinya”. Beliau bersabda, “Urusan (akhirat) itu lebih cepat dari pada yang demikian itu”Dan dalam satu riwayat, dia berkata : Rasulullah SAW pernah melewati kami pada waktu itu kami sedang memperbaiki rumah kami yang rusak. Lalu beliau bertanya, “Apa ini ?”. Maka kami menjawab, “Rumah kami yang sudah rusak, maka kami memperbaikinya”. Beliau bersabda, “Tidaklah aku melihat urusan (akhirat) itu kecuali lebih cepat dari yang demikian itu”. [HR. Abu Dawud, Tirmidzi, ia berkata hadits hasan shahih, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban]

عَنْ عَبْدِ اللهِ عَنِ النَّبِيِّ ص قَالَ: اَلْجَنَّةُ اَقْرَبُ اِلَى اَحَدِكُمْ مِنْ شِرَاكِ نَعْلِهِ، وَ النَّارُ مِثْلُ ذلِكَ. البخارى
Dari ‘Abdullah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Surga itu lebih dekat kepada seseorang diantara kalian daripada tali sandalnya, sedangkan neraka juga seperti itu”. [HR. Bukhari]

عَنْ سَعْدِ بْنِ اَبِى وَقَّاصٍ رض قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ اِلَى النَّبِيِّ ص فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اَوْصِيْنِى. قَالَ: عَلَيْكَ بِاْلاِيَاسِ مِمَّا فِى اَيْدِى النَّاسِ وَ اِيَّاكَ وَ الطَّمَعَ، فَاِنَّهُ اْلفَقْرُ اْلحَاضِرُ، وَ صَلِّ صَلاَتَكَ وَ اَنْتَ مُوَدِّعٌ، وَ اِيَّاكَ وَ مَا يَعْتَذَرُ مِنْهُ. الحاكم و البيهقى و قال الحاكم: صحيح الاسناد
Dari Sa’ad bin Abu Waqqash RA, ia berkata : Seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW dan berkata, “Berilah washiyat kepadaku ya Rasulullah !”. Beliau SAW bersabda, “Wajib atasmu merasa cukup dari apa-apa yang ada di tangan manusia. Dan hati-hatilah kamu dari berlaku rakus, karena yang demikian itu kefakiran yang ada, dan laksanakanlah shalatmu sedangkan kamu akan berpisah (dengan dunia) dan hati-hatilah kamu dari melakukan kesalahan-kesalahan”. [HR. Hakim dan Baihaqi. Hakim berkata, shahih sanadnya]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: بَادِرُوْا بِاْلاَعْمَالِ فِتَنًا كَقَطْعِ اللَّيْلِ اْلمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَ يُمْسِى كَافِرًا، وَ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَ يُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيْعُ دِيْنًهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا. مسلم
Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Bersegeralah kamu sekalian untuk beramal, sebelum datangnya saat-saat kekacauan seperti memotongnya malam yang gelap, di waktu pagi seseorang dalam keadaan beriman dan di waktu sore menjadi kafir. Di waktu sore seseorang dalam keadaan beriman dan di waktu pagi menjadi kafir. Dia menjual agamanya dengan harta benda dunia”. [HR. Muslim]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: بَادِرُوْا بِاْلاَعْمَالِ سِتًّا: طُلُوْعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، اَوِ الدُّخَانُ، اَوِ الدَّجَّالُ، اَوِ الدَّابَّةُ، اَوْ خَاصَّةُ اَحَدِكُمْ، اَوْ اَمْرُ اْلعَامَّةِ. مسلم
Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Bersegeralah kalian untuk beramal (sebelum datangnya enam hal), yaitu : 1. matahari terbit dari barat, 2. asap, 3. dajjal, 4. binatang raksasa, 5. kematian, dan 6. hari qiyamat”. [HR. Muslim]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: بَادِرُوْا بِاْلاَعْمَالِ سَبْعًا: هَلْ تَنْظُرُوْنَ اِلاَّ فَقْرًا مُنْسِيًا، اَوْ غِنًى مُطْغِيًا، اَوْ مَرَضًا مُفْسِدًا، اَوْ هَرَمًا مُنْفِدًا اَوْ مَوْتًا مُجْهِزًا، اَوِ الدَّجَّالَ، فَشَرُّ غَائِبٍ يُنْتَظَرُ، اَوِ السَّاعَةَ فَالسَّاعَةُ اَدْهَى وَ اَمَرُّ. الترمذى و قال: حديث حسن
Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Bersegeralah kalian untuk beramal sebelum datangnya tujuh hal : 1. Tidaklah kamu menunggu kecuali kemelaratan yang melupakan, atau 2. kekayaan yang menyebabkan melampaui batas, atau 3. sakit yang merusakkan, atau 4. tua yang melemahkan pikiran, atau 5. mati yang datangnya tak terduga, atau 6. dajjal, yaitu seburuk-buruk yang ditunggu, atau 7. hari qiyamat, karena hari qiyamat itu sangat dahsyat lagi pahit”. [HR. Tirmidzi, ia berkata hadits hasan].

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص لِرَجُلٍ وَ هُوَ يَعِظُهُ: اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ، وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ، وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ، وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ. الحاكم و قال: صحيح على شرطهما
Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata : Rasulullah SAW pernah bersabda kepada seorang laki-laki, pada waktu itu beliau sedang menasehatinya, “Jagalah lima sebelum datangnya lima. 1. masa mudamu sebelum datang masa tuamu, 2. masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, 3. masa kayamu sebelum datang masa melaratmu, 4. masa longgarmu sebelum datang masa sibukmu, dan 5. jagalah masa hidupmu sebelum datang matimu”. [HR. Hakim, ia berkata shahih atas syarat Bukhari Muslim]

===(kha)===